inspirasi
Kisah Hidup Ip Man, Mengajar Wing Chun Sampai Akhir Hayat
Kisah hidup Ip Man sebagai seorang legenda kungfu dunia, selama ini sudah mendunia. Kiprahnya dalam beladiri wing chun banyak menginspirasi. Namanya semakin dikenal melalui film yang dibuat berdasarkan kisah nyata.
Kedekatannya dengan sosok Bruce Lee antara guru dan murid, kemudian menjadikannya legenda. Tapi mungkin belum banyak yang tahu tentang titik balik kehidupannya di hari tua.
Meskipun banyak lika liku yang dihadapi, ia tetap mendedikasikan seumur hidupnya untuk wing chun.
Ip Ching, anak keduanya pernah menulis buku biografi Ip Man: Portrait of a Kung Fu Master bersama dengan Ron Heimberger.
Baca juga: Keutamaan Bulan Sya’ban, Ketika Catatan Perbuatan Manusia Diserahkan pada Allah
Berasal dari keluarga terpandang yang memfasilitasi pengembangan bakatnya
Sejak lahir di Foshan, tanggal 1 Oktober 1893, Ip Man sudah memiliki priviledge pada zamannya.
Ayahnya seorang pengusaha kaya raya dan berpengaruh di daerahnya. Sudah jelas kalau ia bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas.
Bukannya fokus sekolah, ia justru lebih bersemangat untuk berlatih beladiri wing chun.
Dari Chan Wah shun, seseorang yang menyewa lahan milik ayahnya, ia mulai kenal dengan wing chun dan langsung merasa bahwa itulah panggilan jiwanya.
Kepada Chan Wah shun, ia utarakan maksud untuk berguru karena ia sangat tertarik ketika melihat anak-anak lain berlatih.
Sayangnya, ia malah dipandang sebelah mata oleh Chan Wah shun karena fisiknya yang sakit-sakitan, kurus, dan terlihat tidak kuat. Tapi keinginannya untuk menguasai beladiri wing chun sudah sangat kuat.
Karena alasan fisik, sebenarnya hampir ditolak untuk ikut latihan wing chun
Ia tidak menyerah begitu saja meskipun belum diizinkan bergabung latihan wing chun. Kemudian ia memohon pada sang ayah agar memberikan sejumlah uang untuk mendaftar di kelas Chan Wah shun.
Tidak sulit bagi ayahnya untuk mengabulkan permintaannya karena memang selain kaya dan terpandang, ayahnya juga mendukung bakat anaknya.
Keesokan harinya, ia datang ke tempat latihan masih dengan semangat yang sama dan uang pendaftaran yang konon jumlahnya bisa untuk membeli rumah.
Sebenarnya uang pendaftaran yang terbilang besar saat itu, sengaja dilebih-lebihkan.
Sebagai pelatih sekaligus penyewa lahan, Chan Wah shun tidak mudah untuk menerima anak yang lemah fisiknya, meskipun ia anak dari tuan tanah.
Setelah sempat bernegosiasi sedemikian rupa, ia akhirnya diizinkan bergabung menjadi murid terakhir.
Mulai arogan karena belum ada teman sebaya yang bisa mengalahkannya
Selama menjadi murid, semua jurus wing chun dipraktikkannya dengan sungguh-sungguh.
Setelah membayar biaya yang begitu mahal, ternyata ia hanya tiga tahun berlatih dengan Chan Wah shun lantaran kesehatan sang pelatih yang menurun.
Waktu itu, ayahnya memutuskan untuk menyekolahkannya ke Hong Kong. Di St. Stephen’s College yang merupakan salah satu sekolah terbaik, ia pun masih sempat berlatih wing chun secara otodidak.
Meskipun tanpa guru, ia masih menunjukkan performa terbaik di kalangan teman sebayanya. Tentu saja ada teman-teman yang tidak suka karena sikapnya yang mulai arogan.
Untuk mengetes kehebatannya, ia ditantang teman-temannya untuk bertarung melawan lelaki paruh baya bernama Leung Bik. Ia awalnya terlalu percaya diri, ternyata masih tidak ada apa-apanya dibanding Leung Bik.
Baca juga: Jarang Diketahui, Inilah Sosok Pak Dal Pencipta Lagu Bintang Kecil
Bertahun-tahun di Hong Kong sampai akhirnya bisa menjadi pelatih wing chun
Sejak beradu dengan Leung Bik dan dinyatakan kalah, ia bertekuk lutut dan tidak lagi arogan. Bahkan sejak saat itu Leung Bik menjadi pelatihnya di Hong Kong.
Tidak seperti beberapa tahun sebelumnya, kali ini ia tidak perlu proses panjang untuk bergabung latihan.
Beruntungnya, ia menemukan fakta bahwa Leung Bik adalah putra dari Leung Jan, seseorang yang pernah melatih Chan Wah shun.
Hal tersebut menjadi kesempatan baginya untuk tetap mempraktikkan ajaran gurunya. Selama bertahun-tahun di Hong Kong, wing chun telah menjadi bagian hidupnya.
Di kemudian hari ia juga memiliki murid yang berbakat, Lee Jung Fang atau yang lebih terkenal dengan nama panggung Bruce Lee. Â Keduanya memang akhirnya terpisah karena karier Bruce Lee yang bersinar di Amerika.
Berdedikasi sampai akhir hayat, meski kehidupannya di hari tua memprihatinkan
Setelah Dinasti Qing runtuh pada tahun 1917, ia memutuskan pulang ke Foshan.
Ayahnya yang sakit kemudian meninggal dan ia mendapat warisan besar sekaligus tanggung jawab yang tidak kalah besarnya untuk meneruskan bisnis keluarga.
Walau jiwanya bukanlah menjadi pengusaha, ia masih mengusahakan untuk menjalankan bisnis tekstil sambil mengurus sekolah wing chun yang didirikannya.
Sayangnya ia harus menerima kenyataan pahit terkena dampak kondisi politik negara yang sedang krisis saat ada invasi Jepang saat Perang Dunia II.
Rumah mewah keluarganya sempat dibobol tentara Jepang. Setelah orang-orang Jepang mengetahuinya sebagai ahli kungfu, ia justru mendapat undangan sebagai pelatih tentara Jepang. Tapi ia memilih mengungsi ke rumah salah satu muridnya.
Kehidupannya setelah Perang Dunia II tidak kunjung membaik. Ia pun harus berpisah dari anak istrinya.
Ternyata Bruce Lee yang mengetahui kabar sang guru di hari tua terketuk hatinya untuk membantu dengan cara mendirikan Vin Tsun Atheltic Association.
Bagaimanapun, dedikasinya untuk wing chun tidak diragukan lagi. Bahkan tidak lama sebelum wafat tahun 1972, ia sempat merekam jurus-jurus penting untuk diberikan kepada muridnya agar bisa terus dilihat meskipun fisiknya sudah tiada.
0 comments