inspirasi
Asal Usul sunat, Sudah Dipraktikkan di Beberapa Bangsa Kuno
Sunat atau khitan sudah lama jadi tradisi di masyarakat. Sebagai salah satu perintah agama, sunat juga menjadi sebuah ritual pendewasaan untuk laki-laki.
Kebudayaan bangsa Mesir Kuno sejak era raja Firaun ternyata sudah mengenal ritual ini untuk para putra bangsawan.
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa asal sunat dari tradisi Arab selatan, sebagian benua Afrika, sampai ke Australia dan Oseania. Tentunya ada perbedaan cara untuk praktiknya di masing-masing bangsa.
Baca juga: 5 Tari Tradisional Jawa Timur, Ada yang Sudah Mendunia
Pada zaman dulu dilaksanakan sebagai ritual agama dan hukuman di masa perang
Ada beberapa sumber yang menyebutkan tentang asal usulnya. Dilansir Ancient Origins, sunat pada zaman dahulu adalah ritual agama, ritual pendewasaan, dan juga sebagai bentuk hukuman saat masa perang.
D. Doyle menuliskan publikasi tentang asal usul sunat berjudul Ritual Male Circumcision: a Brief History pada The Journal of the Royal College of Physicians of Edinburgh.
Di sana dijelaskan bahwa ritual ini sudah dilakukan oleh beberapa bangsa seperti; Mesir, bangsa kepulauan di wilayah Laut Selatan, suku Aborigin di Australia, suku Inca, Maya, Aztec, dan timur tengah yang menganut Yudaisme dan Islam.
Dalam Islam sendiri, ada salah satu hadits Nabi Muhammad yang menjelaskan tentang keutamaannya.
“Lima dari fitrah yaitu khitan, istihdad (mencukur rambut kemaluan), mencabut rambut ketiak, memotong kuku, dan mencukur kumis.” (HR Bukhari dan Muslim)
Di Mesir kuno, praktik sunat hanya untuk anak laki-laki kalangan bangsawan
Tercatat dalam sejarah bahwa raja Firaun Mesir kuno pada tahun 2.400 SM merupakan pelopor dari tradisi sunat di masyarakat.
Bukti informasinya berasal dari sebuah relief Saqqara yang merupakan situs pemakaman kuno. Di sana tergambar tentang beberapa tindakan medis, yaitu sunat menggunakan pisau.
Sejarawan Herodotus dari Yunani juga menyatakan bahwa orang Mesir kuno melakukan praktik sunat untuk alasan kebersihan, karena mereka menganggap bahwa bersih lebih baik daripada cantik.
Tapi, asal usulnya di Mesir Kuno pada awalnya bukan untuk semua anak laki-laki. Yang disunat hanya anak laki-laki usia remaja dari kalangan bangsawan.
Lebih dari alasan kebersihan, kesehatan, atau ritual pendewasaan, sunat di Mesir ditujukan untuk membedakan golongan elite atau bangsawan dan rakyat pada umumnya.
Baca juga: Sejarah Sabun, Dari Masyarakat Babilonia Hingga Disempurnakan Ilmuwan Muslim
Etnis Xhosa dan Zulu menjalani tradisi sunat dengan tradisi yang rumit
Ternyata Mesir kuno bukanlah satu-satunya bangsa Afrika yang melakukan praktiknya, karena masyarakat di Afrika timur sudah lebih dulu menganggap sunat sebagai hal yang umum, meskipun caranya menjalani ritual agak ekstrem.
Anak-anak dan remaja laki-laki etnis Xhosa dan Zulu menjalani ritual ini sebagai peralihan menuju dewasa. Ritual mereka tradisional dan rumit yang diawali dengan mengecat badan dengan kapur.
Setelah badan anak-anak dicat, baru kemudian disunat. Dalam waktu beberapa minggu anak-anak yang disunat dikarantina dari komunitasnya dan tidak boleh dekat-dekat dengan perempuan.
Begitu selesai disunat, anak remaja laki-laki meninggalkan lapisan kulit yang terpotong sebagai simbol bahwa mereka sudah melepaskan kehidupan anak-anak dan siap menjadi laki-laki dewasa.
Lapisan kulit yang disunat akan ditinggalkan di hutan dan mereka ke sungai untuk membersihkan badan dari kapur.
Sunat di Australia dan Oceania dinilai lebih ekstrem dari bangsa lain
Selain di Afrika dan juga Timur Tengah, asal usul sunat juga terdapat di suku Aborigin di Australia dan Oceania. Lebih ekstrem lagi, alat untuk memotongnya adalah kerang laut.
Anak yang sedang disunat dipaksa bertahan agar tubuhnya menghadap ke atas sambil berbaring di atas punggung seorang lelaki dewasa yang posisinya berlutut.
Agar tidak memberontak, kaki dan tangannya dipegang oleh lelaki dewasa lain.
Anak yang habis sunat akan jongkok atau berdiri di atas asap dari perapian yang tertutup daun kayu putih. B
ukan sekadar mengeringkan luka, tapi tetesan darah ke dalam nyala api merupakan simbol simpati untuk kaum perempuan yang kesakitan karena menstruasi.
Dibandingkan dengan di Mesir kuno, tradisi sunat di Australia dan Oceania bukan sekadar ritual menjadi dewasa, tapi juga sekaligus ujian keberanian.
Di era modern saat ini, tradisi sunat masih terus dilakukan masyarakat karena perintah agama juga demi kesehatan.
0 comments