inspirasi
Kisah Nabi Hud, Kaumnya Dibinasakan dengan Angin Kencang
Kisah para nabi selalu bisa menjadi pembelajaran sepanjang masa. Alquran sudah memuat kisah nabi dan rasul beserta penjuangan menghadapi umat masing-masing.
Salah satu kisah yang diabadikan di Alquran adalah tentang kisah Nabi Hud AS. Nabi Hud menjadi utusan Allah untuk kaum ‘Aad yang peradabannya maju dan makmur.
Sayang sekali kemakmuran yang dimiliki justru membuat mereka lupa diri, tidak mengikuti seruan nabi, dan bahkan menantang azab. Pada akhirnya kaum Nabi Hud binasa karena angin kencang. Seperti inilah kisahnya.
Baca juga: Mengenal Basa Arekan, Dialek Jawa Suroboyoan yang Terkesan Lebih Tegas
Diutus untuk berdakwah di tengah kaum ‘Aad yang menyembah berhala
Nabi Hud adalah utusan Allah yang disebut tujuh kali di dalam Alquran. Nasabnya masih tersambung pada Nabi Nuh. Waktu kelahirannya selisih 300 tahun sesudah wafatnya Nabi Nuh.
Allah mengutusnya untuk berdakwah pada kaum ‘Aad, suatu bangsa yang terkenal suka bermewah-mewahan dan bertempat tinggal di istana megah di daerah bukit berpasir.
Salah satu keunggulan mereka adalah kemampuan untuk membuat bangunan yang luar biasa megah dan belum pernah ada di tempat lain. Kaum ‘Aad terbiasa menyembah berhala seperti umat Nabi Nuh.
“Dan kepada kaum ‘Aad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan saja.” (QS Hud: 50)
Tetap gigih berdakwah walau terus dicela oleh kaumnya sendiri
Kehidupan bermewah-mewahan menjadikan mereka melupakan nikmat Allah, dan justru menyembah berhala. Padahal Allah sudah memberi banyak kelebihan berupa kenikmatan dunia yang luar biasa.
Nabi Hud kemudian mengajak kaum ‘Aad agar menyembah Allah setelah terlihat banyak bukti keesaan Allah.
Tapi, kaumnya malah terus-terusan mencela, mengatakan ajaran nabi tidak ada gunanya, dan memilih berhala yang bernama Shada, Shamud, dan Al Haba.
Saat diberi peringatan tentang azab yang mengancam, Kaum ‘Aad pun menantang agar mendatangkan azab. Reaksi seperti ini mirip seperti kaum Nabi Nuh yang juga menantang azab.
Segala macam caci maki tidak membuatnya berhenti berdakwah menyampaikan apa yang Allah perintahkan.
Baca juga: Apa Itu Pedagogik, Ilmu yang Wajib Dikuasai oleh Para Guru
Kaumnya masih saja ingkar setelah ditimpa dengan azab kekeringan
Allah pun murka dan menurunkan azab-Nya dalam beberapa tahap. Yang pertama adalah sebuah bencana kekeringan di kebun yang membuat kaum ‘Aad kekurangan stok bahan makanan.
Sudah ditimpa azab kelaparan, kaum yang angkuh ini masih saja tidak percaya dengan apa yang diperingatkan Nabi Hud. Azab berikutnya adalah berupa awan hitam yang justru disambut suka cita.
Awan hitam yang dikira mendung pertanda hujan ternyata adalah awan yang diikuti dengan angin kencang pembawa bencana. Azab berupa angin kencang sudah diabadikan dalam Alquran.
“Maka ketika mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, ‘Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.’ (Bukan!) Tapi itu adalah azab yang kamu minta agar disegerakan datangnya. (yaitu) Angin yang mengandung azab yang pedih.” (QS Al Ahqaf: 24)
Setelah bencana angin kencang, umat yang ingkar pun lenyap dari muka bumi
Angin kencang dengan cepat membuat kaum ‘Aad lenyap dari muka bumi dan jasad mereka tertutup oleh pasir di antara bangunan megah mereka.
Tidak ada lagi yang tersisa setelah bencana angin kencang, selain Nabi Hud sendiri dan umat yang beriman dan berlindung di suatu lembah.
Sesudah kaum Aad diazab sampai binasa, Nabi Hud dan umat yang beriman kemudian hijrah ke daerah Hadramaut untuk memulai hidup baru.
Kisah Nabi Hud yang dengan sabar dan gigih menghadapi kaumnya memberi banyak hikmah dan bahan perenungan yang relevan sampai zaman sekarang.
Bahwa kekuatan dan kekayaan di dunia adalah titipan Allah yang tidak seharusnya disombongkan. Kemudian tentang azab, hal itu adalah sesuatu yang pasti terjadi bagi kaum yang ingkar.
0 comments