inspirasi
Sejarah Musik Gambus, Dari Timur Tengah untuk Berdakwah ke Nusantara
Gambus adalah salah satu jenis musik yang terkenal di tanah air. Musiknya sering terdengar dalam alunan lagu religi. Musik yang bersejarah ini bisa bertahan walau industri musik modern semakin berkembang.
Selain karena musiknya yang menenangkan saat didengar, lirik lagunya juga mengajak untuk lebih ingat akhirat. Untuk mengiringi lagunya, dalam musik gambus juga disertai istrumen musik modern.
Baca juga: Kisah Nabi Yaqub, Pelajaran Bagi Orangtua Mendidik Anak
Gambus di Indonesia dibawa oleh bangsa Arab dan berkembang di Semenanjung Melayu
Datangnya musik gambus di Indonesia pada awalnya dibawa bangsa Arab bersamaan dengan penyebaran agama Islam di pada abad ke-15.
Instrumen musiknya yang mirip gitar klasik dimainkan di kapal-kapal penjelajah Arab sebagai hiburan saat melakukan perjalanan laut yang cukup panjang.
Berdasarkan istilahnya, gambus diambil dari bahasa Arab qupus yang kemudian berubah jadi gabbus di wilayah Zanzibar dan Filipina Selatan yang masyarakatnya beragama Islam.
Di Indonesia sendiri, istilah gabbus mengalami penyesuaian menjadi gambus.
Gambus di Indonesia lebih dahulu berkembang di Semenanjung Melayu dan berlanjut di Pulau Jawa. Pada tradisi Melayu, gambus dimainkan dalam pertunjukan musik ghazal dan zapin.
Dahulu gambus merupakan sarana dakwah Islam di wilayah Nusantara
Meski popularitasnya cenderung redup dan penikmatnya berkurang, sejak tahun 2011-an, gambus mulai dikenal kembali di Indonesia.
Bukan hanya keturunan Arab, tapi sudah bisa menyentuh semua golongan. Salah satu momentum yang penting adalah munculnya grup Sabyan Gambus yang memberi warna tersendiri di blantika musik Indonesia.
Selain karena musiknya yang bikin tenang saat didengar, suara penyanyinya juga merdu. Yang lebih penting adalah liriknya yang bernuansa islami seperti selawat nabi yang bisa menjadi pengingat pada akhirat.
Memang sejak dahulu gambus diciptakan dengan syair-syair religius, dan mengajak orang untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meneladani Nabi Muhammad.
Itulah mengapa musik yang satu ini pernah dipakai oleh imigran Arab untuk sarana berdakwah di wilayah Nusantara.
Baca juga: Kisah Hidup Ibu Sud, Sang Maestro Lagu Anak Indonesia
Sempat populer karena musisi Syekh Albar, walau kemudian meredup lagi
Musik gambus makin populer di Indonesia karena Syekh Albar, seorang musisi terkenal di Indonesia pada tahun 1920-an. Syekh Albar adalah keturunan Indonesia-Arab yang lahir di Surabaya yang juga pemain gambus handal.
Lagu dari Syekh Albar sudah berhasil masuk ke dapur rekaman oleh perusahaan piringan hitam yang terkenal pada masanya, yaitu His Master Voice.
Suaranya dan petikan gambusnya tidak hanya disukai di Indonesia, melainkan di Timur Tengah juga.
Setelah Syekh Albar, musisi gambus penerusnya adalah Segaf Assegaf yang juga sering menampilkan lagu-lagu Abdallah Rwaished dan Abu Bakar Bilfaqih, musisi gambus dari negeri Yaman.
Tapi lama kelamaan gambus mulai jarang ditampilkan, kecuali oleh keturunan Arab atau masyarakat di Sumatra dalam momen tertentu.
Menjadi salah satu cikal bakal musik dangdut yang juga bercampur dengan musik Melayu
Seiring berjalannya waktu, musik gambus justru bercampur dengan aliran musik yang lain.
Pada tahun 1940-1970 sebelum musik Melayu dan musik dangdut booming di masyarakat, gambus sudah lama menjadi kesenian yang banyak ditampilkan di pesta perkawinan atau khitanan.
Ternyata gambus adalah salah satu cikal bakal dari irama musik dangdut yang sampai sekarang banyak didengarkan oleh masyarakat Indonesia. Saat itu, musik gambus terpengaruh oleh unsur musik Melayu.
Warna musiknya ada kemiripan dengan musik Melayu. Beberapa kelompok orkes gambus pun dikenal masyarakat lokal sebagai Orkes Melayu (OM) yang disukai masyarakat, bahkan di luar Melayu.
Ada beberapa OM terkenal zaman dulu, misalnya; OM. Bukit Singuntang, OM. Sinar Kemala, dan OM. Kenangan.
Itulah sekilas sejarah musik gambus yang sempat terkenal di Indonesia, bukan hanya sebagai hiburan, tapi juga sebagai sarana dakwah.
0 comments