berita
Sapardi Djoko Damono Tutup Usia, Ini Makna yang Terkandung dalam Karyanya yang Fenomenal
Berita duka datang dari dunia kesenian Indonesia, sastrawan sekaligus penyair Supardi Djoko Damono telah berpulang pada Minggu, 19 Juli 2020.
Ia menghembuskan nafas terakhirnya di usia 80 tahun. Media sosial diramaikan dengan ucapan belasungkawa dari sederet publik figur dan para penggemar.
Sepanjang perjalanan karirnya, pujangga ini dikenal sebagai perangkai kata sederhana yang mengandung pesan mendalam. Itulah salah satu alasan karya-karyanya selalu populer di berbagai kalangan. Berikut ini makna dalam puisi dan kutipan Supardi Djoko Damono.
Kesabaran dalam “Hujan Bulan Juni”
Buku ini merupakan kumpulan puisi yang kemudian berkembang menjadi novel trilogi. Karya ini telah diterjemahkan dalam empat bahasa diantaranya Arab, Inggris, Jepang, dan Mandarin.
Di dalam “Hujan Bulan Juni”, kesabaran dan ketabahan seseorang yang tidak terbatas di gambarkan seperti menunggu hujan di bulan Juni.
Semangat menulis disampaikan dalam “Pada Suatu Hari Nanti”
Melalui “Pada Suatu Hari Nanti”, Supardi Djoko Damono menyampaikan pesan bahwa dirinya akan tetap menulis meskipun tidak lagi muda.
Tulisan ini juga mengingatkan pembaca, ketika manusia tiada namanya akan tetap abadi melalui karya yang ditinggalkan. Puisi ini terncantum dalam buku “Hujan Bulan Juni”.
Pengorbanan cinta dalam “Aku Ingin”
Puisi yang romantis sekaligus menyedihkan, itulah kesan yang didapat ketika membaca “Aku Ingin”. Tulisan ini ia menyampaikan kerinduan yang mendalam pada sang kekasih.
Setiap penggalan kalimat dalam puisi ini menyiratkan perasaan cinta sebaiknya dibuktikan dengan tindakan, bukan hanya perkataan semata.
Arti sederhana kata cintadalam “Sajak-sajak Kecil Tentang Cinta”
Di dalam puisi ini mengajarkan bahwa untuk dapat mencintai seseorang, kita harus menjadi bagian dari seseorang itu. Saling melengkapi dalam suatu hubungan digambarkan sangat luar biasa melalui karya ini.
Seperti contohnya pada baris pertama “Sajak-sajak Kecil Tentang Cinta”, angin tetap menjadi angin meskipun tanpa siut, namun angin akan kurang sempurna tanpa siut tersebut.
Pesan untuk selalu rendah hati dalam “Menjenguk Wajah di Kolam”
Karya ini masih tergolong baru, pertama kali diterbitkan pada Agustus 2018 dengan buku berjudul “Perihal Gendis”. Seperti tulisan lainnya, “Menjenguk Wajah di Kolam” dirangkai dengan kalimat sederhana yang megandung makna luas.
Puisi ini memberi pesan bahwa manusia tidak boleh sombong dengan paras rupawan. Digambarkan seperti melihat keindahan dalam kolam yang tidak nyata.
Itulah beberapa karya Sapardi Djoko Damono paling populer dengan makna tersirat yang menyetuh. Kini panutan dalam dunia satra itu telah pergi, namun tulisan-tulisannya akan tetap abadi dan selalu tersimpan di hati para penggemar.
0 comments