inspirasi
Heboh Palestina ‘Dihapus’ dari Peta oleh Google dan Apple, Berikut Sederet Faktanya
Dunia dihebohkan dengan kabar peta Palestina yang dihapus dari tampilan digital di Apple dan Google. Kabar ini membuat heboh jagat dunia maya.
Dua perusahaan besar itu dituding menghapus Palestina dari peta online mereka. Jika kita melakukan pencarian kata ‘Palestine’ di Google Maps atau Apple Maps, tampak garis besar wilayah Jalur Gaza dan Tepi Barat. Namun tak ada label negara Palestina disana.
Dalam sekejap, berita tersebut ramai di media sosial. Di Indonesia sendiri juga marak pesan berantai dengan pernyataan bahw Palestina dihapus dalam peta digital maupun di dunia.
Bahkan ada yang memberikan gambaran perbedaan kawasan Palestina pada 1918 dengan peta wilayah Palestina tahun 2020.
Mengenai klaim penghapusan wilayah Palestina ini, berikut fakta-faktanya.
Baca juga: Inilah Teori Konspirasi Paling Terkenal di Dunia & Dipercaya Banyak Orang
Klaim media asing terhadap isu penghapusan Palestina di peta digital
Independent, media asal Inggris menyebut awal mula tudingan bahwa wilayah Palestina dihapus dari peta berawal dari unggahan pengguna bernama @astaghfirullah pada Rabu (15/7/2020) lalu.
Akun tersebut menggunggah foto yang memperlihatkan dua foto peta wilayah Palestina dan Israel. Bahkan akun tersebut menuduh dua perusahaan, Apple dan Google menghapus Palestina dari peta digital mereka.
“BREAKING: Google maps and Apple maps officially removed Palestine from worldwide maps,” tulis dalam akun tersebut.
Namun menurut The Guardian, disebutkan bahwa Palestina tak pernah dihapus dari Google. Lebih lanjut, The Guardian mengklaim bahwa Google justru tak pernah masuk dalam peta dunia dalam layanan manapun milik Google.
Bukan pertama kalinya tuduhan dialamatkan pada Google
Terkait dengan kabar ini, ternyata ini bukan tuduhan pertama yang dialamatkan pada Google. Pada 2016 lalu, ada satu petisi yang muncul di Change.org dan mengklaim bahwa semua yang menyebut Palestina telah dihapus atas desakan pemerintah Israel.
Tudingan ini lantaran dua pendiri Google memiliki hubungan dengan Israel dan para pemimpinannya. Untuk kabar yang tengah viral, Google juga memberikan tanggapan mereka.
“Tidak pernah ada label ‘Palestina’ di Google Maps, namun kami menemukan bug yang menghapus label untuk ‘Tepi Barat’ dan Jalur Gaza’. Kami bekerja dengan cepat untuk memasang label itu kembali ke peta,” ujar juru bicara Google, Elizabeth Davidoff, seperti dilansir dari The New York Times.
Independent.co.uk, baru-baru ini juga menjelaskan bahwa Apple dan Google tak pernah mencantumkan nama Palestina dalam peta digital mereka.
Namun kedua perusahaan itu menunjukkan garis pemisah untuk wilayah Jalur Gaza dan Tepi Barat dengan Israel. Tapi tetap tak menyebutkan nama Palestina.
Peta digital yang masih ‘mengakui’ Palestina sebagai wilayah
Masih adakah peta digital yang mencantumkan nama Palestina? Tentu ada. Peta digital milik Microsoft, Bing Maps, memiliki tag Palestina dalam peta mereka.
Dilansir dari cnbc, wilayah Palestina berada di Asia Barat yang juga mencakup Israel, Tepi Barat, Jalur Gaza, dan bagian dari Yordania Barat.
Baca juga: Kisah Jack The Ripper, Pembunuh Kejam yang Pelakunya Terungkap Seabad Kemudian
Sejarah singkat mengenai Palestina dan konfliknya dengan Israel
Dikutip dari History, Palestina memiliki luas sekitar 2.400 mil persegi. Hingga 1948, wilayah Palestina secara geografis terletak di antara Laut Mediterania dan Sungai Jordan.
Selain itu secara teoritis, Palestina juga mencakup wilayah Tepi Barat (wilayah yang membagi Israel dan Yordania) dan Jalur Gaza (berbatasan dengan Israel dan Mesir). Namun banyak yang menganggap daratan ini sebagai Israel.
Menurut sejarah, Palestina sempat dikuasai banyak pihak. Seperti Assyria, Babylonia, Persia, Yunani, Romawi, Arab, Fatimiyah, Turki, Tentara Salib hingga Mesir.
Namun yang menyebabkan konflik dengan Israel hingga kini adalah ketika Inggris mengambil alih Palestina pada 1918 usai Perang Dunia I.
Liga Bangsa-bangsa saat itu juga mengeluarkan mandat untuk memberikan tanggung jawab pada Inggris membangun tanah air bangsa Yahudi di Palestina.
Pada 1947, PBB mengajukan rencana pembagian dua wilayah Palestina. Satu untuk wilayah independent Yahudi dan lainnya wilayah independent Arab dengan Yerussalem sebagai wilayah internasional.
Yahudi menyambut baik keputusan tersebut. sementara warga Palestina dan Arab menolak. Setahun kemudian, Inggris menarik diri hingga Palestina dan Israel menjadi negara merdeka.
Perang sempat pecah di wilayah terebut dan melibatkan Israel dengan lima negara, Yordania, Irak, Suriah, Mesir dan Lebanon.
Pada 1964, Palestine Liberation Organization atau PLO dibentuk demi meendukung rencana membangun negara Palestina di Israel.
Sebelumnya, sekitar 700.000 hingga 900.000 warga Palestina meninggalkan atau terpaksa meninggalkan rumah mereka. Munculnya PLO menjadi reaksi keras atas Zionisme yang merupakan gerakan untuk membangun tanah air Yahudi di Israel.
Peperangan sempat berlanjut dan sempat ada upaya perdamaian pada 1993. Terbentuklah pemerintahan Palestina yang baru. Pada 2005, pasukan Israel sempat mundur dari Gaza. Pada 2006, kelompok militant Islam Sunni, Hamas memenangkan legislatif di Palestina.
Pada 2007, Hamas mengalahkan Fatah pada pertempuran Gaza. Hamas dan Israel terlibat perang, yaitu Operation Cast Lead (Desember 2008), Operation Pillar of Defense (November 2012), dan Operation Protective Edge (Juli 2014). Pada April 2014, Hamas dan kelompok Fatah bersepakat membentuk pemerintah Palestina yang bersatu.
Pada Mei 2017, para pemimpin Hamas (pemegang kekuasaan Palestina) mengusulkan pembentukan negara Palestina menggunakan perbatasan sesuai ketentuan 1967, dengan Yerusalem sebagai ibukotanya.
Tetapi menolak mengakui Israel sebagai negara. Tentu saja pemerintah Israel menolak rencana itu. Hingga kini, pemimpin dunia terus mencari cara demi perdamaian di wilayah tersebut.
0 comments