inspirasi
Mengenal ‘Lagom’, Gaya Hidup ala Skandinavia yang Bisa Bantu Hidup Bahagia
Ada sebuah tren gaya hidup dari Negara Skandinavia yang disebut lagom. Jika diterjemahkan secara harfiah, lagom berarti ‘tidak lebih, tidak kurang, cukup’. Dari sini dapat tergambar bahwa lagom dapat bermakna adil, hemat, dan tercipta keseimbangan.
Menurut World Happiest Report tahun 2018, sebuah survey yang mengukur kebahagiaan di dunia, beberapa negara Skandinavia, seperti Denmark, Finlandia, dan Swedia menempati peringkat paling atas.
Salah satu faktor rahasia untuk bisa bahagia adalah pola hidup sehari-hari penduduknnya yang menerapkan gaya hidup lagom.
Baca juga: Pulau Hashima, Pulau Hantu di Jepang yang Punya Sejarah Kelam
Lagom membuat sesorang untuk menjaga keseimbangan
Secara esensial, yang menjadi hal dasar pada gaya hidup lagom ialah perasaan syukur dan kecukupan. Bahwa segala sesuatu semestinya cukup dan apa adanya.
Ini senada dengan “Lagom ar bast”, sebuah peribahasa dari Swedia yang artinya “Jumlah yang tepat adalah yang terbaik”.
Pada praktiknya, lagom berarti menjaga banyak hal tetap seimbang. Mulai dari gaya bekerja, bersikap dan berpikir, mengatur tata ruang, berpakaian, dan aspek hidup lainnya yang semua dilakukan secara seimbang.
Bisa menjaga kondisi fisik dan mental tetap sehat
Lagom yang berorientasi pada keseimbangan dan ketenangan hidup merupakan pemulih dari krisis kesehatan mental yang banyak terjadi di tengah kesibukan masyarakat modern. Apalagi jika mengingat meningkatnya burnout di beberapa negara.
Bagi orang di luar Skandinavia pun, mempraktikkan lagom dalam kehidupan bisa menjadi pilihan tersendiri.
Terkait pekerjaan, lakukan dan tinggalkan pekerjaan rutin pada waktunya. Setelah itu bisa bersosialisasi dengan teman, bersantai di rumah, atau istirahat.
Kemudian tentang prinsip keseimbangan hidup dan kerja semestinya juga tidak hanya slogan, tapi justru prinsip itu perlu diaplikasikan agar mental dan fisik lebih sehat.
Dengan fisik dan mental sehat itu, kehidupan sehari-hari akan terasa tenang dan merasa cukup.
Bukan hanya minimalis, tapi mengutamakan keseimbangan
Sekilas, lagom mirip seperti model hidup minimalis yang berprinsip less is more. Semakin sedikit yang dimiliki, semakin baik. Bedanya, lagom di sini justru mengutamakan prinsip keseimbangan. Segala sesuatu ada porsinya, termasuk juga penggunaan furnitur yang tepat dan pas.
Menurut Donna Smallin Kuper, pakar interior rumah, memiliki terlalu banyak barang di rumah bisa memunculkan perasaan kewalahan serta tidak merasa senang pada diri sendiri maupun lingkungan.
Karena itu, coba sortir kembali barang atau benda-benda yang sebenarnya tidak dipakai di rumah, sehingga ruang gerak jadi lebih besar dan merasa lega.
Tidak hanya dipraktikkan untuk diri sendiri dan di dalam rumah, lagom juga berdampak positif bagi lingkungan sekitar.
Baca juga: Jesse Owens, Atlet Kulit Hitam yang Mempermalukan Hitler di Negeri Sendiri
Termasuk gaya hidup yang ramah lingkungan
Mengenai tata ruang di luar, orang-orang Skandinavia juga menerapkan lagom. Hunian yang tak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil.
Yang pasti rumah itu memungkinkan penghuninya bersosialisasi dengan tetangga, sambil tetap menjaga privasi penghuninya.
Misal bosan dengan suasana rumah, itu bukan berarti kita langsung membeli barang-barang baru. Bisa lakukan perbaikan atau dekorasi ulang terlebih dahulu dengan mengubah tata letak atau bisa juga mengurangi beberapa detail di sekitarnya.
Jika ternyata kita membutuhkan barang atau perabotan yang baru karena alasan fungsional, ‘nasib’ dari barang lama itu juga perlu dipikirkan.
Bisa dijual atau diberikan kepada orang yang membutuhkan, agar tidak menumpuk di rumah atau merusak lingkungan.
Gaya hidup seperti ini menjaga kualitas hidup yang berkelanjutan
Selain konsep keseimbangan itu, inti dari lagom sebenarnya adalah kemampuan untuk menjaga keberlanjutan hidup dan kualitas hidup untuk semua generasi. Seperti kata Anna Brones dalam bukunya The Swedish Way:
“Menerapkan lagom dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam apa yang kita makan, apa yang kita kenakan, bagaimana kita hidup, bagaimana kita bekerja, mungkin hanya menjadi trik untuk merangkul gaya hidup yang lebih seimbang dan berkelanjutan yang menyambut kesenangan hidup daripada hal-hal yang dikonsumsi”
Terkesan sederhana, tapi kita dapat mempraktikkan ke dalam kehidupan sehari-hari agar lebih berkualitas. Cobalah gaya hidup lagom dan rasakan perubahan positifnya.
0 comments