inspirasi
Kisah Pendiri Universitas Stanford, Kampus Bergengsi yang Lokasinya Bekas Kandang Kuda
Siapa tidak kenal Universitas Stanford? Sebagai salah satu kampus terbaik di dunia, Universitas Stanford sudah menghasilkan inovasi besar.
Sebut saja perusahaan teknologi Google, WhatsApp, Snapchat, Netflix, dan masih banyak lagi yang didirikan oleh orang-orang yang pernah belajar di Universitas Stanford.
Di balik popularitasnya, Universitas Stanford ternyata memiliki sejarah yang unik dan inspiratif. Nama resmi kampus besar di Silicon Valley ini adalah Leland Stanford Junior University yang diambil dari nama anak tunggal pendirinya.
Di awal didirikan, masyarakat mengenalnya sebagai peternakan kuda, karena memang lokasinya bekas peternakan kuda.
Sebelum menjadi universitas bergengsi di dunia, para pendirinya ternyata harus melewati perjalanan panjang.
Baca juga: Higanbana, Bunga Cantik dari Jepang yang Menjadi Lambang Kematian
Mendirikan kampus Stanford untuk mengenang anak yang meninggal di usia muda
Sebagai pengusaha dan mantan Gubernur California, Amasa Leland Stanford (1824-1893) memang merasa terpanggil untuk urusan kesejahteraan publik.
Seluruh kekayaannya yang termasuk lahan peternakan kuda di Palo Alto, California disumbangkan untuk menjadi institusi pendidikan kelak yang melahirkan orang-orang hebat di dunia.
Sejak meresmikan Universitas Stanford pada tanggal 1 Oktober 1891, barangkali tidak terbayang di benaknya akan jadi sebesar apa Universitas Stanford di kemudian hari.
Yang dikatakannya waktu itu pada istrinya, Jane Lathrop, adalah seperti ini;
“Anak-anak California akan menjadi anak-anak kita.”
Apa maksud dari ucapan itu? Ternyata putra semata wayang, Leland Stanford Junior, telah meninggal dunia di usia 16 tahun karena sakit tifus.
Ia berpikir bersama sang istri untuk membangun sesuatu demi mengenang anaknya yang meninggal terlalu muda dan belum sempat belajar di universitas.
Belajar ke Harvard tentang cara merintis sebuah universitas modern
Sempat terpikir untuk membangun sekolah teknik, museum, atau universitas. Akhirnya pilihan jatuh pada pembangunan universitas.
Tahun-tahun awal begitu sulit. Sekaya apapun, tetap kekayaannya belum cukup untuk visi besar dan gagasannya. Apalagi saat itu pendidikan hanya umum bagi laki-laki saja.
Ia ingin mengubah tradisi tersebut, bahwa pendidikan di Universitas Stanford terbuka bagi laki-laki maupun perempuan.
Kunjungan ke sejumlah universitas besar di wilayah timur Amerika pun dilakukan, salah satunya Universitas Harvard.
Setelah belajar tentang cara terbaik untuk merintis sebuah universitas modern dari awal, ia dan istri kembali ke Palo Alto California dan membangun kerjasama dengan para pengajar.
Meski sudah berdiri, tetap saja kelas-kelasnya tidak langsung berjalan dengan baik. Masyarakat dan media menunjukkan komentar pesimis bahwa profesornya akan mengajar di aula marmer tapi di depan kursi-kursi yang kosong. A
palagi gempa bumi tahun 1906 menghancurkan beberapa gedung yang bahkan masih baru.
Baca juga: Rentan Bencana Alam, Vanuatu Termasuk Negara Paling Bahagia di Dunia
Gempa bumi berkekuatan besar sempat menghancurkan gedung Universitas Stanford
Gempa berkekuatan 7,8 SR yang dikenal sebagai the Great Earthquake 1906 menyebabkan kerusakan luar biasa. Nilai kerusakannya berjumlah kira-kira US$ 50.000.
David Starr Jordan, pimpinan universitas saat itu, merilis pernyataan di Daily Palo Alto mengenai tindakan universitas selanjutnya. Komentar dimulai dengan ungkapan duka cita, tapi tetap ada optimisme di sana.
“Terlepas dari tragedi ini, seandainya gempa terjadi di siang hari, korban jiwa akan sangat mengerikan.”
Di masa sulit, kampus masih memberi beasiswa kepada semua siswa, tapi kemudian dihentikan pada tahun 1930-an.
Puluhan tahun kemudian, kepemimpinan universitas sudah dijalankan secara professional tanpa campur tangan keluarga Stanford. Segala sesuatunya tampak stabil, sampai gempa bumi Loma Prieta 1989 mengguncang kembali.
Bertahun-tahun sejak Loma Prieta, Universitas Stanford melakukan banyak hal untuk meningkatkan kewaspadaan pada gempa.
Menghadapi tantangan, kualitas pendidikan dan penelitian Stanford makin berkembang
Melalui banyak tantangan di segala bidang, termasuk menghadapi bencana alam, iklim penelitian dan kualitas pendidikan di Stanford semakin berkembang.
Dari tahun ke tahun Universitas Stanford semakin banyak menarik minat mahasiswa brilian yang menjadi tokoh penting di kemudian hari. Misalnya Herbert Hoover presiden Amerika ke-31.
Bill Hewlett dan David Packard juga menjadi alumni yang terkenal dengan perusahaan Hewlett-Packard (HP) di bidang teknologi di Silicon Valley, California.
Meskipun pada awalnya hanya diawali dari garasi di Palo Alto. Tapi hal itu justru menjadi inspirasi bagi wirausahawan berikutnya di era digital.
Profesor Frederick Emmons Terman, yang dijuluki The Father of Silicon Valley sempat meninggalkan jejak dan mendorong mahasiswa Stanford, untuk mengembangkan sekaligus mengkomersialkan gagasan mereka.
0 comments