inspirasi
Hutan Aokigahara, Tempat Misterius di Jepang yang Sering Jadi Lokasi Bunuh Diri
Di barat laut Gunung Fuji terdapat hutan Aokigahara yang sangat rimbun dan dijuluki sebagai jukai atau lautan pohon.
Hutan ini terbentang pada lahan yang luasnya 35 km² di atas tanah bekas letusan Gunung Fuji.
Hutan yang terkesan angker ini usianya sudah lebih dari 1.200 tahun. Yang menjadikan hutan ini terkenal adalah karena sering jadi lokasi untuk bunuh diri.
Baca juga: Mitos Pelet Lintrik, Sihir Pemikat Hati yang Terkenal di Masyarakat Jawa
Terkesan tenang pada awalnya, ternyata semakin ke dalam semakin mencekam
Memasuki deretan pepohonan pinus yang lebat dan udaranya sejuk, tampaknya hutan ini bisa untuk hiking. Apalagi jika dilihat dari jauh, pemandangannya juga terasa cocok untuk mencari ketenangan.
Tapi, suasana tenang di hutan ini mungkin tidak akan bertahan lama. Saat memasukinya lebih dalam, ada mulut gua yang cukup lebar menyambut orang-orang yang datang.
Di dalamnya ada dua gua yang misterius dan ikonik, yaitu Ice Cave dan Wind Cave. Tanahnya mengandung besi magnet, sehingga jaringan ponsel tidak berfungsi saat sedang berada di dalamnya.
Banyak orang yang kemudian berpikir ulang sebelum mengunjunginya.
Dengan suasana misterius, ada beberapa traveler dilaporkan hilang di dalamnya
Semakin jauh melangkah, suasana di dalam hutan ini seperti menceritakan banyak kisah kelam. Banyak benda-benda peninggalan orang yang konon usai meregang nyawa di dalamnya.
Ada baju, celana, ikat pinggang, dompet, sepatu berwarna-warni, dan tali yang menggantung di pohon.
Di beberapa titik bahkan ada tulang belulang dan tengkorak yang sudah mulai menyatu dengan tanah.
Apalagi menurut mitos setempat, hutan ini juga dihuni oleh para arwah penasaran.
Itulah mengapa sejumlah traveler memberi kesaksian bahwa saat berada di dalam hutan seperti ada yang mengawasi sambil mengeluarkan suara aneh.
Dengan fakta bahwa jaringan ponsel tidak bekerja di dalam hutan, bisakah dibayangkan jika terjadi sesuatu yang berbahaya?
Sempat ada beberapa laporan tentang traveler yang hilang secara misterius setelah melakukan perjalanan di dalam hutan ini.
Baca juga: Dikaitkan dengan Ilmu Hitam, Praktik Santet Sudah Ada Sejak Ratusan Tahun di Indonesia
Sudah terkenal sebagai lokasi untuk bunuh diri sejak abad ke-19
Popularitas hutan ini makin meluas sejak penulis Seicho Matsumoto pada tahun 1961 menerbitkan sebuah novel yang berjudul Tower of Waves.
Di dalamnya ada cerita tentang sepasang kekasih yang memilih mengakhiri hidup di hutan menyeramkan ini.
Terlepas dari tingginya angka bunuh diri di Jepang, ada alasan khusus mengapa hutan ini menjadi pilihan untuk mengakhiri hidup.
Menurut antropolog Karen Nakamura, orang yang berpikiran untuk bunuh diri di hutan ini merasa tidak akan mati sendirian.
Karena sudah banyak yang melakukannya sejak abad ke-19 ada keyakinan bahwa rohnya tetap berada di hutan dan menjadi teman atau pendukung bagi orang yang berpikir bunuh diri.
Demi mengurangi angka bunuh diri yang mengkhawatirkan, pemerintah membatasi penyebaran data soal ini.
Banyak cara diupayakan untuk mencegah bunuh diri di hutan ini(foto: unseenjapan)
Sebagai langkah untuk mengatasi aksi bunuh diri yang dilakukan masyarakatnya, pemerintah Jepang sudah mengerahkan petugas khusus.
Petugas akan melakukan patroli dan mengawasi pengunjung dengan sistem yang canggih.
Tersedia informasi layanan konseling di sejumlah titik. Selain layanan konseling, ada juga kalimat imbauan dalam papan besar yang bisa dibaca setiap pengunjung.
“hidupmu adalah suatu hal yang berharga… Ingatlah orang tua, saudara, dan sahabatmu sebelum mengambil keputusan,” demikianlah imbauan yang tertulis di papan besar.
Banyak cara diupayakan agar tidak ada lagi catatan tentang aksi bunuh diri di dalam hutan ini.
Pemilik pertokoan yang ada di dekat hutan pun berkontribusi menjadi relawan pencegahan bunuh diri selama puluhan tahun.
0 comments