inspirasi
Laksamana Malahayati, Wanita Aceh yang Membuat Inggris Takut Bertempur
Laksamana Malahayati adalah salah satu pahlawan Indonesia yang jasanya sangat besar. Sebagai prajurit yang melawan penjajah, ia menorehkan banyak pengalaman di medan tempur.
Namanya juga dikenal oleh dunia sebagai seorang wanita pejuang tangguh karena sempat membuat pasukan Ingris takut.
Pada tanggal 9 November 2017, ia mendapat gelar sebagai pahlawan nasional. Inilah beberapa fakta tentang perjuangan Laksamana Malahayati.
Baca juga: Alexander Fleming, Ilmuwan yang Tidak Sengaja Menemukan Antibiotik Penicilin
Seorang santriwati yang menjadi seorang laksamana laut wanita pertama di dunia
Ia adalah sosok wanita yang pertama berkiprah di pelayaran modern. Setelah tamat pendidikan santriwati, ia mulai belajar di Ma’had Baitul Makdis atau akademi militer kerajaan.
Selama menempuh pendidikan militer, ia menjadi pembelajar yang giat dan menorehkan banyak prestasi. Karena itu, ia pun berhasil jadi komandan protokol di kerajaan.
Sepeninggal sang suami, Laksamana Zainal Abidin yang gugur dalam pertempuran di Selat Malaka melawan Portugis, ia dengan cepat menggantikan peran suaminya di medan perang dengan armadanya sendiri.
Memimpin pasukan pelayaran yang beranggotakan para janda pejuang di Aceh
Ia merupakan panglima Inong Balee, yakni pasukan pelayaran yang beranggotakan para janda pejuang di Aceh yang telah gugur dalam pertempuran di Selat Malaka.
Prajuritnya memang para janda, tapi begitu tangguh dalam kemiliteran. Sistem pertahanannya begitu kuat di darat dan laut, serta diperkuat dengan benteng pertahanan di Teluk Lamreh Kraung Raya dengan ratusan kapal.
Bukti ketangguhan pasukannya adalah ketika Portugis terpukul mundur dan juga tewasnya Cornelis de Houtman pada abad ke-16 .
Meskipun saat itu kaum lelaki yang mendominasi, ia dan pasukannya mampu mendapat penghormatan tinggi. Ia juga dipilih langsung oleh Sultan Alauddin Mansur Syah dengan amanah menjadi seorang laksamana pertama.
Waktu itu wilayah Aceh masih dalam masa penjagaan ketat di Selat Malaka supaya tidak takluk pada Portugis.
Baca juga: Asal Mula Sigiriya, Batu Singa Raksasa yang Pernah Jadi Istana Rahasia
Berdiplomasi dengan utusan Belanda dan membuat kesepakatan gencatan senjata
Tidak hanya Portugis, wilayah Aceh juga dijaga dari invasi Belanda. Begitu Cornelis de Houtman sudah kalah, ternyata ancaman tidak selesai di situ.
Ada lagi pasukan pimpinan Paulus van Caerden yang menjarah kapal Aceh berisi rempah.
Sebagai strategi untuk menjalankan amanah, ia dengan segera menginstruksikan pasukan untuk menangkap Laksamana Belanda pada tahun 1601.
Belanda sempat menyerah setelah pertempuran sengit. Beberapa pasukan Belanda juga ditawan di Aceh. Penguasa dari Belanda mengirimkan utusan dan permohonan maaf untuk Kerajaan Aceh.
Ia menemui sendiri utusan Belanda dan membuat kesepakatan untuk gencatan senjata.
Setelah Belanda membayar kompensasi 50 ribu gulden sebagai kompensasi, ia baru membebaskan para tahanan Belanda yang sebelumnya ditawan.
Berjuang sampai akhir hayat dan gugur di medan pertempuran melawan Portugis
Reputasinya yang pemberani dan seperti tanpa ampun, menjadikan pasukan Inggris pun sempat takut. Akhirnya Inggris memasuki wilayah Aceh dengan memilih jalur damai.
Saat itu Ratu Elizabeth masih menjadi penguasa di Inggris kemudian mengirim permohonan izin ke Sultan Aceh demi membuka jalur pelayaran ke Pulau Jawa.
Sampai akhir hayatnya ia tetap melanjutkan perjuangan melindungi wilayah Aceh, khususnya di perairan.
Sejak awal sangat gigih dan berani menghadapi pasukan dari berbagai negara, akhirnya ia pun gugur saat bertempur melawan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Castro.
Jasadnya kemudian dikebumikan di pemakaman Gampong Lamreh, Â Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar.
0 comments