inspirasi
Asal Usul Zodiak, Ramalan Bintang yang Dianggap Berpengaruh pada Nasib
Apa kamu termasuk orang yang percaya ramalan zodiak? Atau setidaknya cukup menikmatinya sebagai hiburan di waktu luang.
Khususnya bagian ramalan keuangan dan perjodohan, sepertrinya masih menjadi hal menarik untuk banyak orang.
Sejumlah media pun memberikan sebuah ruang khusus untuk membahas zodiak. Barangkali ramalan zodiak bisa memberikan harapan tersendiri bagi yang kebetulan mendapat ramalan yang baik.
Baca juga: Perayaan Chuseok, Tradisi Mudik di Korea Selatan yang Identik dengan Kemenangan
Berawal dari kebiasaan masyarakat kuno yang hidup berpindah-pindah
Budaya tentang ramalan bintang berawal dari ribuan tahun lalu. Pada zaman kuno sebelum manusia menetap di kota dan desa, gaya hidupnya adalah berpindah-pindah.
Untuk memastikan kondisi aman, maka manusia butuh kemampuan memprediksi perjalanan matahari, bulan, dan benda langit lainnya.
Apalagi sebelum ditemukannya tulisan dan sistem kalender, posisi benda-benda langit sangat bermakna untuk memprediksi perubahan musim.
Dengan memahami perubahan musim, masyarakat zaman kuno bisa menentukan ke mana mereka akan pergi sambil mengenali kehendak para dewa yang konon terus-menerus berperang satu sama lain.
Bahkan ada kepercayaan pada dewa-dewa langit yang menyerang kehidupan manusia juga.
Istilah zodiak mulai berkembang di bangsa Yunani dan Mesir kuno Â
Hans Heinrich Voigt di dalam buku Outline of Astronomy (1974) pernah memberi penjelasan bahwa zodiak merupakan sebuah sabuk imajiner yang melingkari langit, yang pusatnya ada di lingkaran ekliptika.
Sabuk imajiner juga merujuk kepada keberadaan rasi-rasi bintang di langit. Istilah zodiak berasal dari Yunani, yakni zoodiacos cyclos yang maknanya lingkaran hewan.
Meskipun yang menetapkan nama zodiak adalah Yunani kuno, tapi sebenarnya yang lebih dahulu memikirkan konsepnya adalah bangsa Mesir kuno pada abad ke-4 SM.
Peradaban Mesopotamia menganggap benda langit sebagai sesembahan
Setelah Yunani dan Mesir, peradaban Mesopotamia juga terbiasa memperhatikan benda-benda langit. Tidak hanya sebagai fenomena alam biasa, tapi juga sebagai sesembahan.
Ada keyakinan bahwa gerak benda langit adalah pertanda ‘perilaku’ para dewa yang bersemayam di langit.
Peradaban Mesopotamia di sekitar Sungai Eufrat dan Tigris memandang benda-benda langit berpengaruh pada kehidupan.
Rasi bintang yang dipahami saat itu baru ada enam yaitu; Capricorn, Pisces, Taurus, Cancer, Virgo, dan Scorpio. Lama-lama dipecah jadi 12 bintang karena dalam setahun terjadi bulan purnama 12 kali.
Baca juga: Asal Usul Kotak Pandora, Benda Kecil yang Menyimpan Harapan dari Mitologi Yunani
Makin menyebar ke seluruh dunia dan menyentuh berbagai aspek kehidupan
Gerakan bintang dan bulan dianggap sebagai simbol benda-benda langit yang bergerak di alam semesta. Gerakannya kemudian dianggap sangat menentukan nasib manusia.
Ilmu astrologi yang mempelajari zodiak secara khusus pun berkembang. Astrolog dari berbagai bangsa pun mempelajari tentang pola gerakan pada tata surya.
Setelah berkembang di Yunani, Mesir, dan Mesopotamia, Astrologi mulai menyebar cepat ke berbagai negara di Timur Tengah, Eropa, India, dan seluruh dunia.
Dengan kultur dan imajinasi yang dimiliki masing-masing bangsa di dunia, zodiak berkembang dan menyentuh bidang kehidupan yang lain.
Di era digital, zodiak juga masih banyak peminat sebagai hiburan tersendiri
Selain untuk memperkirakan waktu migrasi, masyarakat kuno juga bisa menentukan waktu yang pas untuk menanam benih, panen, dan berburu hewan.
Di kemudian hari, zodiak dihubungkan dengan hal-hal yang tak ada hubungan dengan alam seperti karakter, prediksi hubungan romansa, kondisi keuangan.
Di zaman modern, planet dan bintang-bintang dilihat sekadar sebagai benda langit dengan orbitnya sendiri-sendiri, Â bukan sebagai dewa.
Di era digital yang kebanyakan informasi menyebar di internet, situs yang membahasnya pun juga masih banyak peminatnya sebagai hiburan.
Meskipun tidak ada yang menjamin benar atau tidaknya. Bagaimana kalau menurutmu?
0 comments