inspirasi
Paling Sepi di Dunia, Inilah Kota Monowi yang Penghuninya Hanya Satu Orang
Ketika kamu punya rencana untuk berwisata, tempat seperti apa yang akan menjadi pilihanmu? Mungkin akan banyak daftar tempat yang muncul di benakmu.
Mulai dari yang terdekat sampai ke kota-kota yang sangat jauh. Semuanya akan memberi pengalaman tersendiri.
Tapi apakah kamu pernah berpikir tentang sebuah kota paling sepi di dunia yang penghuninya hanya seorang nenek?
Walau hanya tinggal sendirian, tapi tetap merasa senang dan tidak kesepian. Kali ini kita akan bahas tentang kota Monowi di Nebraska, Amerika Serikat yang hanya ditempati oleh satu orang.
Baca juga: Suku Ainu, Penduduk Asli Jepang yang Keberadaannya Sempat Tidak Diakui
Memiliki banyak bagunan-bangunan tua yang masih terlihat kokoh
Kurang lebih 8 km dari perbatasan South Dakota dan Nebraska Amerika Serikat, ada ruas jalan yang terbelah di padang rumput untuk menuju ke kota Monowi yang sepi.
Sekilas kota ini lebih terlihat seperti desa yang memprihatinkan. Di tengah kota ada gereja yang telantar, besi tua bekas mesin untuk mengangkut gandum, dan di sebelahnya ada rumput yang tumbuh pada rumah-rumah yang hancur.
Di antara bagunan-bangunan tua, ada rumah yang masih terlihat cukup kokoh. Itulah tempat tinggal Elsie Eiler, seorang nenek yang merupakan satu-satunya penduduk kota.
Sebenarnya Elsie Eiler tidak sendiri, tapi bersama suaminya. Sejak suaminya meninggal pada tahun 2004, seluruh wilayah kota menjadi miliknya.
Pemerintahan Monowi berjalan normal seperti kota pada umumnya
Kota sepi ini merupakan satu-satunya di Amerika yang penduduknya hanya satu orang. Bagaimana dengan pemerintahannya?
Ternyata Elsie Eiler tidak hanya seorang warga biasa, tapi juga menjabat wali kota, pegawai negeri, pemilik restoran, pustakawan, dan kadang pemandu wisata.
Setiap akan tiba waktunya memilih wali kota, ia akan memilih dirinya sendiri.
Untuk memperoleh dana pemerintahan, ia juga membuat perencanaan tahunan. Untuk mendapat akses pada listrik air, ada pajak yang harus dikumpulkan dari kantongnya sendiri.
Terkait perizinan usaha setiap tahun, ada dokumen yang dikirim ke sekretaris kota. Setelah itu pegawai pemerintahan menandatangani untuk menyerahkan kembali ke pemilik usaha.
Semua dilakukan oleh Elsie Eiler dengan taat pada prosedur. Terkesan tidak umum, tapi kota ini berjalan normal layaknya sebuah kota yang dihuni masyarakat umum.
Baca juga: Asal Usul Mitos Tuyul, Makhluk Halus yang Dipelihara untuk Mendatangkan Kekayaan
Ditinggal penduduknya setelah Perang Dunia II yang mempengaruhi hasil pertanian
Sebenarnya pada tahun 1930-an, kota ini ramai dengan ratusan penduduk. Ada stasiun kereta api, rumah makan, toko, perpustakaan, sekolah, bahkan penjara.
Penduduknya banyak yang mengurus lahan pertanian gandum. Begitu Perang Dunia II berkecamuk, hasil pertanian terkena imbasnya.
Kota ini dianggap sudah tidak bisa diharapkan lagi. Sebagian besar penduduknya tidak bisa bertahan, dan lama-lama kota ini ditinggal untuk selamanya.
Sejak tahun 1971, penghuninya hanya Elsie Eiler dan suami. Meski keduanya punya anak, tapi anak-anak bekerja di kota lain.
Banyak pengunjung ke kota Monowi dan media yang meliput kehidupan di dalamnya
Kota ini memang hanya berisi satu orang, tapi bukan berarti seperti kota mati. Elsie Eiler sering didatangi tamu, pelanggan, dan media yang meliput kehidupannya.
Potret bangunan-bangunan peninggalan di sana juga menarik perhatian.
Satu bangunan yang memiliki kesan tersendiri adalah Rudy’s Library, perpustakaan yang dibangun mendiang suaminya dengan lebih dari 5.000 koleksi bacaan.
Pelanggan restorannya banyak yang datang dari tempat jauh, sekitar 40 km dari kota ini. Sebagian besarnya adalah teman-teman lama yang sudah seperti keluarga.
Ada juga pelancong muda dari kota-kota yang jauh, hanya demi menyapa Elsie Eiler yang sudah seperti neneknya sendiri.
Setiap diwawancarai oleh media atau orang-orang yang baru ditemui, ia menganggap kota ini adalah yang paling nyaman dan sudah menjadi bagian dirinya.
0 comments