inspirasi
Asal Usul Kompas, Penunjuk Arah Mata Angin yang Sudah Berumur 2000 Tahun
Hidup di zaman modern seperti sekarang, mungkin kamu sudah terbiasa dengan GPS saat bepergian. Tapi sebelum GPS hadir, masyarakat lebih familiar menggunakan kompas sebagai alat penunjuk arah.
Penemuan kompas menjadi satu hal yang begitu penting, khususnya bagi bangsa Eropa yang banyak melakukan ekspedisi ke berbagai penjuru dunia.
Meskipun banyak menggunakannya, ternyata bangsa Eropa bukan yang pertama kali menemukan alat ini untuk penunjuk arah.
Sejarah penemuannya sudah berlangsung sejak 2000 tahun yang lalu oleh bangsa China. Tapi, bentuknya tidak langsung jadi seperti kompas modern. Beginilah asal usul penemuannya di zaman dahulu.
Baca juga: Perayaan Thanksgiving, Tradisi Syukur di Amerika Serikat Setiap Akhir Nopember
Merupakan salah satu inovasi bangsa China pada abad ke-1 Masehi
Seperti disampaikan Nianzu Dai dalam bukunya A History of Chinese Science and Technology (2015), kompas adalah sebuah inovasi bangsa China pada abad ke-1 Masehi.
Masyarakat saat itu menyebut kompas dengan nama sinan. Sinan adalah alat mirip sendok yang mengarah ke selatan.
Bahan pembentuknya memang dari batu magnetik yang kemudian dibentuk seperti sendok dengan ujung pipih dan berfungsi layaknya jarum pada kompas modern.
Sinan yang bermuatan magnet bisa berotasi dengan ujungnya menunjuk ke selatan. Keberadaan sinan sudah tertulis pada sebuah manuskrip sejak tahun sebelum Masehi oleh filsuf Han Fei tzu (280-233 SM).
Tapi ternyata orang-orang China zaman dulu tidak memanfaatkan sinan untuk alat penunjuk arah, tapi justru untuk Feng shui atau bahkan untuk ramalan masa depan.
Bahan baku kompas magnetik banyak ditemukan di peradaban Yunani kuno
Pada dasarnya, kompas berfungsi dengan prinsip magnetik untuk menunjukkan arah mata angin. Selain di China, sumber lain mengatakan bahwa magnet juga ditemukan di wilayah peradaban Yunani kuno.
Ada sebuah koloni di Yunani bernama Magnesia yang sudah berdiri sejak abad ke-5 SM di dekat daerah Ephesus atau sekarang masuk ke Provinsi Izmir, Turki.
Koloni Magnesia sebelumnya menjadi bagian wilayah Imperium Romawi dengan Magnesia ad Maeandrum. Sesuai namanya, Magnesia adalah daerah penghasil bahan magnet alami.
Dengan kata lain, magnet yang kemudian menjadi kompas berasal dari sana. Tapi masyarakat Yunani Kuno juga belum memanfaatkannya sebagai alat untuk mempermudah navigasi.
Baca juga: Sun Tzu, Ahli Strategi Perang dari Tiongkok yang Paling Disegani Dunia
Kompas mulai digunakan oleh kalangan yang lebih luas atas jasa bangsa Persia
Jika di China cikal bakalnya digunakan untuk meramal, lain lagi dengan Yunani kuno.
Dalam Fundamentals of Geophysics (2007) oleh William Lowrie dijelaskan bahwa para filsuf Yunani pernah menuliskan tentang batu magnet pada abad ke-8 SM.
Bukan menjelaskan manfaatnya atau menyelidiki secara ilmiah, tapi justru menghubungkan dengan keyakinan metafisika. Ada juga yang beranggapan bahwa batu magnet seperti makhluk yang punya nyawa.
Pada masa kekuasaan Dinasti Song (960-1279 M), kompas magnetik baru digunakan untuk keperluan navigasi.
Para pelaut dan pedagang dari Persia yang membelinya dari China, lalu menjualnya kembali untuk kalangan yang lebih luas, termasuk ke Eropa.
Sementara itu di Eropa, catatan paling awal mengenai penggunaannya ditemukan pada abad ke-12.
Sejak abad ke-19, kompas magnetik banyak diaplikasikan ke berbagai peralatan
Pada abad ke-19, tepatnya tahun 1877 William Thomson dari Inggris membuat kompas modern yang diterima oleh berbagai negara.
Jenisnya paling tua dan terkenal sejak saat itu ialah kompas magnetik yang diaplikasikan ke berbagai peralatan misalnya di kapal, pesawat terbang, dan kendaraan darat.
Kompas bisa beroperasi dengan prinsip magnetik dan terkait arah bintang atau matahari. Beberapa kelemahan sederhananya sudah diperbaiki.
Dengan demikiam, kompas jadi makin berkembang dari waktu ke waktu dengan beragam bentuk dan jenisnya, misalnya kompas digital dan kompas analog.
0 comments