lifestyle
Gaya Hidup Hipster, Berpenampilan Nyentrik dan Berjiwa Seni
Kamu pasti sudah pernah mendengar istilah hipster dalam berbagai kesempatan. Meskipun gaya hidup hipster bukan hal baru lagi, tapi masih banyak yang belum tahu apa arti hipster sebenarnya.
Yang banyak dilihat orang adalah tentang gayanya yang terlihat unik, dalam hal selera fashion, kendaraan, musik, gaya bepergian, dan lain-lain.
Kaum hipster lebih banyak dipandang sebagai orang-orang yang anti mainstream, atau tidak sama seperti orang kebanyakan.
Baca juga: Apa Itu BB Cream, Foundation, Concealer, dan CC Cream? Apa Bedanya
Sudah eksis sejak tahun 1940-an dan cenderung anti mainstream
Kelompok ini memang cenderung nyentrik dan anti mainstream dalam hal gaya hidup ataupun penampilan. Definisinya memang cenderung bias dan tidak mudah untuk disebutkan dalam satu versi penjelasan.
Tidak semua orang atau komunitas mengakui bahwa mereka menjalani gaya hidup hipster.
Berdasarkan buku Ciri-Ciri Hipster (2018) yang ditulis Jeremy Cassar, identitas mereka bukan hanya dilihat dari atribut yang menonjol dan susah dipahami, tapi juga keunikan dan kreativitas pada berbagai hal.
Jika mencari asal katanya, hipster berasal dari hepcat yang merupakan sebutan untuk orang kulit putih dari golongan kelas menengah yang pakaiannya seperti seorang musisi jazz berkulit hitam.
Mereka mulai eksis di Amerika Serikat sejak tahun 1940-an. Lama-lama, istilah hepcat berevolusi jadi hipster yang mulai dipakai pada tahun 1990-an, tapi juga sempat jadi tren kembali sekitar tahun 2010.
Lebih mudah tertarik pada karya seni yang tidak populer di masyarakat
Bicara tentang gaya hidup, memang mereka lebih dekat dengan gaya hidup seniman. Karena gaya hidup atau ketertarikan mereka pada seni yang tidak umum, tidak jarang mereka disebut aneh.
Mereka umumnya mengapresiasi sebuah karya seni, apalagi kalau karya tersebut adalah buatan tangan atau handmade.
Mereka juga suka mendekorasi ruangan atau rumah dengan sebuah gambar berbingkai, misalnya lukisan atau objek yang bentuknya tidak lazim dan jarang ditemui.
Masih tentang seni, ternyata musik yang mereka nikmati juga bukan lagu-lagu populer yang sudah banyak didengar orang. Bisa dibilang kalau lagu-lagu yang sedang ngehits justru tidak masuk di telinga.
Lagu-lagu dari musisi indie yang belum dinaungi oleh sebuah label rekaman besar justru membuat mereka antusias.
Bahkan mereka juga tertarik dengan konser-konser eksklusif yang menampilkan musisi yang jarang terlihat di televisi, tapi sudah punya penggemar.
Baca juga: Fenomena Gaslighting, Sikap Manipulatif dalam Hubungan Tidak Sehat
Sempat menjadi trendsetter untuk bepergian dengan memakai sepeda fixie
Bagaimana dengan cara mereka bepergian? Tentang yang satu ini, mereka juga mungkin akan terlihat berbeda dibandingkan orang kebanyakan.
Jika orang-orang di perkotaan suka naik mobil pribadi agar tidak kepanasan, mereka justru lebih suka pergi ke mana-mana dengan cara paling praktis.
Mereka cenderung lebih suka kendaraan umum seperti kereta atau bus. Atau kalau jaraknya cukup dekat, mereka lebih memilih sepeda atau malah jalan kaki. Tentang sepeda, ternyata ada yang unik pada keseharian mereka.
Pada tahun 2010-2011 mereka menjadi kelompok trendsetter pemakaian sepeda fixie atau fixed gear yang bentuknya lebih ramping dari sepeda umumnya.
Walaupun sebenarnya sepeda fixie bukan ide baru dari komponen sepeda. Sepeda fixie yang menggunakan door tap atau pedal kayuh satu arah menjadi sebuah ciri khas sepeda tanpa rem ini.
Juga tertarik pada aktivitas sosial seperti perlindungan hewan yang terancam punah
Dari tahun ke tahun, identitas mereka tetap melekat menjadi bagian masyarakat meskipun banyak yang berubah soal penampilan.
Zaman dahulu cukup mudah mengenalinya, misalnya laki-laki berjenggot dan bersepeda identik dengan hipster. Atribut-atribut yang dipakai pun tidak sama persis seperti ketika mulai populer pada tahun 1940-an.
Yang pasti, gaya hidup mereka bukan hanya tentang diri sendiri, tapi juga terkait dengan alam atau lingkungan.
Selain suka tampil beda, umumnya mereka juga punya perhatian khusus kepada kondisi lingkungan dan sosial di sekitar.
Mereka sering terlihat aktif dalam upaya konservasi, aksi perlindungan hewan yang hampir punah, menggalang dana untuk kepentingan sosial, dan masih banyak lagi aktivitas yang tidak terpublikasikan, meskipun mereka juga aktif di media sosial.
0 comments