inspirasi
Jejak Suku Banjar yang Jadi Nenek Moyang Orang Madagaskar
Saat disebut bahwa nenek moyang orang Madagaskar adalah berasal dari Indonesia, mungkin itu akan terdengar kurang masuk akal untuk sebagian orang.
Bagaimana mungkin leluhur bangsa Indonesia sampai ke ke pulau di pesisir timur Afrika itu? Jaraknya pun sejauh 7.000 kilometer dan dipisahkan oleh Samudra Hindia.
Para ilmuwan sebenarnya sudah lama meneliti tentang asal usul orang Madagaskar yang bahasa dan budayanya banyak kemiripan dengan Indonesia. Bahkan ada penelitian bahwa nenek moyang orang Madagaskar adalah dari suku Banjar.
Beginilah jejak orang Banjar sampai ke Madagaskar, dan semoga dapat menjadikan kita lebih memahami betapa tangguhnya pendahulu kita.
Baca juga: Mengenal Ilmu Grafologi, Membaca Kepribadian Lewat Tulisan Tangan
Dimulai dengan misi perdagangan sejak zaman kerajaan Sriwijaya
Pada awal milenium kedua, sebelum orang Eropa datang ke Afrika Timur, kaum Banjar dari Borneo Tenggara berlayar 7.000 kilometer menyeberangi Samudera Hindia menuju Madagaskar dan Kepulauan Komoro.
Ini tak lepas dari keberadaan kerajaan Hindu Budha yang waktu itu berdiri di nusantara.
Para peneliti di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengidentifikasi kebenaran suku Banjar dalam migrasi yang menakjubkan tersebut.
Suku Melayu Banjar bersama rombongan kerajaan-kerajaan, salah satunya kerajaan Sriwijaya. Mereka berlayar jauh sampai ke Afrika Timur dengan misi utama perdagangan.
Suku Melayu dan Ma’anyan menjadi leluhur orang Banjar
Apa hubungan antara Melayu dan Banjar? Saat itu, kerajaan Sriwijaya yang sudah berdiri di pulau Sumatra sejak 650 masehi mendirikan pos-pos dagang di Borneo Tenggara.
Para pendatang bercampur dengan masyarakat asli Borneo, suku Ma’anyan, yang kemudian menjadi leluhur orang Banjar.
Luasnya perniagaan orang-orang Melayu di milenium pertama pun memengaruhi proses penyebaran awal, dan kemudian membawa populasi dari Asia Tenggara menuju ke Afrika Timur, khususnya di Madagaskar. Bertahan di sana sejak ratusan tahun, tentu berpengaruh pada kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Hewan Kelomang, Kepiting Unik yang Hobi Pindah Rumah
Ada banyak kesamaan dalam budaya dan bahasa
Para arkeolog menemukan bukti dalam hal budaya. Mulai dari teknik pembuatan perahu layar, barang-barang dari besi, instrumen musik xilofon, dan cara budi daya padi, semuanya ini mendukung bukti hubungan yang kuat dengan bangsa Asia.
Mereka juga mengenal bahan makanan umbi-umbian yang disebut makanan tropis.
Begitu juga dengan bahasa yang dituturkan. Kurang lebih 90% kosakata bahasa Malagasy diserap dari bahasa Ma’anyan, suku asli pedalaman Borneo Tenggara pada zamannya.
Meskipun lebih dekat dengan wilayah Afrika, tapi kosakata yang diucapkan orang-orang Madagaskar justru sebagian besar disebut berasal dari bahasa yang dulu dipakai masyarakat lembah Sungai Barito, Kalimantan.
Lihat contohnya beberapa kata berikut. Anak dalam bahasa Malagasy adalah anaka. Tembok adalah tambuk. Padi adalah pary, dan mati adalah maty.
Orang Madagaskar ingin mempelajari bahasa leluhurnya
Antropolog sekaligus peneliti kesenian Fuji Riang Prastowo juga mengungkapkan keunikan masyarakat Madagaskar ketika ia berkunjung ke sana.
Bertolak dari ibukota Antananarivo ke sejumlah tempat di Madagaskar, Fuji menemukan bahwa orang-orang Madagaskar bentuk fisiknya mirip dengan orang Indonesia.
Rumah tradisional dan kuno di Madagaskar terlihat berbentuk persegi. Ini berbeda dari rumah orang Afrika yang pada umumnya bulat. Pada atap rumah juga terpasang genting yang bentuknya mirip rumah joglo pada adat Jawa.
Tidak hanya itu, ternyata banyak orang Madagaskar yang begitu semangat belajar Bahasa Indonesia. Alasan mereka adalah karena ingin pergi ke Indonesia dan ingin mempelajari bahasa leluhur.
Peneliti belum sepenuhnya menemukan rute maritim dari Kalimantan ke Afrika Timur. Tapi ini adalah fakta yang mengagumkan terkait geografi manusia.
Dengan ini kita juga kembali mengingat bahwa nusantara pernah memiliki para petualang tangguh dan pemberani.
0 comments