inspirasi
Kiprah Syekh Yusuf Al-Makassari, Sosok di Balik Berdirinya Macassar Town di Afrika Selatan
Indonesia dan Afrika Selatan memang berjarak ribuan kilometer, terpisah samudera dan bertempat di benua yang berbeda.
Lalu pernahkah terbayangkan kalau ternyata ada Makassar lain yang bukan di Sulawesi Selatan, tapi di luar negeri? Ternyata memang ada. Tempat itu dikenal dengan Macassar Town di Afrika Selatan.
Bahkan penduduknya yang kebanyakan berkulit hitam itu ada yang mengoleksi pernak-pernik Indonesia, seperti lukisan Sultan Hasanuddin, hiasan kapal pinisi, dan peta Indonesia.
Baca juga: Kisah Hiroo Onoda, Tentara Jepang yang Hidup 30 Tahun di Hutan Filipina
Berawal dari sosok Syekh Yusuf Al-Makassari
Eksistensi Macassar Town tidak lepas dari seorang ulama dari Gowa, Sulawesi Selatan yang dibuang oleh pemerintah Kolonial Belanda ke Cape Town, Afrika Selatan pada tahun 1693.
Memiliki nama lengkap Tuanta Salamka ri Gowa Syekh Yusuf Abul Mahasin Al-Yaj Al-Khalwaty Al-Makassary, ia populer dengan nama yang lebih pendek yaitu Syekh Yusuf Makassari atau Syekh Yusuf saja. Ada juga versi lain yang menyebut Abadin Tadia Tjoessoep.
Daerah yang pernah jadi pengasingan Syekh Yusuf di Cape Town itu kemudian menjadi sebuah kota kecil yang disebut Macassar.
Kota seluas 28,85 km2 itu juga memiliki nama-nama jalan yang bernuansa Indonesia, seperti Kramat Road, Sheikh Yusuf Road, dan Macassar Road.
Bahkan Syekh Yusuf di akhir hayatnya meninggal di Cape Town dan makamnya tak jauh dari Macassar Road.
Diasingkan karena terlibat perlawanan dengan Belanda
Syekh Yusuf sebelumnya pernah merantau untuk memperdalam ilmu agama di beberapa tempat. Mulai dari Aceh, Banten, hingga Timur Tengah. Saat di Banten ia berguru pada ulama terkenal di kesultanan.
Ia pun bersahabat erat dengan putra mahkota, yaitu Pangeran Surya yang kemudian pada tahun 1651 ia naik takhta menjadi Sultan Ageng Tirtayasa.
Ia diangkat menjadu mufti di kerajaan dan juga penasihat untuk Tirtayasa. Ia juga ikut dalam perjuangan menghadapi penjajahan Belanda yang memecah-belah Kesultanan Banten saat itu
Ketika kesultanan Banten terancam oleh Belanda, ia terlibat ke dalam sebuah pertikaian yang melawan penjajah. Melalui strategi devide et impera, istana terpecah-belah.
Akhirnya ia pun ditangkap lalu diasingkan ke luar negeri. Mulai dari Sri Lanka (1684) dan kemudian Afrika Selatan (1693).
Baca juga: Pandangan Anak Muda Korsel Tentang Drama Korea, Beda dengan Indonesia
Namanya mendapat tempat tersendiri di Afrika Selatan
Pada tahun 1995, namanya tercatat ke dalam salah satu daftar pahlawan nasional di Indonesia.
Tapi namanya juga mendapat tempat tersendiri di Afrika Selatan karena meninggalkan nilai-nilai dan budaya yang memperbaiki kehidupan masyarakat di sana.
Penghormatan dari masyarakat Afrika Selatan padanya cukup besar, begitu juga minat dan perhatian bangsa Afrika Selatan terhadap Indonesia.
Ia bahkan pernah diberi anugerah The Companions of Oliver Tambo yang diserahkan secara simbolik ketika menjelang bulan Ramadhan 1427 H atau 2005 M.
Selain nama Syekh Yusuf, hanya satu tokoh Indonesia lainnya yang mendapatkan penghargaan sejenis. Orang tersebut adalah Ir. Soekarno, Presiden Indonesia yang pertama.
Banyak orang yang berziarah ke Macassar Town
Tidak seperti kota yang berbatasan langsung dengannya, yaitu Mitchells Plain atau beberapa kota lain di Western Cape, di Macassar tidak banyak catatan kejahatan atau kasus obat terlarang.
Bahkan setiap tahunnya ada saja orang-orang dari berbagai penjuru yang berbondong-bondong ziarah ke kompleks pemakaman di sebuah lereng perbukitan kecil tidak jauh dari Macassar Dunes Nature Reserve.
Sebelum tiba di makam, berdirilah menara serupa tugu yang di kakinya ada plakat pualam bertuliskan kata-kata yang menjadi pengingat akan dirinya.
“Di kapal voetboeg Saint Yusuf datang dari Caylon ke Tanjung pada tahun 1694. Dia, keluarganya dan 49 pengikutnya adalah orang pertama yang membaca Alquran di Afrika Selatan.”
0 comments