inspirasi
Kisah Komunitas Warga Armenia yang Pernah Mewarnai Sejarah Indonesia
Armenia, sebuah negara kecil tapi berdaulat pernah mewarnai sejarah Indonesia. Meski jejaknya seolah terkubur, kedua negara ini mencoba menjajaki kembali lewat kerjasama di bidang perdagangan.
Hubungan bilateral antara Indonesia dan Armenia tecatat sudah berlangsung hampir 28 tahun lamanya. Transaksi perdagangan antar dua negara ini berada di kisaran angka 6 juta dolar.
Memang tidak terlalu besar, mengingat bahwa bangsa Armenia pernah mewarnai sejarah tanah air. Tapi, ada beberapa hal yang bisa kita telusuri dari jejak bangsa Armenia di tanah air.
Baca juga: Kisah Violet Jessop, Korban Selamat dari Tenggelamnya Kapal Titanic
Bangsa Armenia dikenal tangguh dalam perdagangan
Keberadaan bangsa Armenia di Indonesia telah melewati kurun waktu yang cukup panjang. Sejak abad-17, orang Armenia telah menginjakkan kaki di beberapa penjuru nusantara.
Keberadaan gereja mengukuhkan eksistensi komunitas Armenia di Indonesia yang waktu itu masih disebut Hindia Belanda. Sayangnya jejak komunitas ini hampir terkubur karena minim catatan yang mereka tinggalkan.
Orang-orang Armenia, yang menjadi diaspora di Indonesia, terkenal sebagai pedagang yang tangguh.
Bahkan pada masa awal abad masehi, mereka sudah menjelajahi wilayah darat dan laut untuk berdagang kemenyan, kamper, sampai barang-barang mewah.
Salah satu kota yang mereka kunjungi adalah Barus atau juga dikenal dengan nama Fansur atau Pancur yang cukup terkenal di Asia sejak abad ke-6 berkat kemenyan, kamper atau kapur Barus, dan emas.
Ellias Hyrapiet Elliasian atau E.H. Ellis, dalam Concise History of the Armenians in Indonesia, manuskrip dalam bahasa Inggris tahun 1961 menuliskan tentang fakta pendukung itu.
“Tampaknya para pemukim awal Armenia di Indonesia sangat serius dan terserap dalam kegiatan komersial sehingga mereka tak meninggalkan catatan tertulis dari kegiatan komersial mereka atau peristiwa penting dalam kehidupan keagamaan, sosial, atau budaya masyarakat yang punya nilai sejarah,”
Bisa dilacak dari aktivitas pengiriman kartu pos
Kolonialisme Belanda saat itu memungkinkan bangsa-bangsa lain di sekitar Eropa dan Asia barat berdatangan ke wilayah Hindia Belanda.
Ini termasuk bangsa Armenia, bangsa yang berada di Asia Barat dan berbatasan dengan negara Turki, Georgia, Iran dan Azerbaijan.
Sejak abad ke-17 memang diaspora Armenia di Indonesia mulai marak karena kepentingan perdagangan. Namun keberadaan orang Armenia di tanah air sudah terjejaki jauh sebelum itu.
Selain pembangunan gereja dan perdagangan, jejak komunitas Armenia di Indonesia juga bisa dilacak berdasarkan aktivitas pengiriman kartu pos ke berbagai kota besar di Hindia Belanda dengan relasi dari New Julfa, Isfahan, yang kini masuk wilayah Iran.
Buku The Armenian Minority in the Dutch East Indies yang ditulis oleh Han T. Siem cukup banyak memberi wawasan mengenai rute pos antara Persia dan Hindia Belanda pada peralihan abad 19 ke-20.
Baca juga: Noiva do Cordeiro, Desa di Brazil yang Semua Penduduknya Wanita
Kini Indonesia dan Armenia memperkuat hubungan bilateral
Pola pergerakan komunitas Armenia berubah dari tahun ke tahun setelah terjadi gelombang migrasi orang-orang Armenia.
Tentang jejak komunitas Armenia di atas, sedikit banyak memperlihatkan pada kita betapa mereka adalah bangsa yang berani berekspansi ke banyak penjuru dunia dengan berdagang. Tentu saja mereka juga perantau yang tangguh.
Dalam memperlancar kegiatan perdagangan mereka, bangsa Armenia datang dan pergi ke berbagai penjuru negara lain. Ada yang kemudian menetap, ada yang hanya sementara waktu dan kemudian berpindah.
Bagaimana dengan saat ini? Dilansir dari Kementerian Luar Negeri RI, keduanya membahas berbagai upaya untuk memperkuat hubungan bilateral di bidang ekonomi.
Pertemuan bilateral juga membahas kemungkinan kerja sama lebih dalam dengan konteks Eurasian Economic Union (EEU).
0 comments