inspirasi
Kisah Si Pitung, Jagoan dari Betawi Pembela Rakyat di Zaman Belanda
Jakarta bukan hanya terkenal dengan kesibukannya, tapi juga nilai-nilai sejarahnya. Sosok Si Pitung menjadi salah satu legenda penting di Jakarta.
Ia merupakan pahlawan Betawi pemberani yang pernah melawan penjajah Belanda di Jakarta. Sosoknya memang legendaris sampai diibaratkan sebaga Robin Hood untuk warga Betawi zaman dahulu.
Mulai dari orang tua sampai anak-anak, namanya tetap dikenang abadi. Meskipun kenyataannya tidak selalu mudah untuk mengumpulkan sejarahnya yang telanjur tercerai-berai.
Bahkan banyak mitos yang mengiringi kehidupannya. Masyarakat zaman sekarang masih mengenal namanya melalui cerita rakyat dan film.
Baca juga: Sejarah Sabun, Dari Masyarakat Babilonia Hingga Disempurnakan Ilmuwan Muslim
Riwayat hidupnya ada beragam versi dan sering menjadi bahan perdebatan
Siapa sebenarnya Si Pitung? Ia dipercaya lahir sebagai anak bungsu di Desa Pengumben, Rawa Belong, Jakarta Barat pada tahun 1864 dengan  nama Salihun.
Kisahnya memang lebih banyak menyebar melalui lisan dan terbentuk menjadi banyak versi. Dari waktu ke waktu, sejarah hidupnya makin tertanam dalam memori masyarakat dengan berbagai imajinasi.
Riwayat hidupnya yang sebenarnya, seolah-olah tidak begitu penting untuk diketahui. Kisahnya juga bisa jadi semakin kaya dan menarik.
Bahkan ada pendapat yang ekstrem bahwa mencari sejarahnya yang asli, seperti menemukan jarum pada tumpuka jerami.
Para sejarawan pun mengakui bahwa kisahnya memang ada beragam versi dan sering mengundang perdebatan.
Pernah dibesarkan di lingkungan pesantren dan belajar tentang ilmu beladiri
Dikisahkan bahwa ia tumbuh dalam lingkungan Pesantren Menes di Kampung Rawa Bebek dan menjadi murid Haji Naipin. Dari Haji Naipin, ia belajar banyak ilmu beladiri dan beragam kesaktian.
Ia pernah berjalan pada suatu hari setelah disuruh ayahnya untuk menjual kambing di pasar Tanah Abang. Ternyata uang hasil dari menjual kambing hilang dicuri orang jahat.
Dibantu oleh teman-temannya, kemudian ia melacak si pencuri agar uangnya bisa diambil kembali. Sejak peristiwa pencurian kambing, ia mengubah nama panggilannya jadi Pitung.
Konon karena ada alasan balas dendam yang tidak tersampaikan, ia pun mulai mencuri di tempat petani di wilayah Ommelanden di luar tembok Batavia atau yang saat ini termasuk Jabodetabek.
Berbagai macam krisis pada abad ke-18 sampai abad 19 telah memicu peningkatan kejahatan di wilayah Ommelanden.
Melancarkan aksi pencurian dengan menyamar sebagai polisi dan pegawai administrasi
Beberapa sumber yang dapat dipercaya justru hanya mencatat aksinya saat mencuri antara 26 Juni 1892 sampai 19 Oktober 1893.
Awalnya ia sekadar mencuri hasil bumi dan ternak milik petani, tapi lama-lama ia dan kelompoknya mencuri di tempat orang-orang kaya dengan mengintimidasi.
Aksi-aksi pencuriannya memang fenomenal pada zamannya karena menyamar menjadi polisi atau pegawai pemerintahan. Aksi kriminalnya pertama kali sempat disorot pers pada bulan Juni 1892.
Margreet van Till menuliskan buku Banditry in West Java: 1869-1942Â yang di sana juga mencatat beragam aksi bandit di Batavia dan Jawa Barat pada umumnya.
Koran Hindia Olanda berbahasa Melayu juga memuat berita tentang seorang schout atau kepala polisi wilayah yang menggerebek rumah pencuri di selatan Batavia.
Padahal rumahnya kosong dan polisi hanya berhasil menemukan beberapa alat untuk menyamar berupa seragam polisi dan petugas administrasi.
Dalam beberapa kesempatan, aksinya diwarnai kekerasan yang menakut-nakuti warga.
Baca juga: Asal Usul sunat, Sudah Dipraktikkan di Beberapa Bangsa Kuno
Hasil curiannya dibagikan untuk masyarakat yang menderita karena penjajahan
Kehidupannya lebih banyak dijelaskan dalam cerita rakyat, film, pantun, dan cerita orang tua. Yang jelas aksinya sebagai pencuri bukan untuk dirinya sendiri.
Ia bagikan hasil curian untuk rakyat yang tertindas oleh penjajah Belanda. Ia adalah simbol dari pemberontakan dari orang-orang Betawi yang telah lama menderita akibat penjajahan kolonial Belanda.
Ia bersama kelompoknya menyuarakan hak untuk lepas dari penjajahan dan diskriminasi industri. Karena hidupnya yang kontroversial, tentunya ada pro dan kontra tentang kisah hidupnya.
Ada yang menilainya noble out law atau orang yang bertindak di luar hukum dengan cara terhormat. Tapi tidak sedikit yang memandangnya perampok berbahaya karena punya kesaktian.
Sempat lolos dari kejaran polisi dan dikabarkan meninggal setelah kehilangan jimat
Pada tahun 1892, ia ditangkap dan polisi menggeledah rumahnya. Polisi menemukan ada uang 125 Gulden di dalam lubang lantai rumahnya sebagai barang bukti. Polisi pun menjebloskannya ke penjara Meester Cornelis.
Saat diperiksa oleh polisi, baru terbongkar bahwa nama aslinya Salihoen. Ternyata ia bisa meloloskan diri bersama kelompoknya. Konon, kekuatan supranatural yang dimilikinya banyak membantunya untuk bisa lolos dari hukuman.
Begitu lepas dari penjara, ia masih menjadi buronan. Meski pada akhirnya ia meninggal, dan masyarakat Betawi meyakini bahwa meninggalnya adalah karena kehilangan jimat di rambutnya.
Begitu meninggal, namanya segera dilupakan oleh orang Belanda. Itulah sekilas kisah Si Pitung yang bagi masyarakat Betawi ia tetap menjadi jagoan yang pernah banyak menolong masyarakat yang lemah.
0 comments