inspirasi
Menengok Desa Manyate Ethiopia, Tempat Ditemukannya Kopi Pertama Kali
Apakah kamu termasuk peminum kopi? Jika iya, jenis apa yang menjadi favoritmu? Apapun itu, kopi lebih dari sekadar minuman bagi sebagian orang.
Ada yang meminumnya agar tidak mengantuk, untuk menambah keakraban dengan teman, atau sekadar ingin mencoba saja. Lalu apakah kamu sudah tahu dari mana asalnya?
Ternyata tempat ditemukannya biji kopi pertama kali adalah di Desa Manyate yang berada di negara Ethiopia. Sejarahnya pun cukup panjang. Simak ulasannya seperti berikut.
Baca juga: Kaisar Qin Shi Huang, Sosok Bertangan Besi di Balik Pembangunan Tembok Besar China
Penemuan kopi terdapat dalam cerita legenda Ethiopia tentang penggembala dan kambingnya
Sebenarnya ada beberapa negara di dunia yang juga menghasilkan kopi berkualitas. Tapi, Desa Manyate punya sejarah yang panjang dan menarik untuk ditelusuri.
Setelah masyarakatnya mulai menyadari keberadaan kopi liar yang diminati dunia, sepanjang perjalanannya banyak diwarnai pertikaian di dalam negeri.
Tidak sedikit yang protes dan menyebut kopi sebenarnya pertama kali ditemukan di Sudan selatan.
Menurut sebuah legenda di Ethiopia, pertama kali kopi ditemukan oleh orang yang sedang menggembala kambingnya. Si penggembala menyaksikan kambing memakan buah kopi mentah lalu bertingkah laku aneh.
Kambing pun berjingkat-jingkat, aktif, seolah-olah mendapat suntikan energi baru. Orang-orang Ethiopia, khususnya para gembala, pada awalnya mengonsumsinya saat masih mentah seperti makan buah ceri.
Dahulu dianggap tanaman liar dan belum banyak diolah menjadi minuman
Sejumlah literatur telah mencatat bahwa buah ini berasal dari Abyssinia, sebuah daerah di benua Afrika yang sekarang menjadi bagian negara Ethiopia dan Eritrea.
Lebih spesifik lagi, daerah penghasilnya adalah Desa Manyate yang ada di sekitar Bale Mountain National Park. Kehidupan di Desa ini sudah berlangsung sejak 1270 SM.
Di deretan pegunungan Ethiopia, jejak kejayaan kopi masih membekas. Seperti yang tumbuh di wilayah Harenna Forest di sebelah tenggara kota Addis Ababa, Ethiopia.
Di dalamnya ada tanaman berwarna hijau nan lebat, khususnya tumbuhan kopi yang terlihat liar.
Karena dianggap tanaman liar, dahulu masyarakat Desa Manyate belum mengolahnya jadi minuman. Seiring berjalannya waktu, petani di Desa ini mulai mendapat penghasilan dari kebunnya.
Baca juga: Inkuisisi, Ketika Muslim dan Yahudi Sama-sama Terusir dari Eropa
Pedagang dari Arab banyak berperan meningkatkan popularitas kopi dari Ethiopia
Kopi yang siap dipanen berbentuk buah dengan warna merah cerah. Saat sistemnya masih tradisional, panen dilakukan dengan tangan dan memiliki tantangan sendiri karena sering diganggu oleh hewan babon.
Tapi ketika sudah terkumpul, tidak lagi diperlukan proses pembersihan. Petani tinggal membiarkannya menggering di bawah terik matahari.
Pedagang dari Arab membeli bijinya dari Abyssinia, membawa ke Yaman, dan menjadikannya komoditas berharga.
Fakta bahwa kopi liar bisa diolah jadi minuman justru populer di kalangan bangsa Arab. Itulah mengapa kopi arabika jadi terkenal di seluruh dunia.
Di masa sekarang, kopi arabika di dunia sudah jauh berkembang soal rasa dan kemasannya.
Pada tahun 1600-an, Ethiopia mulai mengekspor ke berbagai negara. Saat itulah kedai-kedai kopi dunia mulai berkembang di Timur Tengah dan sebagian Eropa. Pedagang dari Eropa juga menunjukkan minat pada komoditasnya.
Perkebunan kopi di Ethiopia sempat terdampak karena bencana dan peperangan
Dua jenis kopi di Ethiopia yang terkenal yaitu Harari dan Abyssinia. Harari yang dibudidayakan khusus di kota Harrar ternyata lebih banyak diminati.
Tidak hanya kedai, tapi kebun-kebunnya juga mulai dibuka di Timur Tengah, Amerika, dan Asia.
Pernah ada penelitian juga, bahwa Ethiopia merupakan tempat tumbuhnya beberapa jenis kopi yang terancam punah di abad ke-20.
Tahun 1950-1980, bisa jadi adalah tahun tersulit untuk Ethiopia karena sejumlah peristiwa yang kelam.
Pecahnya pemberontakan, peristiwa kudeta militer, dan bencana kelaparan menjadikan produksinya terkena dampak. Perkebunan yang sudah berskala besar juga kurang terurus.
Banyak petani yang masih menanam, tapi belum memahami penuh soal bisnisnya. Harganya juga tidak menentu.
Ketika sudah ada koperasi di Ethiopia, petani dan pengusaha mendapat peluang pendanaan, informasi tentang pasar, dan alat-alat yang diperlukan untuk operasional.
Dengan demikian, akan lebih banyak lagi orang yang mengetahui beberapa fakta tentang kopi di dunia.
0 comments