inspirasi
Menguak Misteri Yeti, Monster Salju Mirip Beruang di Pegunungan Himalaya
Yeti menjadi salah satu makhluk misterius di pegunungan bersalju. Pernah ditemukan jejak kaki misterius di pegunungan Himalaya yang kemudian diduga sebagai yeti.
Sekilas jejak kakinya seperti manusia tapi berukuran besar. Sempat dihubungkan dengan berbagai kisah legenda dan mitos, keberadaannya semakin memunculkan rasa penasaran.
Ekspedisi dan penelitian ilmiah pun dilakukan untuk mencari fakta kebenaran makhluk liar yang meninggalkan jejak kaki raksasa di pegunungan.
Makhluk ini juga diangkat dalam cerita film animasi Abominable (2019) dan buku karya Daniel Taylor berjudul Yeti: The Ecology of a Mystery (2017).
Baca juga: Sosok Jose Mujica, Presiden Termiskin di Dunia dengan Kebijakan Kontroversial
Keberadaannya membuat peneliti penasaran dan ingin memeriksa genetiknya
Catatan pertama tentang makhluk misterius ini muncul tahun 1832. Saat itu Journal of the Asiatic Society of Bengal mempublikasikan laporan dari BH. Hodgson.
Disebutkan bahwa di Himalaya ada makhluk berbulu yang bentuknya mirip orangutan. Padahal orangutan diketahui berasal dari tempat yang sangat jauh dari Himalaya.
Makhluk asing yang difoto tampak kedinginan memiliki ekor panjang dan bulu gelap. Di kesempatan lain, penjelajah dari Himalaya membuat laporan soal yeti dalam waktu 100 tahun lebih.
Kabar tentangnya kemudian mencuat lagi di dunia dan menjadi bagian dari budaya populer.
Keberadaannya, walau belum dapat dibuktikan, menjadi cerita yang dituturkan turun temurun ratusan tahun. Di sisi lain, sejumlah peneliti terus melakukan penelitian tentang genetiknya.
Ditemukan foto jejak kaki yang diduga yeti oleh penjelajah Inggris
Manusia memang selalu memiliki minat khusus kepada hal yang penuh misteri. Temuan penting berikutnya untuk membuktikan keberadaannya adalah sebuah foto jejak kaki yang diambil oleh penjelajah Inggris Eric Shipton pada tahun 1951.
Fotonya diambil di Gletser Menlung, di sebelah barat Gunung Everest, perbatasan Tibet dan Nepal. Shipton sendiri merupakan seorang penjelajah Gunung Everest yang sangat dihormati karena pengalamannya.
Yang menarik dari jejak kaki yang diduga yeti adalah bahwa jejaknya begitu dalam. Seperti jejak kaki manusia tapi ukurannya termasuk besar yaitu 33 cm.
Baca juga: Leonarda Cianciulli, Perempuan Italia Pembuat Sabun dan Kue dari Darah Manusia
Saat ‘demam yeti’ merebak, tidak sedikit pasukan yang dikirim dalam ekspedisi
Sebelum Perang Dunia II, pasukan Nazi Jerman juga penasaran untuk mengetahui makhluk misterius yang juga mirip beruang kutub. Pasukan ekspedisi pun dikirim ke Nepal tahun 1954.
Saat itu ‘demam yeti’ kembali merebak dengan beberapa kepingan informasi yang baru.
Beberapa pihak menyebut makhluk ini sebagai manusia salju yang berbahaya. Beberapa peneliti mencoba menghubungi pendaki terkenal Sir Edmund Hillary dan mendapat wawasan baru.
“Kita tidak boleh hanya mencari yeti, tapi harus mempelajari bagaimana orang hidup di dataran tinggi,” demikian respon Sir Edmund Hillary.
Pasukan ekspedisi pun membangun persinggahan di pegunungan bersalju dan membuat eksperimen soal iklim. Saat itu ekspedisi masih terfokus di pegunungan Nepal yang liar, khususnya di Lembah Barun.
Lembah Barun termasuk hutan yang lebat dengan curah hujan tinggi. Itulah mengapa, banyak orang yang tidak menyelesaikan ekspedisinya karena kondisi kesehatan.
Ekspedisi mencari yeti yang misterius banyak memberi pemahaman baru
Selain ekspedisi dari luar negeri, pemburu lokal juga berusaha memasuki pegunungan Himalaya. Tentu dengan harapan besar untuk bertemu makhluk yang diduga kuat berasal dari zaman prasejarah.
Tahun 1986, Reinhold Messner, pendaki gunung dari Italia membuat klaim mengejutkan bahwa ternyata makhluk misterius di Himalaya sebenarnya jenis beruang pohon yang unik dan sedang di ambang kepunahan.
Seiring berjalannya waktu, mungkin saja masih ada fakta baru tentang makhluk yang mirip beruang.
Apapun itu, ekspedisi mencari makhluk ini telah banyak memberi pemahaman yang baru tentang kekayaan alam dan ciptaan-Nya sebagai bagian dari kehidupan keseluruhan.
Bahwa masih banyak kehidupan yang lebih tangguh dari yang dapat menghadapi suhu ekstrem dan perubahan iklim.
0 comments