inspirasi
Pakaian Adatnya Muncul di Uang Kertas Baru Rp 75 Ribu, Begini Asal Usul Suku Tidung
Bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75, ada sesuatu yang menyita perhatian dan ramai diperbincangkan.
Ini adalah tentang foto pakaian adat yang dicetak pada uang kertas baru Rp 75.000. Belum diketahui semua orang bahwa itu adalah baju adat Suku Tidung yang berasal dari Kalimantan Utara.
Justru sempat ada yang bertanya-tanya tentang alasan mengapa gambar itu yang terpilih di uang pecahan baru edisi terbatas tersebut.
Pasalnya baju adat yang bercorak dominan merah dan kuning itu terkesan mirip pakaian tradisional Tionghoa.
Selain melihat baju adatnya, ada baiknya kita juga lebih mengenal tentang Suku Tidung dari asal usul sampai budayanya.
Baca juga: Kisah Jenderal Hoegeng, Polisi Jujur yang Penuh Keteladanan
Berasal dari pegunungan di Kalimantan Utara
Meskipun namanya berasal dari istilah tideng atau tiding yang artinya gunung atau bukit, Suku Tidung kini tinggal di pesisir.
Pergerakan Suku Tidung cukup dinamis. Mereka berpindah dari Kalimantan pedalaman, Tanah Tidung, Tarakan, Berau, Malinau, mendekati pantai Nunukan, sampai ke Malaysia.
Kemudian mereka yang datang dari perbukitan itu membangun peradaban masyarakat baru.
Tidung juga erat kaitan dengan suatu kerajaan yang memiliki nuansa Islam, serta beberapa titik di Kabupaten Tana Tidung yang menjadi tanda awal perpindahan orang-orang Tidung.
Masih termasuk kerabat Suku Dayak
Suku Tidung termasuk subsuku dari Dayak Murut, yang merupakan salah satu suku besar yang tinggal di Kalimantan utara bagian timur. Enam suku yang lainnya adalah Apu Kayan, Ngaju, Klemantan, Iban, Ot Danum, dan Punan.
Di Suku Tidung masih berlaku tradisi masyarakat yang menunjukkan kedekatan dengan Dayak. Sebagian penduduknya juga masih percaya dengan ritual terkait tradisi dari nenek moyang, misalnya yang menyangkut dengan daerah keramat, ritual pengobatan, dan memanggil arwah.
Meski kental ritual tradisionalnya, tapi seiring waktu sudah banyak bertransformasi menjadi penganut agama Islam.
Mudah menerima pengaruh budaya luar
Orang-orang dari Suku Tidung cenderung mudah untuk menerima pengaruh budaya dari luar karena mereka berdiam di kawasan pesisir, hilir sungai, serta pantai-pantai strategis. Jalurnya adalah melalui perdagangan dan budaya.
Konsep kehidupan di Suku Tidung dalam hal beragama dipengaruhi oleh budaya yang dibawa oleh pendatang, misalnya Suku Bugis, Bajau, dan Melayu.
Perkembangan agama Islam yang kini dianut mayoritas Suku Tidung dapat merata melalui daerah pesisir sampai ke pulau-pulau kecilnya.Â
Baca juga: Ibnu Battuta, Penjelajah Terhebat Sepanjang Masa yang Pernah Singgah di Aceh
Memiliki bahasa daerah yang mirip Melayu
Bahasa yang digunakan merupakan salah satu dari Kelompok Bahasa Dayak Murut yang terbagi lagi dalam lima kelompok.
Kelompok bahasa tersebut terdiri dari bahasa Tidung, Kalabakan, Bulungan, Murut Serudung, dan Murut Sembakung.
Meski bahasa Tidung cenderung mirip Melayu, tapi banyak kosakata lebih mirip dengan bahasa Kalimantan umumnya.
Misalnya taka sama dengan ta’am (bahasa Abal), takam (bahasa Maanyan), dan taka (bahasa Pasir) yang artinya kita.
Setelah viral, Suku Tidung jadi lebih dikenal
Sempat dipertanyakan karena disangka pakaian adat dari negeri China, sekarang justru lebih banyak orang yang tahu. Faktanya pun ternyata memang warna merah dan kuning yang mendominasi itu adalah warna kebesaran Tidung.
Masyarakat Suku Tidung sampai sekarang banyak berdiam di daerah Kalimantan Utara. Mungkin masih banyak suku-suku daerah lain yang dimiliki Indonesia, dan kita perlu mengenalnya juga.
Meski sempta menjadi polemik, tapi setidaknya ada hal positif setelah viralnya potret baju adat Suku Tidung. Ini justru dapat menjadikan adat Suku Tidung dikenal lebih luas.
0 comments