inspirasi
Tragedi Dyatlov Pass, Ketika Pendaki Tewas Misterius di pegunungan Ural
Insiden Dyatlov Pass adalah sebuah peristiwa di pegunungan Ural, Rusia yang akan selalu dikenang karena banyaknya misteri yang menyelimuti.
Pada bulan Februari 1959, sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam pemain ski ditemukan tewas mengenaskan.
Banyak spekulasi bertebaran terkait sebab kematian mereka, mulai dari kondisi alam, serangan yeti, ancaman militer, sampai jatuhnya UFO. Sayangnya belum ada bukti paling kuat untuk menjelaskan kasus yang sebenarnya.
Setelah diselidiki, beragam teori bermunculan. Mulai dari yang bersifat ilmiah sampai yang cenderung mistis.
Baca juga: Kisah Nabi Yusha, Panglima Perang yang Tangguh dan Bisa Menahan Matahari
Berangkat menuju pegunungan Ural di tengah musim dingin yang bersalju
Tragedi Dyatlov Pass terjadi di pegunungan Ural yang membelah Asia dan Eropa. Sebelum melakukan pendakian, sembilan orang berangkat pada akhir Januari 1959.
Mereka adalah mahasiswa Institut Politeknik Ural, Rusia atau saat itu masih bernama Uni Soviet.
Igor Dyatlov yang paling berpengalaman dipercaya menjadi pemimpin perjalanan. Peristiwa tragis yang terjadi juga diambil dari nama pemimpinnya.
Kelompok pendaki terdiri dari Lyudmila , Zinaida, Alexander, Rustem, Nicolas, Yura Yudin, dan dua Yuri, yaitu; Yuri Doroshenko, dan Yuri Krivonischenko.
Meski sudah berpengalaman, mereka tetap ditemani seorang pemandu bernama Semyon Zolotaryov.
Suasana perjalanan sejak keberangkatan sampai menuju lokasi bisa diketahui dari buku catatan harian salah satu dari mereka. Perjalanan dilakukan pada saat musim dingin bersalju.
Mereka menyewa sebuah kereta luncur yang ditarik oleh kuda untuk membawa perbekalan selama 24 km ke lokasi yang mereka tuju.
Melakukan pendakian dan mendirikan tenda di tempat yang terlarang Â
Tiba-tiba perjalanan terasa sangat sulit, cukup menegangkan, dan terlalu berat bagi salah satu anggota. Yura Yudin terpaksa pulang karena sakit. Sedikit menyesal awalnya, tapi itu adalah sesuatu yang  menyelamatkan hidupnya.
Mereka yang melanjutkan perjalanan kemudian berhenti sejenak di pemukiman sekitar pertambangan yang terbengkalai. Tapi sebenarnya mereka menuju Gunung Ortorten yang dalam bahasa lokal berarti jangan ke sana.
Setiap jalan setapak yang sebagiannya terpendam salju disusuri. Mereka berhenti di bangunan reyot yang sebelumnya dihuni penjaga penjara. Sebelum melanjutkan pendakian, mereka bermain ski di Sungai Auspiya.
Entah ada firasat apa ketika mereka terpikir untuk mendirikan sebuah tenda di Kholat Syakhyl yang berarti  Gunung Kematian.
Tenda didirikan di sebuah lubang dangkal. Sepertinya lubangnya sengaja digali untuk berlindung dari terpaan angin.
Baca juga: Mengenal Alexander Prokhorov, Ilmuwan yang Menemukan Sinar Laser
Terdapat sisa-sisa api unggun dan jasad korban tewas mengenaskan
Apa yang terjadi kemudian tidak lagi diketahui dalam catatan perjalanan mereka. Pada malam harinya, api unggun dinyalakan dengan bahan bakar ranting-ranting pohon.
Keesokan harinya, terjadilah insiden kematian aneh yang ditemukan oleh pendaki lain. Pihak keluarga dan kampus sebelumnya mencurigai karena mereka tidak kunjung kembali.
Tim penyelidik melihat sisa-sisa api unggun dan ranting pohon yang berserakan. Yang mengejutkan adalah sebuah titik berwarna gelap kemerahan di kanan batang pohon cedar.
Ternyata mereka cedera serius dan sudah tidak bernyawa di sekitar tenda. Posisinya mengerikan, ada yang memakai pakaian tidak lengkap, menggigit sebagian jarinya sendiri, memeluk cabang pohon, dan tertelungkup ke salju.
Dari posisi mereka, terlihat bahwa mereka berusaha menyelamatkan diri dengan merobek tenda dari dalam. Mereka seperti ketakutan dan ingin lari, tapi musibah tidak dapat dihindari.
Banyak spekulasi yang beredar tentang penyebab terjadinya insiden
Posisi tewas yang aneh segera menimbulkan banyak dugaan. Apalagi korban tidak langsung ditemukan semua. Ada yang baru ditemukan pada bulan Mei 1959 di sebuah jurang.
Kondisinya lebih parah yaitu ada luka di telinga, leher bengkok, tulang rusuk patah, dan anggota tubuh yang hilang. Bahkan Semyon sang pemandu perjalanan pun jadi korban dengan luka terbuka di kepala.
Meski terdapat luka-luka dari benda tumpul, berita yang beredar hanya seputar fenomena alam atau serangan binatang buas. Tapi orang tua mereka berpikir bahwa hal tersebut korban dari militer.
Walau bagaimanapun mereka tidak mampu berbuat banyak. Di era Uni Soviet saat itu, tidak ada yang boleh melaporkan ke media jika ditemukan hal-hal yang kontroversial menyangkut pihak yang berkuasa.
Jurnalis lokal dipaksa untuk diam ketika ada  informasi bahwa sebagian pendaki adalah anggota komunis atau bahkan agen mata-mata.
Selain kondisi-kondisi korban yang mengenaskan, di baju mereka juga terdapat bahan radioaktif. Selama enam dekade banyak pertanyaan yang belum terjawab.
0 comments