inspirasi
5 Tradisi Adat Istiadat Orang Sunda, Diwariskan Turun Temurun
Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan adat istiadat yang bernilai luhur, sehingga perlu diwariskan turun temurun. Salah satu suku di Indonesia yang memiliki banyak tradisi adalah orang Sunda.
Adat istiadat orang Sunda berlangsung sejak manusia baru lahir, bertumbuh dewasa, dan akhirnya mati. Suku Sunda yang mendiami wilayah Jawa Barat dan Banten telah melalui sejarah peradaban yang sangat panjang.
Dari dulu sampai sekarang, masih banyak tradisi yang tetap dijalankan di masyarakat. Contoh tradisi adat istiadat orang Sunda yang akan dibahas kali ini adalah tradisi kelahiran, khitanan, pertanian, dan kematian.
Baca juga: Pak Dal Pencipta Lagu Bintang Kecil, Sosoknya Jarang Diketahui
1. Tingkeban
Tingkeban adalah adat istiadat orang Sunda yang dilaksanakan ketika kandungan ibu hamil mencapai tujuh bulan. Di Jawa juga ada tradisi seperti ini dan terkenal dengan nama mitoni.
Dalam upacara tingkeban ada harapan dan tujuan tertentu, yaitu suatu permohonan untuk keselamatan ibu dan bayi yang sebentar lagi akan dilahirkan.
Kata tingkeban sendiri asalnya adalah dari istilah tingkeb yang memiliki arti tutup.
Maksudnya adalah bahwa ibu yang tengah mengandung tujuh bulan tidak diperbolehkan untuk berhubungan dengan suami sampai 40 hari setelah persalinan.
Tujuannya adalah agar ibu yang hamil tidak terbebani karena bayinya di dalam kandungan semakin besar. Upacara tingkeban bertujuan agar terhindar dari semua hal yang tidak diharapkan.
2. Ngahuripan
Tradisi ngahuripan dilakukan dalam bentuk upacara untuk merayakan kelahiran anak, yaitu bayi yang berumur 40 hari.
Tradisi ini cukup terkenal di kalangan masyarakat desa Cireundeu. Cireundeu sendiri adalah nama kampung adat di daerah Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan.
Upacara yang dilakukan memang penuh filosofi kehidupan masyarakat Sunda. Saat upacara, bayi dicukur rambutnya. Hal tersebut adalah simbol untuk menghilangkan kotoran yang mungkin terbawa dari rahim.
Beberapa benda yang menjadi persyaratan pada upacara adalah gelang benang, kunyit, ayam dua ekor, dan kupat leupeut. Orang yang berperan penting dalam acara adalah paraji, indung beurang atau dukun beranak.
Indung beurang itulah yang memasang gelang benang dilengkapi kunyit ke tangan bayi.
Acara dilengkapi dengan doa dan wejangan tokoh adat atau kasepuhan dengan tujuan mendoakan si anak panjang umur, jadi anak berbakti, dan banyak rezeki.
Baca juga: Fenomena Aphelion, Dianggap Memicu Suhu Dingin di Bumi
3. Sepitan
Sepitan disebut juga khitanan atau sunatan untuk anak yang pada umumnya di bawah enam tahun. Sepitan dilaksanakan dengan tujuan supaya alat vital anak jadi bersih dari kotoran.
Menurut kepercayaan Islam, anak yang sudah dikhitan atau disunat artinya sudah menunaikan salah satu anjuran yang penting bagi kesehatan.
Jika khitanan hanya diperintahkan untuk anak laki-laki, upacara sepitan juga berlaku buat perempuan.
Pelaksanaan sepitan anak perempuan dilakukan ketika anak masih bayi supaya tidak merasa malu, sedangkan untuk anak laki-laki dilakukan menginjak enam tahun.
Dahulu ketika teknologi kedokteran belum maju, upacara sepitan dilakukan di pagi buta. Anak yang disunat harus direndam atau dimandikan dahulu di kolam sampai menggigil.
Kalau sudah menggigil, baru anaknya dipangku kemudian dibawa ke hadapan paraji yang akan melakukan prosesi sunat.
Bukan hanya mengundang seorang paraji sunat, sepitan juga turut mengundang kerabat dan para tetangga.
Tamu datang membawa bahan makanan, ayam yang akan disembelih, bahkan juga membawa petasan untuk meramaikan suasana.
4. Nyalin
Sebelum terkenal menjadi salah satu kota industri, Karawang dulu lebih dikenal sebagai lumbung padi di Jawa Barat. Sawahnya sangat banyak dan terbentang luas.
Masyarakat yang hadir di lokasi upacara membawa makanan berupa nasi putih, nasi kuning, dan beragam lauk pauk. Yang perlu diketahui di sini adalah bahwa makanan dari masyarakat di dalam upacara bukan suatu pesugihan.
Bagi petani, masa panen adalah rezeki dan berkah dari Tuhan. Karena itulah, sebagai bentuk syukur warga Karawang zaman dahulu menggelar acara di sekitar sawah. Acaranya dilakukan sebelum panen.
Nyalin termasuk warisan leluhur yang tujuannya untuk menjaga hubungan alam dan manusia yang selalu timbal balik.
Upacaranya dimulai dengan tarian lalu disusul dengan doa. Tariannya melambangkan kebahagiaaan masyarakat yang menyambut panen.
5. Ngameli
Ngameli adalah salah satu ritual yang terkait kematian. Yang melaksanakan adalah keluarga ketika ada anggota keluarga yang meninggal.
Waktunya selama tujuh hari atau empat puluh hari. Ngameli dilakukan melalui pemberian persembahan makanan yang disukai almarhum saat masih hidup. Biasanya dilaksanakan pagi hari.
Jika yang baru saja meninggal istri, maka orang yang harus melakukan ngameli yaitu suami. Begitu juga sebaliknya. Jika yang meninggal adalah suami dan istri, maka orang yang bertanggung jawab ngameli yaitu anaknya.
Tradisi ngameli sudah melekat secara turun temurun oleh sesepuh di Gedebage dan disosialisasikan pada generasi penerus, demi menjaga tradisi agar tidak punah.
Itulah tradisi adat Sunda yang sudah ada sejak dahulu dan tetap dilestarikan sampai sekarang. Semoga tradisi yang baik dari nenek moyang tetap bertahan sampai seterusnya.
0 comments