inspirasi
Kisah Nabi Ilyas, Gigih Berdakwah kepada Kaum Ba’labak
Nabi Ilyas AS merupakan salah satu keturunan ke-4 Nabi Harun yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan ajaran kepada Bani Israil, khususnya kaum yang tinggal di negeri Ba’labak.
Kaum Ba’labak sendiri banyak menyembah berhala yang bernama Ba’l. Nabi Ilyas mempunyai nama asli Ilyas Taspa yang juga merupakan anak dari Yasin bin Finhash bin Eleazar bin Harun.
Sejak kecil kemampuan dalam menghafal seluruh kitab Taurat sudah terlihat. Ia juga senang berada di hutan bermain bersama hewan. Inilah kisahnya saat berdakwah kepada kaum Ba’labak.
Baca juga: Tradisi Karapan Sapi, Pesta Kebanggaan Masyarakat Madura
Penuh perjuangan di negeri Ba’labak yang kaumnya menyembah berhala
Pada usianya yang kepala 3, yaitu usia 35 tahun Nabi Ilyas menerima wahyu untuk mengingatkan raja Israil agar kembali kepada Allah dan menyerukan ajaran Allah kepada penduduk di negeri Ba’labak penyembah berhala.
Penduduk negeri Ba’labak diajak bertobat dan meninggalkan berhala. Namun peringatan dan seruan tersebut justru membuat penduduk di sana marah dan merasa terganggu lalu ingin mengusirnya untuk selama-lamanya.
Bahkan melemparinya dengan batu. Sungguh berhati mulia, ia tidak membalas perlakuan penduduk dan dengan gigih tetap melanjutkan dakwahnya meski mengalami penolakan.
Banyak perlakuan buruk ia dapatkan, kemudian ia cari tempat persembunyian agar kaum Ba’labak tidak menemukannya.
Ia terus berdoa kepada Allah agar diberi perlindungan dan memohon kepada Allah agar memberi peringatan kepada kaum Ba’labak.
Kisah Nabi Ilyas yang berdakwah kepada kaumnya diabadikan di Alquran
Nabi Ilyas digolongkan ke dalam hamba-hamba Allah yang saleh, sebagaimana firman Allah dalam Alquran surat Ash-Shaffat ayat 123-132 yang artinya seperti berikut;
“Dan sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul-rasul. (Ingatlah) ketika ia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu tidak bertakwa? Patutkah kamu menyembah Ba’l dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?”
Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke neraka). Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Dan Kami abadikan untuk Ilyas (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu): ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ilyas.’
Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.”
Selalu gigih dalam berdakwah meskipun mendapat ancaman dari kaumnya
Seraya berdoa kepada Allah agar diberi perlindungan, ia juga memohon agar Allah memberi peringatan kepada kaumnya di negeri Ba’labak. Tidak lama kemudian, terjadilah suatu bencana.
Negeri Ba’labak dilanda kekeringan yang berkepanjangan. Kekeringan bisa yang merenggut nyawa penduduk satu persatu, serta terjadinya perselisihan antar penduduk lantaran berebut bahan makanan.
Bukannya bertobat dan kembali kepada Allah, justru penduduk marah besar, menganggap bahwa bencana tersebut terjadi karena berhala mereka marah.
Raja Israil pun tidak tinggal diam segera menyuruh para imam berdoa kepada berhala agar musim kemarau segera usai.
Tapi kenyataannya kemarau tetap berkelanjutan. Semakin marah kaumnya justru mengancam ingin membunuh.
Sementara itu di tengah-tengah pelariannya, Allah mengutusnya untuk menemukan rumah di gurun pasir dan menemui seorang anak laki-laki dan seorang ibu.
Tujuannya adalah agar sehari-harinya bisa tinggal di sana dan tercukupi kebutuhannya saat bersembunyi.
Baca juga: Asal Usul Primbon Jawa, Kitab Ramalan yang Melegenda
Bertemu Nabi Ilyasa yang kelak menjadi muridnya yang setia
Ternyata Allah menakdirkan pertemuannya dengan Ilyasa. Ada sesuatu yang berubah sejak pertemuannya dengan Ilyasa yang di kemudian hari juga diangkat oleh Allah SWT menjadi nabi.
Saat ia tiba, Ilyasa sebelumnya berjuang untuk sembuh dari penyakit yang sudah lama diderita.
Atas izin Allah, ia bisa menyembuhkan Ilyasa yang tidak lama kemudian menjadi muridnya yang paling setia. Ia lalu kembali untuk melanjutkan dakwah dengan ditemani oleh Ilyasa.
Di tengah perasaan putus asa karena kemarau panjang tidak kunjung usai, penduduk Ba’labak kali ini mulai mendengar seruannya. Mereka berangsur-angsur kembali ke ajaran Allah SWT.
Tidak lama setelah itu hujan turun dan penduduk Ba’labak bersuka hati karena sangat merindukan air dari langit.
Tanaman mulai tumbuh beberapa hari kemudian. Binatang ternak mendapat makan dan minum cukup. Penduduk juga terbebas dari lapar juga dahaga.
Meskipun butuh waktu yang begitu panjang, kegigihannya membuahkan hasil
Dari kisah Nabi Ilyas, kita bisa mengambil pesan bahwa perkataan atau perbuatan apapun harus disertai konsistensi dalam penyampaian, sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
Saat berdakwah, tidak ada suatu dendam sedikit pun kepada kaumnya, bahkan pembawaannya tenang dan penuh kewibaan serta yakin dengan apa yang diperintah Allah tanpa keraguan sedikitpun.
Meskipun ditolak berkali-kali, dihina, dicaci hingga diusir. Sekalipun memakan waktu dan proses yang begitu panjang, kegigihannya pun mampu membuahkan hasil, sehingga penduduk Ba’labak akhirnya terbuka hati dan pikirannya untuk kembali kepada Allah dan mau bertobat.
Hatinya yang lembut dan sikapnya yang sabar juga bisa menjadi murid yang sangat ia andalkan ketika berdakwah yaitu Nabi Ilyasa.
doni
18 April 2021 at 00:28
kisah menarik