inspirasi
Kisah Nabi Syamu’il, Memberi Teladan dalam Memilih Pemimpin
Kisah Nabi Syamu’il adalah salah satu kisah yang penuh hikmah. Meskipun namanya tidak termasuk dalam 25 nabi, tapi ada keteladanan yang masih berlaku bagi umat di hari ini.
Ia diutus di tengah Bani Israil sesudah wafatnya Nabi Musa. Seperti yang ditulis dalam kitab Qashasul Anbiya dari Ibnu Katsir, nama aslinya Asymuil bin ‘Alqamah. Ia juga termasuk dalam keturunan Nabi Harun.
Salah satu hal yang patut diteladani adalah sikapnya dalam memilih seorang pemimpin bagi umatnya.
Baca juga: Tinju: Sejarah, Ukuran Ring, Aturan Pertandingan, dan Istilah Penting
Sejak kecil Nabi Syamu’il sudah dititipkan ke masjid agar banyak belajar dan beribadah
Kisahnya di tengah Bani Israil dimulai sejak usia belia. Sang ibu mengirimnya ke masjid dan menitipkan pada seseorang yang saleh. Di sana ia diharapkan untuk banyak belajar dan beribadah.
Suatu hari Nabi Syamu’il tertidur di malam hari. Tiba-tiba merasa gemetar seperti ada suara gurunya yang memanggil-manggil.
“Apa Syaikh memanggil saya?” tanyanya pada gurunya yang ada di masjid. Ternyata tidak ada panggilan. Gurunya mempersilakannya untuk tidur lagi. Beberapa saat kemudian suara yang sama terdengar lagi sampai ketiga kalinya.
Ternyata yang memanggilnya adalah Malaikat Jibril. Saat itu Malaikat Jibril menyampaikan sebuah pesan.
“Sesungguhnya Tuhanmu telah mengutusmu untuk kaummu.”
Alquran menyebutkan kisah Nabi Syamu’il secara tersirat di surat Al Baqarah
Kisahnya disebut secara tersirat dalam ayat yang cukup panjang dalam Alquran yaitu surat Al Baqarah ayat 246-251.
Pada intinya, dikisahkan bahwa setelah Bani Israil kalah dari musuh pada peperangan, maka mereka pun meminta agar dipilihkan seorang raja untuk menjadi pemimpin pasukan perang yang berani menghadapi musuh.
Beberapa waktu kemudian, Allah menurunkan wahyu untuk memilih Thalut mejadi pemimpin di antara mereka.
Thalut berasal dari desa dalam kelompok Bani Israil yang tergolong miskin dan memiliki pekerjaan sehari-hari sebagai penggembala kambing.
Tidak banyak yang mengenal Thalut. Umat pun kaget saat ada pengumuman bahwa yang menjadi seorang pemimpin adalah sosok yang tidak dikenal bahkan keberadaannya dibilang asing.
Menyampaikan amanah kepada Thalut untuk menjadi pemimpin Bani Israil
Thalut dan Nabi Syamu’il berjumpa di sebuah puncak bukit ketika sedang mencari ternaknya yang nyaris hilang. Pada awalnya, keduanya terlihat saling pandang.
Nabi Syamu’il dalam hati bergumam bahwa sosok yang dilihatnya adalah yang disebut dalam firman Allah. Thalut diperintah untuk tidak lagi bersusah payah dalam mencari ternak yang sudah hilang.
Saat itu, Nabi Syamu’il menyampaikan pesan bahwa Allah sudah memberi amanah padanya untuk jadi pemimpin Bani Israil untuk mengatur kekuatan dalam menghadapi para musuh.
“Allah sudah menjanjikan pertolongan-Nya bagimu. Kau akan mendapat kemenangan dalam pertempuran dengan penjajah itu,” demikian kata Nabi Syamu’il.
Mendengar pernyataan seperti itu, Thalut seperti belum percaya bahwa seorang fakir miskin seperti dirinya akan memimpin kaum yang dulunya bergelimang kekayaan dan kekuasaan.
Baca juga: Kisah Nabi Uzair, Dibangkitkan Setelah Tertidur 100 Tahun
Kaum Bani Israil sempat sulit menerima orang yang dipilih menjadi pemimpin baru
Kisahnya berlanjut ketika memutuskan untuk memilih Thalut sebagai pemimpin yang baru.
“Ini merupakan kehendak Allah SWT. Kau harus bersyukur atas nikmat-Nya dan memantapkan pikiran untuk memimpin,” kata Nabi Syamu’il selanjutnya.
Begitu mengetahui siapa raja selanjutnya, kaum Bani Israil tidak mudah menerima karena latar belakang Thalut yang rakyat biasa.
“Mengapa seseorang yang tidak kita kenal itu menjadi raja?” kata kaum Bani Israil.
Kepada umatnya, Nabi Syamuil berkata bahwa untuk jadi seorang raja atau panglima perang sebenarnya tidak memerlukan syarat keturunan bangsawan yang terhormat. Tapi yang terpenting punya kemampuan dan kebijaksanaan.
Kisah Nabi Syamu’il bisa diteladani dalam hal memilih seorang pemimpin
Allah juga sudah memberikan kelebihan untuk Thalut dibanding orang lain yang diusulkan kaum Bani Israil.
“Perlihatkan pada kami buktinya” kata kaum Bani Israil.
Allah kemudian menunjukkan bukti yaitu benda yang disakralkan bernama Tabut yang sudah hilang lama diserahkan oleh malaikat kepada Thalut.
Melalui bukti tersebut, kaum Bani Israil rela dengan pilihan Nabi Syamuil untuk menjadikan Thalut sebagai raja di antara mereka.
Pelan-pelan, Raja Thalut bisa menata kondisi masyarakat ke arah yang benar dan mencapai kemakmuran.
Kondisi yang sebelumnya tercerai-berai, lama-lama bisa dihimpun. Itulah kisah Nabi Syamu’il yang bersikap bijaksana ketika memilih seorang pemimpin untuk umatnya.
0 comments