inspirasi
Asal Usul Tradisi Ulang Tahun, Lengkap dengan Kue dan Lilin
Hari ulang tahun adalah salah satu momen yang berkesan. Dirayakan atau tidak, tanggal ulang tahun bisa menjadi sesuatu yang penting.
Pada momen inilah biasanya seseorang merefleksikan pengalaman hidup selama setahun ke belakang dan menyusun harapan baru. Apakah kamu juga begitu?
Meskipun tidak ada aturan khusus tentang bagaimana seharusnya tradisi ulang tahun dilakukan, tapi ulang tahun identik dengan kue dan lilin.
Baca juga: Tradisi Meriam Karbit, Festival Warga Pontianak Menyambut Lebaran
Tradisi ulang tahun berasal dari perayaan ‘kelahiran’ Firaun di Mesir kuno
Dari sebuah catatan sejarah Mesir kuno, tanggal ulang tahun yang pertama kali disebut dalam sejarah adalah tahun 3.000 SM yang mengacu pada kelahiran Raja Firaun.
Tapi yang dimaksud lahir di sini bukan kelahiran ke dunia, melainkan ‘kelahiran’ sebagai dewa. Momen itulah yang lebih berarti daripada waktu kelahiran secara fisik.
Dalam budaya Yunani kuno, dewa dan dewi juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Masyarakat Yunani memberi persembahan atau pengorbanan kepada dewa-dewi yang mereka agungkan, salah satunya adalah Dewi Artemis atau Dewi Bulan.
Sebagai wujud penghormatan pada Dewi Bulan itulah, masyarakat Yunani kuno mempersembahkan sepotong kue yang menyerupai bentuk bulan dengan hiasan lilin menyala.
Dahulu, menyalakan lilin dianggap sebagai ritual melindungi diri dari roh jahat
Nyala lilin bisa mewakili sinar bulan yang terang dan indah. Selain persembahan untuk Dewi Bulan, lilin yang dinyalakan juga menjadi lambang harapan, pesan, atau doa yang dipanjatkan.
Prosesi tiup lilin juga menjadi cara untuk mengirimkan pesan untuk para dewa. Ada asumsi bahwa bangsa Yunani kuno terinspirasi dari tradisi bangsa Mesir kuno untuk merayakan momen ‘kelahiran’ para dewa.
Sebagaimana budaya lain ribuan tahun lalu, ada anggapan bahwa di dalam satu tahun ada hari-hari tertentu yang dianggap perubahan besar, misalnya hari kelahiran dan penyambutan roh-roh jahat.
Tujuan menyalakan lilin adalah untuk menangkal roh jahat yang seolah-olah datang dari kegelapan. Dengan kata lain, perayaan hari ulang tahun juga bisa menjadi bentuk perlindungan.
Bangsa Romawi kuno juga ikut merayakan ulang tahun dengan lilin untuk mengusir roh jahat
Bukan hanya menyalakan lilin, tapi juga berkumpul dengan keluarga dan teman. Untuk berlindung dari roh jahat, keluarga dan teman akan berkumpul di tempat orang yang sedang ulang tahun.
Semuanya ikut berdoa, berpikir, dan berharap bisa terlindung dari bahaya.
Orang-orang pun akan memberi hadiah agar suasana lebih ceria dan roh jahat bisa terusir. Selain meriah, suara ramai orang yang berkumpul juga dipercaya bisa menakut-nakuti roh jahat.
Tradisi ulang tahun dari Mesir dan Yunani kuno kemudian menyebar ke bangsa Romawi yang juga merayakan ulang tahun bersama keluarga dan teman.
Pemerintah membuat hari libur khusus sebagai penghormatan untuk tokoh yang terkenal di antara para warga masyarakat.
Baca juga: Legenda Sangkuriang, Jadi Asal Mula Gunung Tangkuban Perahu
Dahulu sebelum abad 12, ulang tahun hanya dirayakan untuk laki-laki saja
Setiap masyarakat Romawi yang telah memasuki usia 50 tahun akan diberi kue spesial yang dipanggang. Bahan kuenya terigu dicampur minyak zaitun, madu, dan keju parut. Tapi ada satu hal yang diperhatikan saat itu.
Bahwa yang ulang tahunnya dirayakan hanya kaum laku-laki saja, sedangkan perempuan hanya ikut meramaikan jika keluarganya ulang tahun. Baru ketika memasuki abad ke-12, ulang tahun kaum perempuan juga dirayakan.
Peradaban manusia di masa lalu belum punya cara untuk pelacakan waktu, kecuali dengan melihat matahari, bulan atau terjadinya fenomena penting di alam.
Hal tersebut membuat banyak orang bingung untuk menentukan hari jadi atau kelahiran dari seseorang.
Baru ketika orang-orang di zaman kuno memperhatikan siklus pergerakan bulan, maka mereka pun memperhatikan adanya perubahan musim yang polanya berulang-ulang.
Kue ulang tahun yang manis dan penuh hiasan juga mengandung harapan yang yang indah
Pada abad ke-18, tradisi ulang tahun semakin populer di seluruh dunia. Di Jerman, ulang tahun untuk anak-anak harus dibuat menyenangkan.
Agar suasananya lebih menyenangkan, maka dibuatlah sebuah kue ulang tahun dengan hiasan lengkap dengan lilin-lilin yang jika ditiup sambil membuat harapan (make a wish), maka harapannya akan terkabul.
Kuenya dibuat dengan mewah dan berasa manis karena harapan tertentu. Seiring dengan bertambahnya usia, maka akan banyak hal ‘manis’ yang terjadi.
Tapi, kue ulang tahun yang manis dan penuh hiasan cantik hanya umum untuk kalangan keluarga kaya. Setelah era Revolusi Industri di Inggris, akhirnya semua kalangan bisa membeli kue atau membuat sendiri kue ulang tahunnya.
0 comments