lifestyle
Bahaya Latte Factor, Pengeluaran Kecil yang Tidak Disadari
Masalah pengeluaran setiap bulan pastinya tidak sama untuk setiap orang. Terkadang ada pengeluaran yang tidak disadari dan memicu risiko yang disebut latte factor bagi sebagian orang.
Masing-masing orang juga memiliki daftar kebutuhan dan keinginan yang berbeda, sehingga cara mengatur pengeluarannya pun berbeda. Untuk yang sudah berpenghasilan, bagaimana dengan pengeluaran bulananmu?
Apakah kamu sudah pernah mendengan istilah dan bahaya latte factor? Istilah latte memang merujuk ke hobi orang-orang yang sering ngopi sekaligus nongkrong, tanpa memikirkan efek ke depannya.
Efek di sini bukan tentang kesehatan lambung, melainkan finansial.
Baca juga: Hoarding Disorder, Kebiasaan Menumpuk Banyak Barang di Rumah
Terkait dengan gaya hidup boros yang hobi nongkrong dan minum kopi mahal
Latte factor semakin familiar di masyarakat setelah diperkenalkan melalui buku karya David Bach, The Latte Factor (2019). Meskipun sebenarnya istilah ini sudah dikenal sejak beberapa tahun yang-lalu.
David Bach sendiri merupakan seorang motivator dan pengusaha yang terbilang sukses di Amerika.
Menurut Bach, banyak orang dalam kehidupan sehari-harinya tidak sadar dengan pengeluaran yang kecil, tapi lama-lama menjadi gaya hidup yang boros.
Gaya hidup boros ini muncul karena kebiasaan sering membeli hal-hal kecil, misalnya sambil nongkrong di di coffee shop terkenal dan beli minuman seperti coffee latte yang harganya relatif mahal.
Karena jumlahnya termasuk besar, jadi tidak sedikit orang yang menyesalinya di kemudian hari
Sebenarnya, pengeluaran yang berbahaya di sini bukan hanya kopi saja, tapi juga apa-apa yang dilakukan sehari-hari.
Misalnya membeli makanan ringan yang meskipun nominalnya kecil, tapi kalau dikalkulasikan selama sebulan atau bahkan satu tahun, maka nominalnya akan membuat tercengang.
Contohnya begini, katakanlah misalnya kamu selalu beli kopi atau jajanan di malam hari dengan harga Rp 20 ribu.
Dalam satu minggu, uang yang dikeluarkan sebanyak Rp 140 ribu. Jika dikali setahun, maka total yang dihabiskan bisa sampai 7 juta lebih.
Tidak sedikit yang di kemudian hari menyesal karena jumlah pengeluaran yang lumayan seharusnya bisa ditabung, diinvestasikan, atau untuk keperluan yang lebih penting.
Bahaya latte factor ini bisa terjadi pada anak muda sampai orang yang sudah dewasa. Itulah mengapa di era yang apa-apa serba praktis ini, skill mendasar tentang mengelola keuangan sangat diperlukan.
Baca juga: Hara Hachi Bu, Cara Orang Jepang Mengatur Pola Makan Sehat
Bukan hanya kopi, tapi juga berlaku pada biaya transportasi dan kebutuhan sekunder
Ternyata latte factor ini bukan hanya berlaku untuk kopi atau makanan dan minuman.
Yang lebih banyak adalah pengeluaran untuk kebutuhan sekunder seperti sepatu baru, baju baru, makeup, tas bermerek, atau aksesori yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.
Pengeluaran yang besar lainnya adalah transportasi online atau taksi yang sebenarnya bisa dihemat dengan memakai kendaraan umum seperti kereta atau bus.
Kenyataannya, kesadaran orang Indonesia dalam hal menyisihkan penghasilan masih terbilang rendah.
Menurut survei Share of Wallet dari Kadence International Indonesia, terlihat bahwa masyarakat hanya mengumpulkan 8% dari penghasilan untuk tabungan.
Ketika sudah menyadari dampaknya, maka coba untuk mengatasinya
Menyadari bahaya latte factor yang cukup fatal secara jangka panjang, namun tidak disadari. Maka sudah semestinya kita waspada dengan dampak buruknya.
Seperti apa caranya? Berikut beberapa langkah praktisnya.
Buat daftar pengeluaran setiap hari
Yang perlu dilakukan yaitu mengidentifikasi beberapa pengeluaran harian yang sebenarnya tidak penting. Kalau sudah, coba meminimalisir pengeluaran semaksimal mungkin, khususnya untuk hal yang sifatnya keinginan.
Pahami tentang tujuan pengeluaran
Memang harus dipahami baik-baik, apakah uang yang dikeluarkan bisa menambah nilai lebih pada diri atau sekadar memenuhi keinginan sesaat.
Pengeluaran untuk menambah skill dan pengalaman tentunya lebih bijak daripada untuk hal konsumtif.
Memberi tantangan diri sendiri untuk menabung
Kadang orang yang kurang terkontrol soal uang adalah karena kurangnya motivasi. Meskipun memiliki tujuan jangka panjang, tapi kadang masih banyak kena godaan.
Itulah mengapa penting sekali untuk menantang diri menabung. Secara berkala boleh memberi reward ke diri sendiri ketika sudah mencapai jumlah target tabungan.
Bisa dibilang kalau setiap orang memiliki latte factor-nya sendiri dan jumlahnya pun tidak sama. Tapi dengan cara disiplin mencatat pemasukan dan pengeluaran, maka efek negatifnya bisa dihindari.
0 comments