Perkembangan pers Indonesia dari dulu sampai sekarang cukup panjang. Media informasi yang dikenal masyarakat banyak ragamnya, mulai dari surat kabar konvensional sampai media digital yang sekarang sangat mudah diakses melalui gawai masing-masing.
Sejak sebelum merdeka, sudah pernah terbit beberapa surat kabar di tanah air untuk menjadi sebuah media penyebar informasi.
Tahukah kamu bahwa Bataviasche Nouvelles adalah surat kabar yang pertama terbit di Indonesia?
Sejak abad ke-18, Bataviasche Nouvelles sudah dicetak mandiri oleh saudagar asal Belanda dengan tujuan menjadi bagian dari catatan perdagangan yang dilakukan VOC.
Terbit pertama kali 1744 dan menjadi media yang memuat iklan Â
(foto: jpnn)
Bataviasche Nouvelles adalah surat kabar pertama di Indonesia yang bernama lengkap Bataviasche Nouvelles en Politique Raissonnementen atau Berita dan Penalaran Politik Batavia.
Media yang terbit dengan bahasa Belanda tersebut dicetak mandiri oleh Jan Erdmans Jordens.
Jan Erdmans Jordens sendiri adalah saudagar berpengaruh di wilayah Batavia pada zamannya. Edisi pertamanya terbit pada tanggal 7 Agustus 1744.
Penerbitan Bataviasche Nouvelles disponsori oleh Belanda, khususnya VOC (Vereenigde Oost Compagnie). Tentang isinya, nyaris semua halaman berisi iklan.
Karena itulah korakn Bataviasche Nouvelles disebut-sebut menjadi media cetak pertama di Indonesia yang memuat iklan.
Banyak mendapat pengaruh dari penguasa VOC asal Belanda
(foto: anri)
Nama ‘Bataviasche’ adalah berasal dari nama Batavia, yakni nama untuk kota Jakarta di abad ke-18. Sementara itu, nama belakang ‘nouvelle’ adalah kata serapan Perancis yang artinya baru.
Media cetak yang satu ini berisi dengan konten beragam berita yang juga dikemas dengan gaya periklanan. Usaha promosi yang dipakai untuk memperkenalkan kepada masyarakat juga sekaligus mengenalkan banyak produk baru.
Meskipun sudah terbit bulan Agustus 1744, ternyata izin terbitnya baru didapatkan 5 bulan berikutnya. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh dari Gubernur Jenderal VOC Willem Baron van Imhoff yang berkuasa 1743-1740.
Ada kekhawatiran pada kritik masyarakat terhadap pemerintahan van Imhoff bersama surat edaran yang belum pernah ada sebelumnya.
Sempat dibredel penguasa VOC karena menjadi media yang mengkritik perbudakan
(foto: catwiki)
Bukan hanya iklan, di dalam koran Bataviasche Nouvelles dimuat juga berita mengenai kapal dagang milik VOC, informasi mutasi pejabat, kabar kelahiran, perkawinan, dan juga kematian.
Tapi pada awalnya, orang-orang yang menikmati dan menerima manfaat beredarnya surat kabar hanya masyarakat Belanda.
Beberapa tahun kemudian, Bataviasche pun berkembang jadi media anti perbudakan. Waktu terbitnya satu minggu sekali dengan berisi 4 halaman informasi berita yang ditulis tangan.
Media yang pada awalnya berisi pengumuman iklan berangsur-angsur pun berkembang jadi surat kabar yang isinya kritikan tentang perbudakan di daerah Batavia.
Bahkan perilaku para penguasa organisasi VOC juga diungkap di dalamnya.
Itulah mengapa para petinggi VOC di Belanda memerintah van Imhoff agar membredel Bataviasche Nouvelles lantaran dianggap bisa merugikan dan juga membahayakan pihak Belanda.
Setelah beredar selama dua tahun, percetakannya dihentikan. Sebagai media cetak pertama yang terbit dan memuat iklan, koran Bataviasche Nouvelle juga menjadi media yang pertama kali dibredel.
Hal tersebut dikisahkan oleh Thomas B. Ataladjar dalam buku Toko Merah: Saksi Kejayaan Batavia lama di Tepi Muara Ciliwung.
Terbit kembali dan namanya diganti pada saat Daendels berkuasa
(foto: sejarahone)
Meskipun sempat dihentikan peredarannya, kiprah Bataviasche Nouvelles masih belum berakhir begitu saja. Verdu nieuws pada bulan November 1809 masih menerbitkannya dalam bentuk koran mingguan dengan isi iklan saja.
Pada peredaran setelah dibredel lama, Bataviasche Nouvelle berukuran jauh lebih kecil. Orang-orang Melayu mengenalnya dengan sebutan Surat Lelang.
Media yang mendapat sensor ketat ini hanyalah berisi publikasi soal pelelangan yang telah diadakan oleh VOC. Iklan VOC bisa dimuat gratis, tapi pemasang iklan yang lain membayar.
Pada era pemerintahan Herman Willem Daendels, namanya diganti jadi Bataviasche Koloniale Courant. Pergantian nama kemudian mewajibkan redaktur membayar pajak serta mendahulukan urusan pemerintah.
Sekarang memang era media cetak sudah banyak tergantikan media digital. Tapi, sejarah dan cerita yang menyertai di baliknya tetap menjadi bagian yang penting dalam perjalanan pers Indonesia.
0 comments