inspirasi
Inilah Monumen Soekarno di Aljazair dan Cerita di Baliknya
Pada awal tahun 2020, sebuah monumen Soekarno dibangun di Aljazair untuk memperkuat persahabatan Aljazair dengan Indonesia.
Berada tepat di bundaran simpang Jalan Mustapha Khalef Ben Aknoun dan Chemin Arezki Mouri, Monument de Soekarno diresmikan 18 Juli 2020.
Dalam monumen itu terlihat gestur gaya pidato berapi-api Soekarno yang menunjuk tangan ke atas.
Mengapa monumen Soekarno dibangun di Aljazair? Ini tak lepas dari kedekatan antar kedua Negara saat berjuang meraih kemerdekaan dahulu.
Baca juga: Kisah Heroik Yang Chil Sung, Orang Korea yang Berani Mati Demi Indonesia
Bung Karno mendukung Aljazair merdeka pada 1962
Indonesia dan Aljazair memang berjarak lebih dari 12 ribu kilometer. Tapi, persahabatan kedua negara yang berbeda benua itu terasa dekat. Awal mulanya karena peran Bung Karno.
Pemerintah Indonesia yang membuka kantor perwakilan FNL (Front de Libération Nationale) di Jakarta juga menjadi yang pertama mengakui kemerdekaannya dari Prancis.
Duta Besar RI untuk Aljazair Safira Machrusah mengungkapkan bahwa Bung Karno sangat diapresiasi karena mendukung Aljazair sebelum merdeka pada 1962.
Bentuk monumen melambangkan kemerdekaan Aljazair
Jika dilihat dari atas, monumen terlihat berbentuk bulan sabit. Bentuk yang dipilih ini adalah untuk mendeskripsikan lambang bendera Aljazair.
Di dalam area bulan sabit tersebut ada lima pedestal bundar sebagai deskripsi bentuk bintang pada bendera Aljazair.
Kemudian pada bagian paling tengahnya, berdirilah patung Soekarno yang memang dikonstruksi dari bahan lempengan-lempengan besi.
Seniman patungnya juga menyampaikan cerita di baliknya, bahwa Indonesia berjasa dalam perjuangan Aljazair untuk merdeka, meskipun bukan secara fisik melainkan spiritual.
Baca juga: Abdoel Moeis, Sastrawan yang Jadi Pahlawan Nasional Pertama di Indonesia
Dirancang oleh Ridwan Kamil dan dibuat oleh pematung Dolorosa Sinaga
Mengingat jasa Indonesia, khususnya Ir. Soekarno pada Aljazair, membentuk kesan tersendiri.
Apresiasi Aljazair pada Bung Karno, baik dari masyarakat maupun pemerintahnya, memang besar. Tapi belum ada satupun simbol di negeri itu.
Padahal negara-negara Afrika lain yang juga punya persahabatan dengan Indonesia sudah membangun apresiasi secara simbolik. Misalnya di Mesir ada Jalan Ahmed Sukarno dan di Maroko ada Rue Soukarno.
Tahun 2016 KBRI Alger berinisiatif membangun patung Bung Karno. Akan tetapi baru tahun 2017 ide itu mendapat jalan terangnya. Saat itu pihak KBRI berkomunikasi dengan Ridwan Kamil yang masih menjadi Walikota Bandung.
Menumen Soekarno di Aljazair konsepnya dirancang oleh Ridwan Kamil dan dibuat oleh seniman patung Dolorosa Sinaga. Dolorosa juga pernah membuat patung Multatuli di Museum Multatuli Rangkasbitung, Banten.
Pembuatan patung butuh waktu kurang dari tiga bulan, yaitu November 2019 sampai Januari 2020. Begitu selesai dibuat, patung tersebut dikirim ke Aljazair pada 19 Januari 2020. Untuk pemasangan patung, Dolorosa juga memandu secara virtual.
Pihak Aljazair senang dengan pemasangan patung tersebut
Lokasi monumen itu dipilih yang strategis karena dominan dengan anak-anak muda setempat. Anak-anak muda Aljazair, sebagaimana di Negara lain, dibesarkan dengan sejarah masing-masing. Bisa jadi mereka belum tahu soal sejarah hubungan Indonesia-Aljazair.
Apalagi monumen itu terlihat eksentrik dan beda dari sejumlah patung yang pernah ada di Aljazair.
Dolorosa mengungkapkan bahwa pihak Aljazair sangat senang begitu menerima patung karyanya. Karena semua patung di Aljazair masih dibuat dengan pendekatan klasik-realistis. Misalnya seperti patung dada Romawi atau Yunani.
Mereka sangat senang karena ada kekayaan yang membangun sebuah nilai berbeda di kawasan itu dengan kehadiran patung Soekarno.
Pembangunan monumen ini mempererat kedua negara karena menyambung kembali  spirit Konferensi Asia Afrika dan mengenang kerjasama Indonesia Aljazair di berbagai forum internasional seperti Gerakan Non Blok, OPEC, dan PBB.
Ini juga sekaligus mengingatkan kita semua bahwa Indonesia pernah ada sosok presiden yang berpengaruh di dunia internasional.
0 comments