inspirasi
Apa Itu Gatsbying, Kode Tersirat Buat Gebetan di Media Sosial
Di era digital, tentunya konten media sosial sudah menjadi konsumsi sehari-hari. Bukan hanya melihat-lihat, tapi tidak sedikit orang yang menjadikan media sosial sebagai sarana personal branding.
Hal tersebut tentunya sangat positif, karena setiap konten yang diunggah bisa menjadi jejak digital yang penting di kemudian hari. Tapi bagaimana tentang orang-orang yang terlalu suka cari perhatian di media sosial?
Melalui konten sensasional yang diunggah, mereka pun berharap respon yang luar biasa dari netizen. Respon seperti like, comment atau share bisa memberi kesenangan tersendiri.
Buat yang belum punya gandengan, ini bisa jadi kode tersirat buat menarik perhatian gebetan di media sosial. Fenomena seperti ini namanya gatsbying.
Baca juga: Bohemian Club, Tempat Rahasia Komunitas Orang Kaya Amerika
Fenomena gatsbying ternyata sudah mulai dilakukan orang sejak tahun 1922
Mungkin masih banyak orang yang belum memahami apa itu gatsbying, walau sebenarnya sudah banyak yang tidak sadar sering melakukannya di media sosial.
Apa itu gatsbying yang belakangan sering disebut sebagai istilah dalam relationship? Meskipun sebagian orang baru mengenal istilah ini, tapi ternyata gatsbying bukan hal baru.
Istilah gatsbying berasal dari Jay Gatsby, yaitu tokoh utama novel klasik karya F. Scott Fitzgerald, The Great Gatsby yang terbit pertama kali pada tahun 1922.
Dari cerita yang ditampilkan penulisnya, ternyata sejak dahulu manusia memang tabiatnya senang mencari perhatian.
Hampir satu abad setelah terbitnya The Great Gatsby, ternyata usaha manusia untuk mencari perhatian semakin canggih caranya.
Gatsbying melalui media sosial sangat umum terjadi di kalangan anak muda
Jika dahulu Jay Gatsby harus berpesta mewah, kini ada cara yang lebih mudah untuk mencari perhatian sosok yang sedang diincarnya.
Caranya adalah dengan memposting di media sosial dengan tujuan agar orang yang disukainya melirik.
Mungkin kamu punya teman yang sangat ‘niat’ untuk memposting foto, video, atau hal-hal tentang dirinya ke media sosial, agar orang yang disukai melihatnya. Atau mungkin dirimu sendiri pernah melakukannya?
Tentunya akan ada rasa sedih atau kecewa ketika sudah capek memposting sesuatu yang menarik, tapi orang yang jadi targetnya malah tidak melihat.
Atau mungkin sudah melihat dan tidak bereaksi apa-apa karena memang tidak peka. Hal seperti ini pastinya sangat umum terjadi di kehidupan anak muda.
Baca juga: Perbedaan Vacation dan Staycation, Bisa Jadi Alternatif Liburan Favorit
Di balik gatsbying ada kecenderungan pada perasaan insecure atau rendah diri
Selain mengirim kode untuk gebetan, gatsbying juga bisa bermakna lebih luas.
Pada intinya tetap sama yaitu keinginan untuk diperhatikan dan diakui. Ketika perhatian dan pengakuan menjadi suatu kebutuhan, akibatnya bisa fatal.
Hal ini sudah berakar cukup lama di masyarakat dunia, bahkan sejak sebelum F. Scott Fitzgerald menulis karyanya.
Sejak ratusan tahun, status sosial sangat besar pengaruhnya untuk kehidupan orang-orang Amerika. Perbedaan status sosial akan berimbas pada cara bersosialisasi, gaya hidup, finansial, dan lain-lain.
Itulah mengapa sejak dulu budaya populer secara tidak langsung mendorong manusia untuk terus tampil menarik, eksis, dan selalu terhubung dengan orang lain agar diakui dan disenangi.
Alhasil, perasaan rendah diri pun muncul begitu saja ketika apa yang dilakukan di media sosial ternyata tidak mendapat atensi sesuai harapan.
Dengan perkembangan algoritma media sosial yang sedemikian rupa, anak-anak muda pun bisa mengalami ketergantungan pada pengakuan atau perhatian yang sifatnya semu dari orang lain.
Jarang disadari, ternyata gatsbying juga bisa bikin hari-hari kurang produktif
Setelah memahami apa itu gatsbying, tentunya kamu juga bisa lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Tidak ada yang salah dari usaha untuk menarik perhatian, karena itu hal yang manusiawi.
Tidak salah juga ketika kamu berusaha membuat konten menarik yang mengundang banyak reaksi positif, karena memang itulah tujuan media sosial diciptakan.
Yang patut disayangkan adalah ketika fokusnya keliru saat bermedia sosial. Yang seharusnya cukup bersenang-senang saja dan berbagi momen berkesan, malah jadi kepikiran gara-gara si dia tidak merespon sesuai harapan.
Padahal daripada mati-matian berusaha mencari perhatian lewat sebuah postingan atau terus-terusan mengirim ‘kode’, mengapa tidak langsung bilang ke orangnya langsung?
Satu hal yang mungkin belum disadari adalah efek negatifnya yang bikin kehidupan sehari-hari kurang produktif karena terlalu overthinking memikirkan reaksi dari orang lain.
Bukankah itu justru bisa jadi potensi penyesalan di kemudian hari?
0 comments