inspirasi
Berkuasa Dua Abad, VOC Jadi Perusahaan Multinasional Pertama di Dunia
Bicara soal perusahaan multinasional di dunia, di zaman sekarang orang akan mudah untuk menyebut Apple, Google, Microsoft dan beberapa perusahaan teknologi lainnya.
Selain perusahaan teknologi, ada juga perusahaan tambang dan minyak yang menguasai pasar internasional sejak zaman dahulu.
Tahukah kamu tentang perusahaan multinasional pertama di dunia yang asetnya melebihi perusahaan terbesar saat ini?
Ternyata perusahaan multinasional pertama di dunia pernah menjadi bagian sejarah Indonesia. Nama perusahaan tersebut adalah VOC (Verenidge Oost-Indische Compagnie) yang merupakan kongsi dagang dari Belanda.
Masih cukup banyak yang tidak diketahui oleh publik tentang bagaimana VOC menjalankan bisnisnya. Sempat berkuasa hampir dua ratus tahun, perusahaan yang jadi simbol dari kolonialisme itu pada akhirnya bangkrut.
Baca juga: Madiun Affair, Pemberontakan PKI Terbesar Setelah Indonesia Merdeka
Dibentuk dengan misi mencapai kekayaan dan kejayaan
Sebagai kongsi dagang yang besar, VOC terbentuk tahun 1602 Masehi karena persaingan yang tidak sehat antar pedagang Eropa, khususnya Belanda yang bersaing dengan Spanyol dan Portugis untuk menguasai komoditas rempah-rempah.
Memang ‘jalur rahasia’ pelayaran ke pulau rempah-rempah sudah ditemukan oleh Cornelis de Houtman, tapi belum ada sistem yang kuat untuk menaungi aktivitas perdagangan.
Pada awal kedatangan, VOC harus melawan Spanyol dan Portugis yang lebih dahulu datang. Begitu juga dengan penduduk lokal yang melawan.
Tidak seperti Spanyol atau Portugis yang membawa misi kekayaan, kejayaan, dan penyebaran agama (gold, glory, dan gospel), tujuan VOC hanyalah gold dan glory saja.
Kedatangannya memang membuka jalan bagi penjajahan Belanda. Tapi menurut sejarawan Prancis Denys Lombard yang banyak meneliti tentang Asia Tenggara, VOC tidak berpikir untuk ekspor agama dan juga tidak mengajarkan bahasa.
VOC benar-benar semakin banyak mengeruk keuntungan, apalagi dengan adanya kewenangan yang istimewa dari Kerajaan Belanda.
Mendapat hak istimewa (octrooi) dari Kerajaan Belanda
Bisnis utama yang dijalankan adalah rempah-rempah untuk diperdagangkan ke Eropa. Untuk memperlancar operasionalnya, VOC mendapat kewenangan besar yang setara negara.
Kewenangan besar yang dimilikinya dikenal dengan hak istimewa atau hak octrooi yang diberikan oleh Kerajaan Belanda
VOC sebagai perusahaan seolah menjadi negara baru karena kekuasaannya meliputi urusan lain di luar perdagangan itu sendiri.
Hak-hak octrooi meliputi kepemilikan mata uang, monopoli perdagangan, mewakili pemerintahan Belanda, membuat perjanjian dengan para penguasa lokal, menjalankan kekuasaan kehakiman, dapat memungut pajak, mempunyai angkatan bersenjata, menyatakan perang, dan mengadakan pemerintahan sendiri.
Hak octrooi menjadikan VOC cepat berkembang jadi perusahaan multinasional raksasa yang memiliki kekayaan yang fantastis sekitar US$ 8 triliun.
Baca juga: Dilindungi dan Diwaspadai, Organisasi ISDV Jadi Cikal Bakal PKI di Indonesia
Mengembangkan strategi usahanya dengan pendekatan ke masyarakat
Dalam mengembangkan usahanya, VOC menjalankan strategi sosial budaya yang dekat dengan masyarakat. Perusahaan merekrut pegawai dari berbagai wilayah negara dengan melihat potensi masing-masing.
Para pegawai internasionalnya tidak hanya mengurusi perdagangan saja. Ada yang ditugaskan jadi tentara, ada yang jadi tenaga ahli, seperti insinyur dan dokter bedah.
VOC pun membangun beberapa perkampungan di Batavia sesuai dengan asal suku masing-masing. Kampung yang paling tua yaitu Kampung Banda.
Sampai sekarang, jejak perkampungan bentukan VOC masih eksis, misalnya; Kampung Melayu, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan lain-lain.
Berjaya dua abad, pada akhirnya bangkrut karena korupsi
Di masa jaya selama hampir dua abad, VOC memang pernah memiliki lebih dari 70 ribu pegawai. Tapi, ada sebuah kebijakan yang terkesan kurang adil.
Mantan pegawai yang tidak lagi bekerja akan jadi warga bebas atau vrijburgers yang hanya memiliki peluang usaha baru di sektor yang dinilai kurang menjanjikan, seperti perdagangan bahan pangan, pertanian, rumah makan, atau bahkan rentenir.
Di sektor yang kurang menjanjikan pun para mantan pegawai VOC mesti menghadapi persaingan dengan pedagang China.
Sampai akhirnya VOC melemah dari dalam. Pada tahun 1799 akhirnya berhenti beroperasi di Batavia karena digerogoti praktik korupsi, sogokan orang-orang yang menginginkan peran penting, dan jual beli jabatan.
Setelah bangkrut, VOC dipelesetkan singkatannya menjadi Wergaan Onder Corruptie atau hancur karena korupsi.
0 comments