inspirasi
Burung Moa, Hewan Purba Raksasa yang Fosilnya Ditemukan di Selandia Baru
Sepanjang sejarah kehidupan manusia, banyak hal menarik yang bisa ditelusuri lebih jauh. Ada berbagai misteri di alam terpecahkan, yang kadang karena ketidaksengajaan.
Misalnya tentang hewan purba yang pernah hidup di dunia. Meski tidak berdampingan dengan manusia, tapi punya peran besar bagi keseimbangan alam.
Burung Moa di Selandia Baru (Dinornis novaezelandiae) adalah salah satu jenis burung purba raksasa yang tidak bisa terbang dan muncul di planet bumi sekitar 18 juta tahun lalu.
Baca: Xinjiang, Tempat Tinggal Suku Uighur yang Menyimpan Kekayaan Minyak Bumi
Burung Moa menjadi salah satu spesies yang paling besar di bumi
Burung Moa menjadi spesies yang unik karena tidak mempunyai sayap dan ekor. Dilihat dari ukurannya, burung endemik Selandia Baru ini menjadi salah satu spesies yang paling besar di bumi.
Tingginya mencapai 3,6 meter dan beratnya 250 kilogram. Tapi ada juga Moa yang lebih kecil dan tidak lebih dari 1,5 meter. Hidupnya di dataran tinggi atau bagian yang lebih dingin di Selandia Baru.
Bulunya menutupi keseluruhan tubuhnya, kecuali telapak kaki dan paruh. Sebagai burung herbivora, Moa memakan banyak tanaman hutan.
Daftar isi
ToggleFosil kaki burung Moa banyak ditemukan di Mount Owen
Sebelumnya sudah pernah ada penemuan tulangnya secara tidak sengaja oleh suku Maori pada 1839. Mereka tidak tahu tulang apakah itu.
Sir Richard Owen dari Royal College of Surgeons, London kemudian merekonstruksi kerangkanya secara lengkap. Akhirnya, Owen menyimpulkan bahwa tulang-tulang yang ditemukan itu adalah burung Moa yang sudah punah.
Pada tahun 1987, ada tim ekspedisi arkeologi yang sedang menjalankan misi di Mount Owen. Saat memasuki goa besar di sana, arkeolog menemukan sesuatu mirip cakar bersisik yang sangat besar.
Tim ekspedisi awalnya belum tahu pasti makhluk apa yang terdapat di depan mata mereka itu. Pasalnya, kondisi goa juga sangat gelap.
Terlihat seperti belum lama mati, ternyata itu adalah fosil kaki burung raksasa yang punah dan sudah jadi mumi.
Baca juga: Kisah Hachiko, Anjing Legendaris yang Setia Menunggu Pemiliknya Selama 10 Tahun
Burung raksasa ini punah karena banyak manusia yang memburunya
Saat bangsa Polinesia mulai datang ke Selandia Baru pertengahan abad 13, populasi burung ini masih tinggi dan masih banyak yang berkembang biak.
Selama ribuan tahun menjadi burung herbivora di hutan pedalaman Selandia Baru, predator mereka hanya satu, yakni elang Haast.
Tapi, saat penduduk awal Selandia Baru mulai berburu, keberadaannya pun terancam. Perburuan yang dilakukan manusia cenderung berlebihan dan merusak habitat aslinya.
Selain terancam jadi buruan manusia, siklus reproduksinya juga lambat. Ketika bangsa Eropa datang ke Selandia Baru tahun 1760-an, seluruh spesies Moa di Selandia Baru sudah punah.
Elang Haast juga menyusul punah karena selama ini tergantung pada Moa untuk sumber makanannya.
Ada upaya para ilmuwan untuk menghidupkan kembali spesies ini
Meski sudah punah, para pakar genetika menyebut bahwa Moa suatu saat mungkin bisa bangkit kembali dengan proses kloning.
Hal ini dianggap masih bisa diwujudkan mengingat kepunahan mereka ‘baru’ beberapa abad yang lalu, dan tanaman yang merupakan makanannya masih tersedia sampai hari ini.
Ilmuwan juga sudah memulai eksperimen awal untuk ekstraksi DNA burung Moa. DNA yang diekstraksi akan diberikan pada embrio ayam.
Pemerintah Selandia Baru juga memberi dukungan pada eksperimen ini, bahwa usaha untuk menghidupkan burung ini kembali adalah gagasan yang bagus untuk dilanjutkan.
0 comments