inspirasi
Fakta Tentang Sianida, Zat Kimia Beracun Sejak Abad ke-18
Di dunia ini ada satu zat kimia yang dijuluki sebagai pembunuh yang mematikan karena mampu bereaksi sangat cepat sekaligus berpotensi untuk merenggut nyawa manusia.
Zat kimia yang dimaksud dikenal juga dengan nama sianida yang juga memiliki bentuk berupa gas atau kristal garam.
Bagi sebagian orang yang pernah mencium baunya, zat kimia ini memiliki aroma seperti almond pahit.
Namun hal ini tidak bisa dijadikan patokan karena masih ada beberapa faktor lain yang perlu diketahui dan tidak semua orang bisa mencium baunya.
Sianida mengandung racun yang dapat mengganggu tubuh untuk bereaksi dengan oksigen. Ketika tubuh terpapar sianida yang beracun, maka bisa berakibat fatal.
Baca juga: Sejarah Batu Akik, Perhiasan yang Ngetren Sejak Zaman Purba
Mengandung racun dan dapat ditemukan di beberapa jenis tumbuhan
Zat kimia mematikan temuan Carl Wilhelm Scheele pada tahun 1782 ini ternyata bisa juga ditemukan di alam.
Contohnya dalam singkong yang merupakan salat satu makanan yang disukai masyarakat Indonesia.
Makanan yang mengandung sianida dapat membahayakan jika diolah dengan tidak hati-hati. Biasanya orang yang keracunan sianida singkong akan mengalami pusing dan muntah-muntah.
Ada juga kandungan dalam biji apel. Sangat tidak dianjurkan untuk memakan biji apel, baik secara langsung maupun diolah menjadi jus apel.
Lebih dari itu, ada sekitar 110 keluarga tumbuhan lain yang tercatat memiliki kandungan sianida.
Contoh tumbuhan yang mengandung racun misalnya kacang lima (kratok) yang jika dikonsumsi berlebihan (sekitar 1,5 kilogram) dapat meracuni manusia.
Meski beracun, bisa memberi manfaat untuk dalam berbagai bidang
Ibarat sebuah senjata, sianida adalah pedang bermata dua yang bisa melindungi sekaligus melukai pemiliknya sendiri.
Dalam dunia medis, zat ini sering digunakan sebagai natrium nitroprusside atau anti-hipertensi yang populer.
Masing-masing molekul natrium nitropusside tersebut diketahui mengandung 5 molekul sianida.
Dalam industri manufaktur, orang-orang juga menggunakan untuk memproduksi plastik, tekstil, dan kertas. Selain itu bisa juga digunakan untuk membunuh hama pada kapal dan gedung.
Selain di bidang medis dan manufaktur, penggunaannya juga di dalam industri pertambangan emas dan juga.
Penyepuhan logam untuk proses membersihkan, mengeraskan dan menyepuh logam untuk memperoleh emas murni.
Dalam kesempatan lain, zat kimia ini bisa dimanfaatkan sebagai pembunuh hama, khususnya tikus-tikus di rumah, gudang, dan di kapal.
Baca juga: Cerita di Balik Permen Lollipop, Dulunya Berasal dari Pacuan Kuda
Sempat menjadi senjata dalam beberapa perang
Lebih ekstrim lagi, zat beracun ini pernah dijadikan senjata dalam peperangan yang dimulai saat Kaisar Romawi Nero yang pernah menggunakan sianida yang terkandung dalam air pohon ceri sebagai racun. Lalu perang Perancis-Rusia pada tahun 1870-1871.
Saat itu Napoleon III memaksa agar prajuritnya mencelupkan ujung bayonet yang mereka miliki ke dalam racun.
Tidak cukup sampai di situ saja, saat Perang Dunia I pecah, pasukan Perancis dan Austria sama-sama menggunakannya sebagai senjata.
Di Perang Dunia II, sianida digunakan oleh Nazi Jerman dalam produk rodentisida Zyklon-B untuk membunuh jutaan orang.
Lalu tahun 1980-an, zat beracun ini kemungkinan telah digunakan dalam Perang Iran-Irak, di Kurdi di Irak, dan di Suriah.
Sekarang setelah masa perang selesai, zat kimia ini masih tetap menjadi ancaman yang bisa membahayakan banyak orang.
Pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab menggunakan zat yang satu ini sebagai senjata terorisme.
Senjata-senjata ini dikirim dalam bentuk oral seperti kalium dan natrium sianida; atau bisa juga dijadikan gas mematikan seperti hidrogen sianida dan sianogen klorida.
Cara kerjanya bisa memasuki aliran darah dengan cepatÂ
Cara kerjanya dalam tubuh adalah dengan memasuki saluran darah secara cepat. Setelah itu tubuh akan memberikan respon sesuai dengan jumlah atau dosisnya.
Untuk dosis kecil dan masih bisa ditolerir tubuh, sianida dalam saluran darah akan diubah menjadi thiocyanate yang sifatnya lebih aman dan bisa dikeluarkan lewat urine.
Biasanya, sianida dalam jumlah yang kecil ini didapatkan dari makanan, rokok, juga sumber lainnya.
Jika dosis yang masuk lebih besar dan tidak bisa ditolerir lagi, kemampuan tubuh mengubah zat kimia ini menjadi thiocyanate justru menjadi berlebihan.
Selain itu, sianida dalam jumlah yang besar juga akan mencegah sel-sel tubuh menggunakan oksigen sehingga mengakibatkan sel-sel tersebut mati.
0 comments