lifestyle
Fenomena Hypophrenia, Mendadak Menangis tanpa Alasan
Menangis adalah hal yang biasa dilakukan oleh seluruh manusia di muka bumi. Sejak masih bayi sampai dewasa, umumnya manusia bisa menangis karena dipicu perasaan tertentu.
Menangis memang merupakan sebuah sarana bagi seseorang untuk mengaktualisasikan perasaannya, mulai dari sedih, haru, kesal, bahkan bahagia. Sampai di sini masih terasa wajar dan manusiawi.
Tapi bagaimana jika kamu pernah melihat orang yang menangis secara tiba-tiba? Atau malah kamu yang sering menangis begitu saja tanpa tahu alasannya? Nah, ternyata fenomena tersebut dikenal dengan nama hypophrenia.
Baca juga: Shopaholic Syndrome, Ketika Hobi Belanja Jadi Kecanduan
Definisi hypophrenia adalah terkait perasaan sedih yang tanpa sebab
Dilansir dari Science ABC, hypophrenia didefinisikan sebagai perasaan sedih yang samar-samar tanpa sebab apa pun.
Sementara itu, menurut psikolog, fenomena hypohrenia merupakan suatu perasaan sedih yang bisa timbul karena suatu gangguan mental.
Orang yang mengalaminya bisa tiba-tiba merasa sedih, bahkan hingga menangis tanpa diketahui alasannya.
Kebanyakan kondisi hypohrenia ini disamakan dengan kondisi bipolar. Padahal, bipolar dan hypophrenia memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Penderita gangguan bipolar mengalami dua fase gejala, yakni mania dan depresif yang berubah secara cepat, drastis, dan mendadak.
Sementara itu, hypophrenia hanya memiliki satu fase saja, yaitu membuat penderitanya menjadi sedih dan menangis tanpa sebab yang jelas. Parahnya, gejala tersebut bisa kambuh tanpa mengenal situasi, waktu, dan tempat.
Bukan hanya mental, kondisi fisik pun dapat menjadi pemicu hypophrenia
Ternyata penyebab bukan hanya kondisi mental, tapi juga fisik. Berikut alasan yang menjadi penyebab munculnya gejala dari fenomena hypophrenia:
1. Stres berkepanjangan
Perasaan cemas yang muncul saat kita sedang banyak tekanan tentu dapat membuat kita merasa tiba-tiba ingin menangis.
2. Gangguan traumaÂ
Gangguan mental yang disebabkan trauma masa lalu ini dapat menimbulkan serangan panik. Hal ini kemudian dapat memunculkan perasaan sedih yang tidak terjelaskan.
3. Hormon
Sebuah studi pada jurnal American Psychological Association menyatakan bahwa wanita lebih sering menangis dibandingkan pria.
Penyebabnya adalah hormon testosteron, yang dominan pada pria, bisa menghambat seseorang untuk menangis.
Masa-masa PMS pun menjadi momen yang rawan bagi wanita karena adanya hormon serotonin yang berperan besar dalam mempengaruhi perubahan emosi.
4. Fungsi mental yang menurun
Ada juga gangguan organic brain syndrome yang biasanya dialami oleh manula dan dapat menyebabkan penurunan fungsi mental. Kemudian memicu perubahan emosi secara tiba-tiba.
Baca juga: 6 Manfaat Royal Jelly, Tidak Kalah Sehat dari Madu
Kalau dibiarkan saja kondisi pengidap hypophrenia ini bisa berbahaya
Ketika diabaikan begitu saja, kondisi kesehatan mental dan fisik pengidap hypoprenia ini bisa menurun. Berikut bahaya yang dapat terjadi bila pengidap hypophrenia dibiarkan terlalu lama tanpa penanganan:
- Pikiran menjadi kacau
- Selalu merasa pesimis
- Ceroboh dalam memutuskan sesuatu
- Sensitif dan tidak memiliki gairah hidup
- Kesulitan untuk interaksi di lingkungan sekitar
- Perubahan emosi yang tidak terkendali
- Bertingkah laku yang membahayakan
Itulah kenapa kita harus mencegahnya agar tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.
Lantas, apakah kondisi hypophrenia masih bisa diatasi?
Ternyata fenomena hypophrenia bisa diatasi. Kamu bisa mengandalkan bantuan dari orang-orang terdekatmu dengan cara menceritakan perasaanmu kepada mereka.
Jadilah sedikit terbuka dan ajak mereka untuk berbagi cerita dan menemukan solusi bersamamu. Ada baiknya untuk membangun sendiri support system-mu.
Kamu juga bisa mengalihkan perhatianmu dengan membangun kebiasaan dan hobi baru. Tentunya yang positif dan tidak terlalu membebani pikiran.
Kalau kamu merasa cara di atas belum cukup untuk menanggulangi keresahanmu, kamu bisa mencari pertolongan ke tenaga profesional yang sudah berpengalaman dan bersertifikasi untuk memberikan penanganan yang tepat atas masalahmu.
Temui psikolog atau psikiater terdekat dan konsultasikan masalahmu. Para ahli ini akan membantumu mencari penyebab dan melakukan penanganan yang paling sesuai untuk kondisimu.
0 comments