inspirasi
Kain Sasirangan Suku Banjar, Pernah Menjadi Pengusir Roh Jahat
Kain Sasirangan adalah kain tradisional Suku Banjar dari Kalimantan Selatan. Kain tradisional ini diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi sejak abad ke-17.
Berdasarkan cerita masyarakat Kalimantan Selatan, kain ini dahulu pertama kali diciptakan oleh Patih Lambung Mangkurat sesudah melalui proses bertapa selama 40 hari 40 malam.
Bukan sekadar kain tradisional, tapi kain tradisional yang satu ini juga dipercaya bisa dipakai untuk pengobatan.
Baca juga: Muay Thai: Sejarah, Teknik Dasar, Aturan Pertandingan, dan Istilah Penting
Pertama kali diciptakan Patih Lambung Mangkurat dan menjadi warisan turun temurun
Ceritanya berawal dari Patih Lambung Mangkurat yang sedang bertapa di atas rakit yang bergerak. Konon, saat patih selesai bertapa, tiba-tiba rakitnya sampai di wilayah Rantau Bagantung.
Di tempat tersebut, patih mendengarkan suara wanita keluar dari gumpalan buih. Wanita tersebut merupakan Putri Junjung Buih, yang di kemudian hari menjadi penguasa di daerahnya.
Putri Junjung Buih hanya menampakkan wujud kalau permohonannya terkabulkan, yakni sebuah bangunan istana Batung dan kain selembar yang ditenun dan diwarnai oleh 40 orang putri dengan pilihan motif wadi atau padiwaringin.
Permintaan Putri Junjung Buih harus bisa selesai selama satu hari. Lembaran kain yang diwarnai kemudian menjadi kain sasirangan yang baru pertama kali diciptakan kemudian menjadi warisan turun temurun.
Dipercaya bisa dipakai untuk pengobatan dan menjauhkan diri dari roh-roh jahat
Pada saat awal muncul, bentuk dan fungsi kain sasirangan masih sederhana, yaitu sebagai ikat kepala (laung), sabuk, dan kain sarung (tapih bumin) untuk pria.
Bisa juga untuk kerudung, selendang, dan udat (kemben) untuk wanita.
Istilah sasirangan berasal dari menyirang atau sirang yang artinya menjelujur. Sesuai namanya, kainnya dibuat dengan menjelujur, diikat tali raffia, kemudian dicelupkan ke pewarna pakaian.
Terlepas dari cara pembuatannya, ada kepercayaan bahwa kain sasirangan punya kekuatan ajaib yang berguna untuk batatamba atau istilah untuk pengobatan.
Bahkan bisa juga digunakan untuk menjauhkan roh-roh jahat sekaligus jadi permelindungan dari makhluk halus yang mengganggu.
Supaya bisa dipakai untuk mengusir roh jahat, kainnya dibuat sesuai dengan pesanan. Pemilihan warnanya juga tidak boleh sembarangan dan harus sesuai dengan kebutuhan.
Baca juga: Pandawa Lima, Tokoh Pewayangan yang Mencerminkan Sifat Manusia
Seiring perubahan zaman, kain sasirangan tidak lagi dipandang sesakral dahulu
Lama kelamaan warna dan kegunaannya semakin beragam. Untuk warna kuning dipercaya dapat menyembuhkan sakit kuning, merah untuk mengatasi insomnia dan sakit kepala, hijau untuk lumpuh dan stroke.
Warna yang lebih gelap seperti hitam, ungu, dan coklat beda lagi kegunaannya. Warna hitam untuk mengobati demam dan sakit kulit, ungu untuk sakit perut, dan coklat untuk gangguan kejiwaan.
Yang memakainya juga berbagai kalangan dan kepentingan, untuk pakaian adat kalangan rakyat biasa sampai para bangsawan dalam berbagai upacara adat. Tapi, seiring perubahan zaman, kain sasirangan berubah fungsi.
Bagi masyarakat Kalimantan Selatan sendiri, nilai-nilai sakral di dalamnya seperti turut memudar dan tergerus oleh globalisasi dan tren.
Globalisasi dan perubahan tren, membuat sebagian masyarakat tidak lagi menganggapnya sakral atau bisa menghindarkan dari roh jahat.
Menjadi salah satu oleh-oleh khas dari Kalimantan Selatan yang harganya bervariasi
Dahulu memang kainnya tidak terlepas dari sejarah zaman kerajaan. Tapi sekarang pemakaiannya juga bisa untuk pakaian sehari-hari.
Yang pasti, kain tradisional ini bisa menjadi salah satu wujud kearifan lokal dan warisan budaya dari Kalimantan Selatan.
Bahkan bisa menjadi kebanggan negeri sebagaimana halnya kain batik. Dengan mengenali sejarahnya juga, kita akan mengetahui beragam nilai yang berkembang di masyarakat daerah yang ada di Indonesia.
Motif dari kain sasirangan ada banyak dan setiap motifnya memiliki makna masing-masing.
Beberapa motif Sasirangan adalah: ombak sinapur karang (ombak menerjang batu karang), hiris pudak (irisan daun pudak), kambang kacang (bunga kacang panjang), naga balimbur (ular naga), daun jeruju (daun tanaman jeruju), awan beriring (awan sedang diterpa angin), kambang cengkeh (bunga cengkeh), dan masih banyak lagi.
Meskipun tidak lagi dipandang sesakral dulu, Sasirangan jadi salah satu oleh-oleh khas Kalimantan Selatan.
Harganya pun bervariasi karena ditentukan dari jenis kain atau motifnya. Jika motifnya semakin rumit, maka semakin mahal pula harganya.
0 comments