inspirasi
Cleopatra, Ratu Nefertiti Wanita Paling Berpengaruh di Mesir
Sejarah negeri Mesir Kuno memang seolah tidak ada habisnya untuk dikupas. Banyak hal menarik yang bisa diceritakan dan dikenang.
Contohnya adalah cerita tentang Ratu Nefertiti yang terkenal karena kecantikan dan pengaruh besarnya pada negaranya.
Bisa dikatakan kalau wajah Ratu Nefertiti menjadi standar kecantikan wanita Mesir. Ia merupakan wanita keturunan asli Mesir dan banyak yang menyebutnya lebih cantik daripada Cleopatra.
Sang Ratu juga digambarkan dalam lukisan bersama pasangan dan anak-anaknya. Ia juga dikenal sebagai ibu tiri Firaun Tutankhamun.
Baca juga: Creeping Devil, Kaktus Unik yang Tampak Bisa Berjalan Sendiri
Popularitas dan kecantikannya sering dibandingkan dengan Cleopatra
Meneyebut pesona ratu Mesir, barangkali kamu lebih mudah membayangkan visualisasi Cleopatra, meski ia bukan keturunan asli Mesir.
Kebanyakan orang di zaman modern mungkin juga lebih familiar dengan sosok Cleopatra. Popularitas Ratu Cleopatra memang lebih bayak dikenal melalui film, buku bacaan, atau produk budaya populer lainnya.
Memang keduanya punya keunikan masing-masing. Tapi para sejarawan yang berkonsentrasi pada Mesir kuno mendeskripsikan bahwa kelebihan Ratu Nefertiti adalah kencantikan dan pembawaan tenang, sedangkan Cleopatra dikenal unggul dalam hal kecerdikan diplomasi.
Konon Ratu Nefertiti punya ciri fisik yang ramping, bibirnya kemerahan, dan matanya coklat. Bahkan ia juga menciptakan kosmetik sendiri.
Meski sempat disebutkan bahwa mata kirinya kena infeksi, ia tetap dipandang sebagai wanita paling cantik yang pernah memerintah Mesir Kuno.
Sebagai wakil raja, ia punya kekuatan besar di hadapan musuh
Nefertiti berasal dari kota Thebes (sekarang Luxor). Ia terkenal sebagai istri Firaun Amenhotep IV yang kemudian memiliki gelar Akhenaten.
Sebagai ibu tiri dari Firaun muda, Tutankhamun, Nefertiti juga memiliki pengaruh besar pada sepak terjang Tutankhamun yang jadi raja di kemudian hari.
Sehingga wajar apabila pada zamannya ia disejajarkan dengan Firaun yang umumnya laki-laki.
Kekuatannya di hadapan musuh juga setara dengan penakluk laki-laki. Sebuah relief di kuil Amarna menunjukkan bahwa ia sedang melawan musuh dengan sebuah martil atau gada.
Padahal umumnya yang digambarkan seperti itu adalah Firaun saja. Perannya yang notabene adalah wakil raja, jadi tidak heran jika ia dapat mengambil alih posisi kekuasaan.
Kehidupannya juga tidak lepas dari kontroversi
Dalam perkembangan peradaban Mesir Kuno, pengaruhnya sangat besar. Ia dikenang berjasa dalam memimpin revolusi kebudayaan dan mengawali reformasi agama di lingkungan rakyat Mesir Kuno.
Bersama dengan Fir’aun Amenhotep IV, ia berhasil memindah ibu kota dari kota Thebes menuju ke Amarna. Tak tanggung-tanggung, mereka membangun kembali dari awal sampai berdiri kota yang baru.
Akan tetapi, itu bukanlah satu-satunya pencapaian sang ratu. Masih ada hal besar lainnya yang mengubah situasi negaranya.
Beberapa langkahnya juga menuai kontroversi, khususnya pada saat mengenalkan monoteisme sebagai kepercayaan yang baru. Rakyat diajak mengganti kepercayaan lama.
Baca juga: Bloody Mary, Ratu Kejam yang Kerap Muncul Dalam Cerita Horor Inggris
Masih dilakukan pencarian fakta tentang kematiannya
Tidak banyak info yang benar-benar akurat tentang bagaimana cara meninggalnya Nefertiti. Ada yang menyebutkan ia sakit, terkena wabah, dibunuh musuh, atau malah dicampakkan Firaun. Hal itu tidak mudah diungkap, karena makamnya juga misterius.
Para peneliti menduga kalau makamnya ada di sebuah ruang rahasia pada kompleks pemakaman Raja Tutankhamun.
Sebuah penelitian dari Inggris bersama mantan Menteri Kepurbakalaan Mesir, Mamdouh Damati mengungkapkan ada bagian pintu masuk di belakang dinding makam Raja Tutankhamun.
Ribuan tahun setelah kematiannya yang misterius dan hampir dilupakan sejarah, namanya mencuat kembali ketika patungnya ditemukan di Amarna tahun 1912 oleh arkeolog Jerman.
Sempat ada usulan untuk menyerahkan patung ke Mesir. Tapi, Hitler yang saat itu masih berkuasa di Jerman tidak setuju dan menyimpannya di Museum Altes di Berlin.
0 comments