inspirasi
Ludwig van Beethoven, Maestro Musik Dunia yang Berkarya dalam Kondisi Tuli
Ludwig van Beethoven dikenal sebagai salah satu maestro musik paling jenius di dunia. Karya besarnya bahkan masih dapat dinikmati ratusan tahun setelah ia meninggal.
Namanya juga tercatat sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah dunia. Bukan tanpa alasan, karena memang karya-karyanya banyak memengaruhi para komposer generasi berikutnya.
Simfoni Nomor 9 dianggap sebagai masterpiece Beethoven terbaik sepanjang masa. Siapa sangka kalau ternyata Beethoven menciptakan Simfoni Nomor 9 dalam kondisi tuli sepenuhnya?
Baca juga: Bukan dengan Manusia, Ini 8 Pernikahan Aneh yang Pernah Terjadi di Dunia
Keterbatasan tidak menjadi alasan baginya untuk berhenti berkarya
Lahir dari keluarga yang berkecimpung di dunia musik pada tahun 1770, Beethoven dianggap mewarisi bakat dari ayahnya.
Sejak kecil ia belajar musik dari banyak guru. Suatu hari, Mozart melihat penampilannya dan kagum pada kemampuan Beethoven.
Tentu saja karyanya digadang-gadang akan sebesar Mozart. Sampai pada akhirnya ia mulai kehilangan kemampuan mendengar pada tahun 1801 karena penyakit otosklerosis.
Awalnya masih bisa mendengar samar-samar, kemudian jadi tuli sepenuhnya pada tahun 1817. Karena tidak mampu mendengar apa pun, ia sering menarik diri dari kehidupan sosial.
Tapi ajaibnya, di masa-masanya tuli itulah justru kreativitas musiknya melambung tinggi. Karya terbaiknya tercipta di periode ini.
Karya terbaik tercipta karena kondisi krisis finansial
Sejak pengengarannya hilang, ia memang lebih banyak mengasingkan diri ke kota Wina. Sebagai pencinta alam, ia tidak hanya menikmati keheningan hutan.
Ia juga menelusuri bentang alam saat akan menulis komposisi. Meski menyingkir dari kehidupan, ia tidak hanya berkarya untuk diri sendiri.
Ini terkait dengan karya terbaiknya, Simfoni Nomor 9 yang menunjukkan besarnya obsesinya. Di sana, ia seolah mengerahkan seluruh energi musikalnya.
Simfoni Nomor 9 yang digubahnya awalnya berasal dari permintaan Philharmonic Society of London (PSL) pada tahun 1817.
Lantaran sedang krisis dan butuh uang untuk membayar utang kepada kerabatnya, ia pun menyanggupi permintaan itu.
Baca juga: Dianggap Kena Azab, Kota Kuno Pompeii Lenyap Akibat Letusan Gunung
Karyanya menjadi lagu resmi Uni Eropa
Barangkali Beethoven tidak punya harapan lebih pada karyanya yang dibuat dengan kondisi pendengaran yang terganggu, misalnya Ode to Joy.
Ternyata Dewan Eropa di tahun 1972 mendeklarasikan Ode to Joy menjadi sebuah lagu resmi di negara-negara Uni Eropa
Ode to Joy merupakan bagian akhir Simfoni Nomor 9. Menurut informasi dari web Uni Eropa, lagu yang dipilih memang tidak memakai bahasa apa pun dan mengandung makna mendalam tentang persaudaraan.
“Tanpa kata-kata, hanya dalam bahasa musik universal, itu mengekspresikan nilai-nilai kebebasan, perdamaian, dan solidaritas Eropa.”
Beethoven hidup sendiri di Wina sampai akhir hayat
Karena kondisi kesehatan yang menurun, ia memang tidak bisa lagi tampil memainkan musik di pertunjukan. Penampilannya di Teater Kärntnertor menjadi pertunjukan terakhirnya yang sekaligus paling memukau sepanjang kariernya.
Beethoven yang tidak menikah seumur hidupnya memilih Wina sebagai kota untuk menghabiskan sisa hidupnya yang sepi. Sebelum beberapa tahun kemudian meninggal pada usia 56 tahun.
Ada hal unik yang layak dikenang selain karyanya, yakni permintaan terakhirnya sebelum wafat.
Sebelum menghembuskan napas terakhirnya pada suatu hari di tahun 1827, kata-kata apa yang diucapkan terakhir? Apakah soal simfoni berikutnya yang belum selesai atau justru ingin bertemu kekasihnya yang gagal dinikahi sampai akhir hayat? Ternyata bukan keduanya.
“Sayang, sayang, sudah terlambat.”
Itulah kata-kata yang terakhir diucapkan Beethoven di ranjangnya, sesaat sebelum menemui ajal. Tapi, ia menyayangkan hal apa? Bukan soal kariernya, tapi kiriman wine yang ia tunggu-tunggu belum sampai juga.
0 comments