inspirasi
Mengenal Blue Light, Risiko Kesehatan di Balik Layar Gadget
Belakangan ini tren orang bekerja dari rumah atau work from home semakin meluas. Aktivitas yang tadinya harus dilakukan di kantor, sekarang bisa diselesaikan dari rumah.
Asalkan ada sambungan internet, maka tidak ada masalah. Pekerjaan pun bisa jadi lebih efektif tanpa harus ke mana-mana.
Meskipun banyak pekerjaan bisa lebih efisien dari rumah, tapi ternyata ada masalah baru yang muncul. Perangkat elektronik seperti ponsel, laptop, dan TV bisa memancarkan sinar biru atau blue light.
Jarang disadari oleh masyarakat dan dianggap biasa, ternyata blue light bisa berdampak pada kesehatan orang yang terkena paparannya.
Baca juga: Asal Usul Celengan, Dari Negara Eropa sampai Kerajaan Majapahit
Bisa berasal dari gadget yang dipakai sehari-hari maupun dari sinar matahari
Sinar biru atau blue light tergolong menjadi HEV light atau high energy visible light, yakni sinar dengan gelombang yang pendek antara 415-455 nanometer.
Memang gelombangnya pendek, tapi tingkat energinya tinggi. Meskipun namanya sinar biru, warnanya tidak selalu biru. Sumber sinarnya yang terbesar dan alami juga terdapat dari sinar matahari.
Bukan hanya dari matahari, tapi blue light yang sering dipersoalkan adalah dari layar digital, misalnya layar laptop, TV, maupun ponsel dan alat elektronik lain untuk meningkatkan kejelasan layar.
Pencahayaan modern misalnya lampu LED dan CFL (compact fluorescent lamps) pun mengandung emisi blue light pada level tinggi.
Sinar biru pada televisi umumnya lebih aman dibanding yang ada di laptop atau ponsel, karena jaraknya lebih jauh dari mata.
Bisa memicu gangguan pada mata dan juga membuat pikiran cepat lelah
Blue light dari perangkat gawai di dalam ruangan bisa memancarkan panjang gelombang yang kemudian tergabung untuk menghasilkan warna.
Meski efeknya belum dipahami sepenuhnya, tapi masalah kesehatannya bisa mengancam siapa saja. Karena mempunyai gelombang yang relatif pendek, maka gelombang sinar biru cenderung akan berkedip-kedip.
Itulah alasan mengapa sinarnya bisa memicu gangguan mata, kemudian membuat pikiran juga cepat lelah. Meskipun di mata ada filter alami, ternyata juga tidak bisa memberi perlindungan menyeluruh.
Khususnya yang yang bersumber dari peralatan elektronik. Beberapa jenis kacamata sudah ada yang dirancang khusus beserta filter blue light.
Baca juga: Lagu Manuk Dadali, Penuh Makna untuk Generasi Muda
Bisa membuat siklus tidur terganggu karena berkurangnya hormon melatonin
Sinar tersebut awalnya digunakan sebagai sinar buatan untuk dapat menerangi layar gawai yang dipakai sehari-hari. Sinarnya memiliki efek untuk membuat manusia tetap terbangun.
Sinar matahari pun termasuk blue light, sehingga itulah yang menjadikan manusia bangun pada siang hari, dan tidur pada malam hari.
Sebagaimana sinar matahari yang punya manfaat dan bahaya, tentunya blue light pada perangkat gawai pun demikian.
Sinarnya bisa mengganggu retina dan mengurangi pengeluaran melatonin, jadi membuah siklus tidur terganggu.
Tentang jam tidur di malam hari bahkan sempat diteliti orang-orang yang baca buku dengan kertas dan yang membaca e-book di perangkat digital, kondisinya pun berbeda. Jam tidurnya cenderung bergeser dan kadang tidak beraturan.
Bisa diminimalisir risikonya dengan mengurangi penggunaan gadget
Paparan blue light bisa lebih bahaya bagi orang yang pigmen kulitnya berwarna. Meskipun merusak kulit, tapi sinarnya dapat mengobati jerawat jika diterapkan dengan metode yang tepat.
Sebenarnya, paparan sinarnya tidak selalu buruk. Karena juga terkandung di sinar matahari dan ternyata bermanfaat untuk meningkatkan mood atau suasana hati seseorang.
Sinar matahari juga bermanfaat untuk mengatur siklus tidur seseorang secara alami.
Sejauh ini bisa dipahami bahwa blue light yang terbentuk secara alami bisa memberi manfaat, sedangkan yang dari alat elektronik cenderung berbahaya.
Cara paling sederhana untuk bisa mencegah risiko kulit rusak adalah mengurangi pemakaian gadget.
0 comments