inspirasi
Mengenal Tas Noken, Kerajinan Asal Papua yang Diakui UNESCO
Di Indonesia, Papua menjadi satu dari banyak wilayah yang memiliki keunikan dan keindahan, baik masyarakat, kondisi alam, maupun masyarakatnya.
Tidak tanggung-tanggung, budaya masyarakat Papua sudah ada yang diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia tak benda, yaitu tas noken.
Bagi masyarakat Papua, noken bukan hanya sebuah tas yang digunakan untuk membawa berbagai macam barang.
Mereka mengartikan noken sebagai sebuah kerajinan tangan yang sudah memiliki norma, adat, etika, dan budaya sejak masa leluhur sampai dengan saat ini.
Baca juga: Perbedaan Distro dan Clothing, Produsen Kaos Favorit Anak Muda
Tas noken terbuat dari bahan alami dan dikenal di 250 suku
Sejak zaman dulu, masyarakat Papua pada umumnya menggunakan serat kulit kayu untuk membuat noken. Namun untuk sebagian wilayah, noken juga terbuat dari bahan yang berbeda.
Misalnya di wilayah Selatan Papua menggunakan kulit pohon genemo (melinjo), lalu di wilayah pegunungan tengah Papua menggunakan Batang Anggrek.
Proses pembuatan noken cukup rumit karena masih menggunakan cara manual tanpa bantuan mesin. Serat kayu yang telah dikumpulkan akan dipintal secara manual sampai menjadi benang atau tali.
Setelah itu diberi warna menggunakan pewarna alami, lalu kemudian disusun sedemikian rupa menjadi noken.
Keseluruhan proses pembuatannya dapat memakan waktu 1-2 minggu. Bahkan noken yang berukuran besar dapat memakan waktu 2-3 bulan.
Meski terbuat dari bahan yang berbeda-beda, noken dikenal di seluruh suku bangsa yang ada di tanah Papua. Tercatat sekitar 250 suku di Papua menggunakan noken dalam aktivitas sehari-harinya.
Ada beberapa fungsi noken dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Papua
Seiring berkembangnya zaman, noken tidak lagi terbuat dari bahan yang alami. Saat ini terdapat kreasi tas noken yang terbuat dari benang wol. Hal ini dikarenakan bahan alami seperti serat kulit kayu semakin susah didapat.
Selain itu, hasilnya akan menjadi lebih mahal saat dijual. Alasan lainnya adalah karena wol memiliki lebih banyak variasi warna. Dalam praktik kehidupan sehari-hari masyarakat Papua, noken memiliki banyak fungsi.
Fungsi ini ditentukan oleh ukurannya. Misalnya untuk Noken yang berukuran besar biasa digunakan untuk membawa hasil perkebunan, anak babi, atau menggendong bayi.
Sementara untuk yang berkuran sedang biasa digunakan untuk membawa buku dan yang berukuran kecil digunakan untuk menyimpan ponsel.
Baca juga: Cat Eye Syndrome, Kondisi Langka Pemilik ‘Mata Kucing’
Noken terlihat unik karena cara pakainya tidak seperti tas lain
Selain digunakan untuk membawa barang, noken juga menjadi cerminan dari status sosial pemakainya. Seperti kepala suku yang biasa menggunakan noken berpola dan hiasan khusus.
Lebih dari itu, Noken memiliki makna yang tersembunyi di balik proses pembuatannya, yaitu sebagai simbol perdamaian, kehidupan yang baik, dan kesuburan untuk masyarakat di tanah Papua.
Tas noken memiliki keunikannya tersendiri sehingga diakui sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO.
Keunikannya yang pertama adalah cara penggunaannya yang berbeda dengan tas biasa. Jika tas biasa digunakan di pundak, noken justru digunakan di kepala.
Dahulu, jika wanita belum bisa membuat noken berarti belum dewasa
Keunikan selanjutnya adalah noken yang nyentrik ini hanya dapat dibuat oleh orang Papua. Selain itu, pada zaman dulu Noken biasa digunakan sebagai simbol kedewasaan bagi wanita Papua.
Konon jika seorang wanita belum bisa membuat noken maka belum dianggap sebagai wanita dewasa. Noken yang dikenal oleh 250 suku di Papua ini mempunyai beragam sebutan yang berbeda-beda.
Seperti di Hugula, Noken disebut Su, di Yali disebut Sum, di Dani dikenal dengan Jum, di Asmat disebut Ese.
Keunikannya yang terakhir adalah penggunaan Noken dalam Pemilu dan Pilkada yang menggantikan kotak suara. Mahkamah Konstitusi pun telah mengesahkan dan mengakui penggunaan Noken dalam pemilu atau pilkada ini.
0 comments