inspirasi
Musik Bagamat, Jejak Akulturasi Budaya Portugis di Minangkabau
Musik Bagamat adalah salah satu kesenian tradisional Minangkabau yang berkembang di daerah pesisir Sumatera barat.
Perkembangannya beriringan dengan kedatangan bangsa Portugis di kawasan Malaka, jauh sebelum Indonesia merdeka.
Walau berkembang dari perpaduan musik barat dan musik Minangkabau serta budaya Melayu dan India, Bagamat telah diakui sebagai musik asli milik masyarakat kota Padang.
Baca juga: Kempo: Sejarah, Teknik Dasar, Aturan Pertandingan, dan Istilah Penting
Musik bagamat lahir dari akulturasi budaya Minangkabau dan budaya barat
Musik bagamat telah berkembang di Padang dan sekitarnya sekitar tahun 1920-an. Pengaruh budaya lain seperti Melayu dan India juga berpadu harmonis dalam musik ini.
Kemunculan dan perkembangannya adalah seiring masuknya bangsa Portugis melalui jalur perdagangan.
Saat itu bangsa Portugis memang membawa banyak bekal, mulai dari komoditas sampai kebudayaan dalam rangka menguasai Malaka.
Pada awalnya musik bagamat dimainkan oleh orang-orang India yang tinggal di pesisir. Kemudian, pemusik bagamat mengalami perkembangan dengan dibawakan oleh beragam etnis lain.
Musiknya diiringi oleh beragam instrumen klasik dari Eropa seperti biola, saksofon, akordeon, dan terompet.
Beriringan dengan alat musik lokal seperti gendang ketipung yang berpadu dengan vocal Minangkabau berupa pantun-pantun metafora atau kiasan.
Memiliki beragam fungsi bagamat di masyarakat Minangkabau
Menurut etimologi bahasa, bagamat berasal dari kata ‘gamit’ yang berarti mengandeng atau mengajak seseorang.
Namanya dibuat sedemikian rupa karena para penikmat musik bagamat sering melakukan tarian berpasangan atau beramai ramai secara spontan.
Ajakan untuk menari juga disimbolkan dengan pemberian selendang atau sapu tangan kepada seseorang untuk bisa menari bersama-sama dan menikmati suasananya.
Di kalangan masyarakat, musik bagamat memiliki fungsi berbeda-beda, yang jelas bagamat dapat menjadi wadah ekspresi yang menyentuh perasaan masyarakat yang ditampilkan dengan tempo berbeda.
Tempo langgam dan joget pada bagamat mengekpresikan dua hal yang berbeda. Tempo langgam yang dibawakan dengan penuh perasaan untuk menyampaikan makna lagu. Sedang tempo joget untuk ekspresi lebih bersemangat.
Baca juga: Sejarah Kampung Batik Laweyan Solo, Sudah Berumur 600 Tahun
Bukan hanya sebagai tradisi, tapi juga bisa menjadi hiburan masyarakat
Berbagai upacara adat Minangkabau juga ada yang diiringi oleh pertunjukkan bagamat. Selain sebagai tradisi adat bagamat juga dapat menjadi hiburan bagi masyarakat. Pertunjukan bagamat pada umumnya dikemas secara santai.
Hal tersebut mengakibatkan tidak ada jarak antara penonton dan pemain. Memang siapa pun bebas berpartisipasi. Itulah mengapa efek kemikmatan dan estetika di dalam alunannya sangat terasa oleh masyarakat penikmatnya.
Lirik dan tempo musik pada pertunjukkan bagamat digunakan sebagai sarana penyampaian informasi. Berbagai nasihat yang dikemas dalam bentuk pantun berbahasa Minang menjadi keunikan sendiri dari pertunjukkannya.
Kegiatan menari bersama yang dilakukan oleh para penonton ketika pertunjukkan bagamat juga menjadikan bagamat sebagai kesenian yang dapat mempererat tali persaudaraan.
Eksistensinya di zaman sekarang mulai luntur karena perkembangan musik modern
Perkembangan ilmu dan teknologi memunculkan berbagai jenis musik baru seperti pop, jazz, rock yang lebih digemari oleh masyarakat zaman sekarang.
Hal tersebut mengakibatkan eksistensi musik bagamat mulai luntur perlahan-lahan.
Dalam menyikapi perkembangan zaman yang terjadi, berbagai variasi dalam aransemen dan lirik dilakukan. Berbagai jenis alat musik diganti menjadi alat musik yang lebih modern.
Pada saat sekarang bagamat hanya diiringi oleh organ tunggal saja dalam pertunjukkan upacara adat atau pernikahan.
Tetapi meskipun banyak pembaruan instrumen ke yang lebih modern, warna musik gamat yang dibawakan tetap mempertahankan karakter aslinya.
Itulah ulasan tentang musik bagamat yang merupakan salah satu warisan kekayaan budaya dari nenek moyang di Nusantara. Semoga generasi muda bisa ikut menjaganya agar nilai-nilainya tetap dipahami oleh anak cucu.
0 comments