style
Mengenal Pakaian Adat Aceh untuk Pria dan Wanita
Pakaian Adat Aceh – Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di ujung timur.
Provinsi yang dijuluki sebagai serambi Mekkah ini, nyatanya memiliki banyak budaya unik dan menarik.
Salah satunya ialah pakaian adat. Aceh memiliki pakaian adat yang dikenal dengan nama Ulee Balang.
Bentuk Ulee Balang sendiri dipengaruhi oleh Kebudayaan Melayu dan Islam. Konon, pakaian adat ini dibuat dari bahan kain sutera yang ditenun sendiri.
Dahulu kala, Ulee Balang hanya dikenakan oleh keluarga kerajaan saja. Namun, seiring berkembangnya jaman, pakaian adat ini sering dikenakan oleh rakyat biasa dan menjadi pakaian tradisional Aceh.
Ulee Balang dibagi menjadi 2 macam, yakni Ulee Balang untuk pria yang disebut dengan linto baro dan untuk wanita yang disebut dengan daro baro.
Baca juga: 5 Pakaian Adat Sunda Jawa Barat, Memiliki Ciri Khas
Linto baro
Linto baro merupakan pakaian adat Aceh yang diperuntukkan bagi kaum pria.
Di dalam linto baro sendiri, ada 4 bagian yang memiliki fungsi masing-masing dan cara pemakaiannya, diantaranya meukeutop, meukasah, sileuweu, dan rencong.
1. Meukeutop
Di mulai dari bagian atas terlebih dahulu yakni meukeutop.
Meukeutop merupakan benda berbentuk lonjong ke atas yang fungsinya untuk menutupi kepala, seperti mahkota raja.
Penutup kepala ini dilengkapi dengan lilitan kain sutera berbentuk bintang persegi delapan.
Lima warna pada meukotop sendiri memiliki arti cukup menarik, yakni Merah melambangkan kepahlawanan, hijau melambangkan agama Islam, kuning melambangkan kesultanan, hitam melambangkan ketegasan, dan putih melambangkan kesucian.
2. Meukasah
Merupakan bagian tengah atau sebagai baju atasan dari linto baro yang terbuat dari kain sutera berwarna hitam. Warna tersebut melambangkan kebesaran.
Meukasah rupanya memiliki keunikan sendiri yakni terdapat sentuhan budaya Cina di dalamnya, mengingat Aceh merupakan salah satu jalur perlintasan dagang bangsa Cina.
Cara mengenakan meukasah sama seperti cara mengenakan baju atasan seperti biasanya.
3. Sileuweu
Bagian ketiga dari linto baro ialah sileuweu yang dikenakan di bagian bawah sebagai celana.
Sileuweu merupakan celana berbahan kain katun yang ditenun. Celana ini umumnya berwarna merah dengan model potongan melebar di bagian bawah.
Selain itu, juga dihiasi dengan hiasan pola indah yang terlihat sangat unik.
Sileuweu dilengkapi dengan ija lamgugap yakni kain songket berbahan sutera. Pemakaian kain songket ini sangat diwajibkan untuk melengkapi pemakaian Sileuweu.
Cara pemakaian ija lamgugap sendiri yakni dengan diikatkan pada bagian pinggang. Panjangnya pun harus di atas lutut.
4. Rencong
Terakhir, ialah rencong. Rencong merupakan senjata khas Aceh yang tidak pernah lupa dilibatkan pada saat pemakaian linto baro.
Senjata khas ini terbuat dari belati berbentuk L yang dihiasi dengan batu permata sehingga menambah nilai keindahannya.
Menurut sejarah, rencong berhiaskan batu permata merupakan senjata yang hanya kerap dipakai oleh para sultan.
Sedangkan, untuk rakyat biasa menggunakan rencong yang ujungnya dihiasi oleh tanduk hewan.
Pemakaian Rencong pada pakaian adat Aceh linto baro dinilai mampu membuat kesan gagah dan berani.
Baca juga: 3 Jenis Pakaian Adat Bali, Unik dan Penuh Filosofis
Daro Baro
Selanjutnya ialah pakaian adat Aceh Ulee Balang yang khusus diperuntukkan bagi wanita, yakni daro baro.
Ada 3 bagian penting di dalamnya yang wajib diketahui, diantaranya perhiasan, baju kurung, dan celana cekak musang.
1. Perhiasan
Dalam mengenakan daro baro, tidak lupa untuk membubuhkan perhiasan untuk menambah kesan mewah nan menarik.
Jenis perhiasan pertama ialah patam dhoe yakni mahkota yang memiliki ukiran daun salur.
Mahkota ini terbuat dari emas di bagian kanan dan kiri yang bercorak bunga, daun, dan pepohonan.
Patam dhoe memiliki keunikan yakni terdapat lafadz Allah dan Muhammad di bagian tengah.
Selanjutnya ialah perhiasan anting-anting yang terbuat dari bahan emas dan memiliki motif bulatan kecil. Anting-anting ini disebut dengan Subang.
Perhiasan terakhir adalah kalung yang dikenal dengan nama Taloe Tokoe Bieung Meuih.
Kalung yang dipakai saat mengenakan pakaian adat daro baro umumnya terbuat dari emas yang memiliki enam batu berbentuk hati dan satu berbentuk kepiting.
Selain itu, ada juga kalung emas bermotif sirih dengan manik-manik bermotif bulat.
2. Baju kurung
Bagian selanjutnya dari daro baro ialah baju kurung. Baju ini memiliki keunikan yakni terdapat sentuhan budaya Arab, Melayu, dan Cina.
Tidak heran jika baju ini berbentuk longgar sehingga mampu menutupi pinggul dan bagian lekuk tubuh lainnya.
Bagian lengan dari baju ini berbentuk panjang sehingga mampu menutupi lengan.
Baju kurung terbuat dari bahan kain sutera yang dijahit dengan benang emas.
Tidak lupa juga dihiasi dengan kain songket yang dililitkam untuk menutupi pinggul, sama seperti linto baro pada pria.
Di bagian pinggang, diikat dengan menggunakan tali berbahan perak yang dikenal dengan nama Taloe Ki Ieng Patah Sikureueng.
3. Celana cekak musang
Bagian terakhir dari daro baro yang berada pada bagian bawah ialah celana cekak musang.
Sama dengan sileuweu pada linto baro, celana cekak musang juga memiliki model potongan melebar ke bawah.
Namun bedanya, celana cekak musang berwarna cerah tergantung baju kurung yang dikenakan.
Celana ini juga ditutup dengan menggunakan kain berbahan sutera dengan panjang di atas lutut.
Pada bagian kaki, celana ini memiliki hiasan berupa jahitan berwarna emas sehingga menambah nilai keindahan jika dikenakan.
Dapat kita simpulkan bahwa pakaian adat Aceh ulee balang linto daro dan daro baro sebenarnya memiliki kesamaan.
Namun, perbedaannya hanya terlihat dari segi perhiasannya saja. Dimana untuk daro baro menggunakan berbagai perhiasan sebagai nilai tambah keindahan, sedangkan linto baro hanya mengenakan perhiasan mahkota saja.
0 comments