inspirasi
Permainan Egrang, Olahraga Tradisional yang Bisa Menjaga Keseimbangan Tubuh
Egrang merupakan salah satu permainan tradisional dengan alat batang bambu. Permainan yang juga termasuk olahraga tradisional ini cukup terkenal di beberapa daerah di Indonesia.
Memang sudah dikenal sejak dulu bahwa egrang asli Indonesia, tapi belum diketahui dengan pasti dari manakah kota asalnya. Uniknya, beberapa daerah di Indonesia memberi nama berbeda untuk egrang.
Bukan hanya permainan bambu, tapi juga ada nilai-nilai luhur budaya dan sikap yang bisa diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: 5 Gunung Tertinggi di Sumatera, Kerinci Jadi yang Paling Tinggi
Butuh keterampilan dan keseimbangan tubuh untuk memainkannyaÂ
Sebagian orang Sumatera Barat menyebutnya tengkak-tengkak yang berarti pincang (tengkak).
Orang Jawa Tengah menyebutnya jangkungan yang asalnya dari burung dengan kaki panjang, sedangkan orang Banjar, Kalimantan Selatan menyebutnya batungkau.
Sebenarnya egrang sendiri asalnya dari bahasa Lampung yang artinya terompah pancung dengan bahan bambu bulat berukuran panjang.
Meskipun namanya berbeda-beda, tapi permainan egrang di daerah manapun butuh keterampilan dan juga keseimbangan tubuh untuk memainkannya. Jika belum terbiasa, kebanyakan orang tidak mudah menggunakannya.
Memang pada intinya kunci permainan ini adalah keseimbangan tubuh dan kepercayaan diri untuk melangkah ke depan. Saat latihan, banyak yang tidak mau mencoba lagi karena takut jatuh.
Ukurannya bisa dibuat berbeda-beda, karena menyesuaikan siapa pemainnya
Sebenarnya egrang bisa digolongkan ke dalam permainan anak-anak, laki-laki maupun perempuan.
Tapi di zaman dahulu para pemainnya kebanyakan anak laki-laki berusia 7-13 tahun dan jumlah pemainnya bervariasi antara 2-6 orang.
Anak-anak maupun orang dewasa perlu berlatih beberapa saat untuk bisa memainkannya dengan lancar. Masing-masing pemain menggunakan batang bambu yang ukurannya sekitar 2,5 m.
Tapi ukurannya biasanya dibuat berbeda-beda karena disesuaikan dengan umur pemakainya.
Jika yang bermain adalah orang dewasa, bambunya panjang dan pijakan kakinya cukup tinggi. Tapi, egrang untuk anak kecil ukuranya pun lebih pendek.
Bambu yang dipilih adalah yang sudah bertekstur keras dan sudah cukup tua, tapi ukurannya tidak terlalu besar agar bisa digenggam oleh tangan anak kecil.
Baca juga: Apa Itu Gap Year, Pilihan Menunda Kuliah yang Bisa Berfaedah
Permainannya dilakukan dengan beberapa aturan, tapi tidak butuh area khususÂ
Bagaimana dengan aturan permainannya? Permainan ini bisa dibagi jadi dua, yakni adu cepat dan kompetisi untuk menjatuhkan lawan. Caranya adalah dengan saling memukul kaki-kaki bambunya.
Lomba adu cepat pada umumnya dilakukan anak-anak usia 7-10 tahun, sedangkan kompetisi saling menjatuhkan biasa dilakukan oleh anak 11-13 tahun atau orang dewasa.
Untuk bermain egrang tidak perlu tempat khusus seperti lapangan sebagaimana olahraga sepakbola, karena egrang bisa dimainkan di mana pun asal di atas tanah yang tidak terlalu banyak batu atau kerikil.
Luas tempat permainannya bisa menyesuaikan jumlah pemain, jumlah penontonnya, atau tujuan permainan.
Jika permainan yang ditampilkan hanya adu cepat, bisa dimulai dengan 3-4 pemain yang berdiri di garis start. Tentunya sudah di posisi menaiki bambunya masing-masing.
Jika sudah siap, orang-orang yang tidak sedang ikut dalam permainan akan memberi aba-aba sebagai tanda permainan dimulai.
Saat aba-aba terdengar, para pemain egrang segera bergerak secepat mungkin ke garis finish. Siapa yang mencapai garis finish lebih dulu, berarti dia dinyatakan sebagai pemenang.
Bukan sekadar permainan, tapi juga mengandung nilai-nilai budaya dan kerja keras
Akan berbeda aturannya jika permainan dilakukan dengan tujuan untuk adu bambu atau untuk saling menjatuhkan antar pemain. Awalnya harus dipilih dulu pasangan pemain-pemain dengan musyawarah mufakat.
Setiap pasang pemain berdiri secara berhadapan untuk saling melawan. Jika sudah siap, maka peserta lainnya yang belum dapat giliran akan memberi aba-aba sebagai tanda permainan dimulai.
Para pemain akan mengadu bambu-bambunya dengan lawan masing-masing. Siapa yang bisa menjatuhkan lawannya, maka dia adalah pemenangnya.
Bukan sekadar permainan atau perlombaan, permainan ini juga mengandung nilai-nilai budaya seperti sikap ulet dan kerja keras.
Semua pemain pastinya berusaha untuk menang, tapi tetap menjaga sportivitas dan tetap menikmatinya sebagai permainan.
Sayangnya, untuk saat ini permainan ini sudah tidak mudah ditemukan, entah itu di desa atau di kota.
Kecuali pada momen tertentu seperti acara warga untuk memeriahkan hari kemerdekaan Republik Indonesia.
0 comments