lifestyle
Mengenal Playing Victim, Ini Tanda & Cara Mengatasinya
Pernahkah kamu mendengar istilah playing victim? Apakah orang di sekitarmu pernah melakukannya?
Playing victim adalah tindakan yang dilakukan seseorang yang terbukti bersalah namun menyalahkan orang lain dan tetap memosisikan dirinya sebagai korban.
Walaupun tindakan tersebut merupakan tabiat buruk, tapi nyatanya masih banyak orang yang melakukannya.
Mereka melakukan hal tersebut bukan tanpa alasan. Ada banyak alasan mengapa banyak orang gemar melakukannya, salah satunya adalah karena tidak ingin dianggap sebagai biang masalah.
Seperti yang kita tahu, budaya masyarakat di Indonesia maupun di negara lain jika ada orang yang melakukan kesalahannya, maka orang tersebut akan dicap sebagai biang masalah atau penyebab dari semua masalah yang ada.
Karena hal itulah, banyak orang yang sadar melakukan kesalahan namun tidak ingin mengakuinya dan akhirnya melakukan playing victim dengan cara menuduh orang lain.
Nah, kira-kira apa sih playing victim? Apa saja tanda-tandanya? Dan bagaimana cara mengatasinya? Berikut penjelasannya.
Baca juga: 8 Alat Musik Tradisional Betawi, Ada Tanjidor hingga Marawis
Daftar isi
ToggleApa itu playing victim?
Menurut Wikipedia, playing victim adalah sikap seseorang yang seolah-olah berlagak sebagai seorang korban untuk berbagai alasan seperti membenarkan pelecehan terhadap orang lain, memanipulasi orang lain, strategi penjiplakan, mencari perhatian, atau tidak bertanggung jawab pada amanat yang diberikan padanya.
Pelaku biasanya menghindari tanggung jawab ketika melakukan kesalahan dan melimpahkannya kepada orang lain.
Singkatnya, ini merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk lari dari tanggung jawab atas kesalahannya dan berpura-pura menjadi korban.
Tanda-tanda playing victim
Setelah mengetahui pengertian dari playing victim, saatnya untuk mengenali apa saja sih tanda-tandanya?
Siapa tahu, seseorang yang berada di sekitarmu memiliki tanda-tanda tersebut. Atau mungkin kamu salah satunya.
1. Enggan mengakui kesalahan
Tanda-tanda pertama yang biasa dilakukan adalah enggan mengakui kesalahan.
Tindakan yang dilakukan selalu dianggap benar. Mereka tidak sadar bahwa tindakan tersebut telah melukai orang lain.
Walaupun terkadang mereka sadar bahwa tindakan yang mereka lakukan itu salah, tapi mereka enggan mengakuinya bahkan menganggapnya benar.
Dengan kata lain, mereka selalu menganggap semua hal yang dilakukannya benar, sedangkan semua yang dilakukan oleh orang lain selalu dianggap salah.
2. Suka menyalahkan orang lain
Selain enggan mengakui kesalahan, seorang kerap menunjuk orang lain sebagai pelaku, dan menganggap dirinya sebagai korban.
Padahal faktanya, dialah pelaku utama yang sebenarnya.
Tujuan melakukan hal tersebut ialah untuk membersihkan namanya dari segala macam kesalahan yang dilakukan sehingga orang lain dapat berpikir bahwa ia adalah orang suci.
3. Lepas dari tanggung jawab
Jika melakukan kesalahan baik kesalahan besar maupun kecil, hal utama yang harus dilakukan adalah bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
Namun, tidak dengan seorang playing victim yang justru lari dari tanggung jawab. Saat ia melakukan kesalahan, ia akan menunjuk orang lain untuk menyelesaikannya.
Hal ini dikarenakan seorang yang playing victim merasa takut tidak mampu menyelesaikan masalah yang diciptakan sendiri sehingga dilimpahkan kepada orang lain.
4. Pintar memanipulasi
Demi mendapat simpati dan dukungan dari orang lain, seorang playing victim tidak akan ragu untuk memanipulasi keadaan.
Dia akan menciptakan sebuah drama dengan dialog cerita yang ia karang berdasarkan cara pandangnya sendiri.
Tak heran jika ia sangat pintar dalam berbicara, sehingga saat ia bercerita bohong dan manipulatif, semua orang yang mendengar akan percaya.
Hebatnya, ia akan membuat orang lain menjadi merasa bersalah atas kesalahan yang tidak diperbuat.
5. Merasa tersakiti
Saat seorang yang playing victim mendapat sebuah masalah, ia selalu merasa bahwa dirinya sangat menyedihkan.
Ia berpikir bahwa dunia sangat kejam dan tidak pernah berpihak padanya.
Saat ia merasa bahwa dirinya adalah orang paling menderita di dunia, ia akan membesar-besarkan penderitaan tersebut. Sehingga, orang lain akan merasa iba.
Ia lupa bahwa setiap orang juga mempunyai masalah, bukan hanya dirinya saja.
6. Merasa tidak percaya diri
Orang yang suka menganggap dirinya korban, biasanya tidak memiliki keberanian dan rasa percaya diri yang kuat. Sehingga, ia selalu menganggap dirinya sebagai korban yang lemah.
Salah satu contohnya adalah ketika seseorang berusaha keras dalam menggapai impian namun gagal, ia akan menganggap dirinya sebagai korban kejamnya kehidupan.
Sehingga, ia akan terus menyalahkan keadaan dan tidak memiliki kepercayaan diri yang kuat untuk mencobanya lagi.
7. Emosional
Seorang yang playing victim akan merasa emosi dan marah ketika gagal dalam melakukan sesuatu.
Ia juga kerap cemburu dan marah dengan kebahagiaan dan kesuksesan orang lain.
Selain itu, ketidakmampuannya dalam menghadapi kesulitan bisa membuat ia terpuruk dan terus menerus merasa sebagai korban.
Baca juga: Fungsi Usus Besar, Bagian-Bagian Serta Gangguan Fungsinya
Cara mengatasiÂ
Walaupun orang yang playing victim sangat menyebalkan, namun kita tidak boleh membiarkannya begitu saja.
Kita juga harus bisa mengatasinya agar perilaku tersebut tidak merugikan lebih banyak orang.
Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi playing victim.
1. Membangun komunikasi yang baik
Membangun komunikasi yang baik merupakan cara utama dalam mengatasi setiap masalah, tak terkecuali mengatasi seorang yang playing victim.
Komunikasi yang buruk dapat menimbulkan sebuah kesalahpahaman yang akhirnya membuat kita berselisih.
Ketika berkomunikasi dengan seorang yang melancarkan aksi playing victim yang selalu merasa menjadi korban, biarkan ia menumpahkan semua perasannya.
Kemudian, ajaklah ia untuk melihat suatu masalah berdasarkan dua sisi, bukan dari satu sisi saja.
2. Mencari tahu alasannya
Ketika seseorang melakukan sesuatu, pasti ada alasannya. Begitu pula dengan orang yang playing victim, pasti ada alasan di balik perbuatannya.
Cobalah untuk mencari tahu, mengapa orang tersebut sampai melakukan playing victim dan tidak mau mengakui kesalahannya.
Bisa jadi, dia memiliki sebuah masalah besar yang tidak mampu untuk dihadapi.
3. Mencoba untuk membantunya
Setelah tahu penyebab atau alasan seseorang melakukan playing victim, kamu bisa membantunya untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Seperti penjelasan sebelumnya bahwa seorang yang playing victim biasanya kurang percaya diri dan takut untuk menghadapi kesulitan, maka bantulah ia untuk keluar dari rasa takut dan ketidakpercayaan tersebut dengan terus menyemangati dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Mencegah diri sendiri dari perilaku playing victim
Sekarang, kamu sudah mengetahui bahwa perilaku playing victim adalah perilaku yang merugikan banyak pihak.
Oleh sebab itu, sepatutnya perilaku semacam ini dihindari. Namun terkadang, manusia tempatnya salah sehingga bisa jadi tanpa disadari kamu ternyata justru melakukan playing victim dan merugikan orang lain.
Untuk mencegah agar hal itu tak sampai terjadi, berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan.
1. Tumbuhkan sikap tanggung jawab
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa orang yang playing victim cenderung melimpahkan kesalahan pada orang lain, maka tumbukanlah sifat tanggung jawab dalam diri.
Dengan memiliki sifat tanggung jawab, maka kamu tidak perlu atau bahkan tidak akan pernah berpikir untuk melimpahkan kesalahan kepada orang lain.
Ingat, kamulah satu-satunya yang mengontrol tindakan yang kamu lakukan. Meski kamu tidak bisa mengontrol orang lain tapi kamu harus bisa mengontrol diri sendiri, bukan?
Sadarilah potensi dirimu dan kendalikan sendiri hidupmu.
2. Menyayangi diri sendiri
Selain karena kurangnya rasa percaya diri dan perasaan ingin lari dari kenyataan, ada kalanya orang yang playing victim didasari oleh pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan sehingga tanpa sadar orang tersebut melakukan playing victim.
Untuk itu, jika kamu memiliki pengalaman masa lalu yang membuat trauma, maka berbaik hatilah dengan dirimu sendiri.
Fokus pada pemulihan diri dan jangan biarkan trauma masa lalu menghantui kehidupanmu. Dan yang paling penting, sayangilah dirimu sendiri.
3. Edukasi diri sendiri
Bacalah buku-buku tentang bagaimana mentalitas orang-orang yang melakukan playing victim dan bagaimana hal itu memengaruhi hidup mereka.
Pertimbangkan untuk mencari terapi jika memang diperlukan. Semakin banyak kamu mendidik diri sendiri tentang topik tersebut, semakin besar kemungkinanmu untuk tetap berada di jalur pemulihan dan menghindari kembali ke cara berpikir lama.
4. Percaya diri
Salah satu penyebab orang melakukan playing victim adalah karena tidak percaya diri dengan apa yang mereka lakukan.
Jika memang kamu bersalah, maka bersikaplah berani untuk mengakui kesalahan. Meski mungkin hal ini akan membuat citramu buruk, namun percayalah bahwa melimpahkan kesalahan pada orang lain justru akan membaut hidupmu tidak tenang.
Memang benar, kamu mungkin akan merasa aman dan terhindar dari masalah. Namun setelah itu, tanpa kamu sadari hidupmu akan diselimuti rasa bersalah karena telah merugikan orang lain.
Akhir kata
Dari penjelasan di atas, bisa kita simpulkan bahwa playing victim merupakan tindakan buruk yang dilakukan akibat kurangnya rasa percaya diri.
Seseorang yang gemar melakukan tindakan tersebut, sebenarnya sedang membutuhkan bantuan orang terdekat.
Sebab, mereka melakukan hal tersebut karena ada rasa ketidakmampuan dalam menyelesaikan sebuah masalah sehingga membutuhkan orang lain untuk membantunya.
Namun, karena terdapat rasa malu dan gengsi, akhirnya mereka lari dari tanggung jawab dan melimpahkan masalah tersebut kepada orang lain. Sementara si pelaku langsung cuci tangan dan tidak mau tahu.
Untuk itu, bangunlah rasa percaya diri sedini mungkin agar kita bisa menghadapi suatu masalah tanpa harus melimpahkannya kepada orang lain.
Dan jika ada orang terdekat atau orang yang berada di sekitarmu kerap melakukan tindakan tersebut, bantulah ia menyelesaikan masalahnya.
0 comments